"Silahkan" Grizzly menyerahkan dua kopernya dengan acuh tak acuh. Toh, dalam koper itu tak ada sesuatu yang mengancamnya, kecuali gunting dan alat pencukur.
Grizzly menyandarkan tubuhnya di sofa dengan tangan yang di lipat di dada, sementara Theo memicingkan mata nya menatap aneh tingkah laku Grizzly yang tak beretika menurutnya.
Theo mulai mengambil satu persatu barang dari dalam koper itu.
"Ini apa? Racun?" Tanya Theo tajam sambil mengangkat tinggi-tinggi botol skincare milik Grizzly. Grizzly hanya memutar bola matanya malas. Dia menghampiri Theo dan mengambil alih botol yang di anggap racun itu.
"Enak aja. Ini tuh skincare"
"Apa itu sekinker?"
"Bukan sekinker, tapi skincare. Skincare itu adalah cream perawatan kulit. Anda liat penggunaan nya" Grizzly menjelaskan kegunaan skincare satu persatu sambil mengaplikasikan pada wajahnya, dari facial wash sampai sunscreen. Lalu dia juga menjelaskan kegunaan body care dan lulur lulur yang lainnya, termasuk makeup yang dia punya.
"Kalau gak percaya baca aja. Bisa baca kan?" Grizzly menunjuk bacaan pada semua kemasan. Theo mengamati satu persatu dan mengangguk mengerti.
"Nah kalo yang ini namanya kotak p3k, atau bisa dibilang kotak pertolongan pertama. Yang ini obat obatan, untuk Deman, pusing dan sebagainya. Lalu yang ini namanya plaster, kain kasa, obat merah_"
Grizzly menjelaskan semua barang dalam kopernya dengan teliti, menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan Theo dengan jujur.
"Yang ini apa?" Theo mengangkat tinggi kain/dompet yang berisi dalaman milik Grizzly.
"Jangan. Ini privasi" pekik Grizzly sambil berusaha merebut dompet itu.
Theo memicingkan mata nya curiga, apa yang Grizzly sembunyikan? Pikirnya.
Theo menjauhkan dompet itu dari jangkauan Grizzly, menyimpannya di atas kepalanya, namun entah apa yang dilakukan tangannya, sehingga isi di dalamnya berhamburan keluar bagaikan salju yang sedang turun.
Tubuh Theo mematung saat menyadari benda apa yang ada di atas kepalanya nya itu, kain kain terlarang itu menggantung di setiap sisi tubuhnya.
Ujung matanya melirik ke arah Grizzly yang tengah menahan amarah nya, jangan lupakan tangannya yang sudah terkepal .
"Gue kan udah bilang. Itu privasi, jangan dibuka!" Suara Grizzly terdengar rendah namun mengandung emosi beserta malu. Gadis cantik itu buru-buru memunguti pakaian dalam milikna itu dan memasukkannya ke dalam koper, lalu menutup nya. Terakhir, dia menarik kasar kaca mata yang mendarat di kepala Theo.
Theo bingung harus melakukan apa, dia menatap bingung pada punggung Grizzly yang perlahan di telan pintu.
Wajah hingga ke telinganya memerah, menandakan kalau dia juga malu atas tindakan tak bermoral nya karena membuka dan melihat pakaian dalam seorang gadis secara langsung.
"Sial"
...
Grizzly menghentak hentak kan kakinya dengan kesal, wajahnya yang cemberut itu memerah karena malu.
"Sialan tuh cowok fiksi. Pengen banget gue tonjok muka gantengnya itu"
Di sudut, Grace mengerutkan keningnya melihat tingkah laku teman barunya yang terlihat sedang kesal.
"Kamu kenapa?"
"Asyu—bahubada" latah Grizzly spontan , dia melotot sebal pada Grace yang telah mengagetkan nya. Sementara grace hanya tertawa menyaksikan kerandoman Grizzly.
"Lo ngagetin" kesal nya.
"Yah maap, tapi Lo itu apa?"
"Lo itu artinya kamu dan Gue artinya aku" mendengar pernyataan Grizzly, Grace hanya mangut mangut mengerti.
"Oooo, bahasa dari duniamu ya?"
"Iya"
"Lo kenapa kelihatannya kesal?" Tanya grace mengikuti bahasa gaul Grizzly, membuat Grizzly melongo seketika.
"Anjir, Lo gak tuh"
"Iya dong , lain kali ajarin Gue bahasa gaul lainnya".
"Btw, Lo mau kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jualan Seblak di Kediaman Duke
Roman pour AdolescentsGrizzly adalah seorang gadis cantik yang hendak pensiun ke kampung mendiang mamanya, dengan alasan karena penghianatan dari pacar dan sahabatnya. Namun, saat sedang menunggu taksi yang di pesannya, tiba-tiba ada gempa bumi dan angin yang berhembus k...