5 - MEMBAWA CINTA

1K 27 7
                                    

Shin memasuki ruang santai di rumah Dilon, ruangan yang luas berlantai marmer dengan jendela kaca besar yang menghadap ke taman belakang rumah. Di sudut ruang terdapat grand piano berwarna hitam, dari balik piano itu Dilon memainkan piano sambil bernyanyi.

Seems like yesterday when she first said hello

Funny how time flies when you're in love

It took us a life time to find each other

It was worth the wait cause I finally found the one

Never in my dreams did I think

that this would happen to me...

As I stand here before my woman

I can fight back the tears in my eyes

Oh how could I be so lucky

I must've done something right

And I promise to love her for the rest of my life

Shin berdiri di ambang pintu dan bertepuk tangan setelah satu lagu Rest of My Life milik Bruno Mars yang dimaikan itu selesai.

"Thank you..." Dilon berdiri dan membungkukkan badan, "sejak kapan kau di sini?"

"Lima menit yang lalu, mungkin?" Shin melangkahkan kakinya menuju sofa.

"Kapan kau datang?" Dilon berjalan menuju mini bar yang berada satu ruang dengan ruang santai itu, mengambil dua minuman kaleng di kulkas kecil.

"Baru hari ini, dari bandara aku langsung menuju rumahmu." Shin berselonjor di sofa, Dilon meletakkan minuman kaleng itu di meja.

"Wah... kau kelihatan lelah sekali."

"Ya, aku sibuk sekali di sana dan aku kurang tidur."

"Apa di sana kau ikut romusha? Kau tahu, kerja paksa saat zaman penjajahan?"

"Ya... begitulah. Tapi, seharusnya aku cukup tidur kalau saja gadis itu nggak muncul."

"Gadis? Kau menghabiskan malam-malammu bersama seorang gadis di sana?" Dilon terbelalak, menatap Shin penuh selidik.

"Apa? Kau pikir aku melakukan apa?" Shin menyunggingkan senyuman, dia mengatur posisi duduknya lalu membuka minuman kaleng yang ada di meja. "Seorang gadis, di pikiranku."

Dilon hanya mengernyitkan alis, menunggu penjelasan dari sahabatnya itu.

"Gadis itu, aku pertama kali melihatnya dari dalam mobil saat menjemput Airin di perpustakaan umum sekitar dua bulan yang lalu. Setelahnya aku rajin pergi ke perpustakaan itu hanya untuk sekedar memperhatikannya. Kami berkenalan, tapi tiga minggu ini aku nggak hubungi dia sama sekali. Aku pikir aku akan biasa saja, tapi ya... dia sangat mengganggu pikiranku."

"Lalu kenapa nggak kau hubungi saja dia?"

"Entahlah, tiba-tiba aku jadi pengecut."

"Penasaran, siapa gadis kurang beruntung itu?"

"Aku seburuk itu?"

"Seorang Shin nggak pernah serius menjalin hubungan, pasti beberapa bulan saja gadis itu akan kau tinggalkan. Terbukti, baru kenal saja kau sudah memutuskan kontak."

"Kali ini beda, keberanianku..." Shin mengepalkan tangannya, "wuss... menguap" lalu membuka kepalan tangannya.

"Aku memikirkannya setiap saat, meski aku berusaha mengenyahkannya, dia tetap di pikiranku, aku merindukannya tapi nggak berani hubungi dia, itu membuatku frustrasi." Lanjut Shin setelah memberi jeda cukup lama.

Akankah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang