⚖️⚖️⚖️
Setelah lelah berbelanja, kami melanjutkan perjalanan ke rumah yang katanya punya Kak Julian. Aku di dalam mobil sibuk bermain game offline, sedangkan Kak Julian sedari tadi sibuk menelepon orang. Mungkin kliennya, karena yang Kak Julian adalah masalah pekerjaan. Ya, seputar kasus perceraian orang yang ia urus.
Kami lebih banyak diamnya di dalam mobil, fokus pada kesibukan masing-masing. Sudah jam sembilan malam sekarang, tetapi kenapa belum sampai juga?
Kak Julian membelokkan mobilnya pada gang yang tidak terlalu sempit, tetapi masih muat jika dilewati dua mobil. Setelah memasuki gang ini, tak ada rumah-rumah yang berdempetan. Jarak dari rumah ke rumah cukup lebar.
Baru juga aku membatin tentang lamanya waktu perjalanan, kini kami memasuki kawasan gerbang warna putih yang tentunya sudah terbuka.
Mobil berhenti di depan rumah besar, tetapi tidak lebih besar dari rumah papanya Kak Julian itu. Kalau rumah itu, sih, memang sebelas dua belas dengan istana. Namun, yang ini juga besar, tetapi agak kecil. Punya dua lantai juga, karena terlihat ada balkon di atas.
"Wah ... ini rumah Kakak?" tanyaku begitu kami turun dari mobil. Aku masih memeluk boneka beruangku yang dibelikan oleh Kak Julian tadi. Di sini lumayan jauh dari kota, rumah tetangga yang paling dekat pun jaraknya lumayan jauh, sekitar tiga ratus meter. Rumah Kak Julian yang paling besar dan mentereng di antara rumah-rumah tetangganya.
"Bukan. Rumah tetangga," jawab Kak Julian yang masih fokus menatap layar ponselnya. Rumah tetangga? Loh, lalu kenapa dia berhenti di sini? "Ya, iyalah, rumah Kakak. Tapi sekarang, karena Jeje adalah istri Kakak, jadi ini juga rumah Jeje. Rumah kita," lanjut Kak Julian.
Orang yang flat memang kalau bercanda tidak lucu, ya. Kak Julian contohnya.
Tak lama kemudian tiba-tiba datang seorang laki-laki tua yang memakai baju koko, peci, serta lengkap dengan sarung. Dia menghampiri aku dan Kak Julian. "Selamat datang, Den, Non," sapanya sangat ramah dengan kami.
"Je, kenalin, ini namanya Pak Tata, yang selama ini ngurusin rumah Kakak. Pak Tata, ini istrinya Julian, namanya Jeje." Kak Julian memperkenalkan laki-laki yang murah senyum di hadapan kami ini padaku. Oh, jadi Pak Tata orang yang selama ini merawat rumah Kak Julian.
"Halo, salam kenal, Pak, saya Jeje." Aku tersenyum saat menyapa balik oleh Pak Tata.
"Salam kenal juga, Non. Den, kalau gitu Bapak pulang dulu, ya, ini kuncinya." Pak Tata memberikan sebuah kunci kecil pada Kak Julian, lalu Kak Julian pun menerimanya.
Pak Tata kemudian pergi, sekarang hanya tinggal aku dan Kak Julian. "Yuk, Je, masuk." Kak Julian mengajakku untuk masuk. Dia perlahan memasukkan kunci ke dalam lubang, lalu memutarnya. Kami kemudian masuk dengan membawa koper masing-masing. "Jeje mau tidur di kamar atas atau bawah?" tanya Kak Julian lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghujung Rasa [ON GOING]
Teen Fiction[STORY 11] [GENRE: ROMANCE ] Blurb: Jennifer harus menggantikan posisi calon istri seorang pengacara yang kabur saat hari pernikahan. Awalnya Jennifer menolak, karena di usianya yang masih sembilan belas tahun, ia pikir terlalu cepat untuk sebuah pe...