"Kau ada masalah dengan Shin?" tanya Adit, sekilas melirik Hasita yang duduk di sebelahnya kemudian fokus ke jalan lagi.
Tidak ada jawaban dari Hasita, dia melihat ke samping, menatap ke luar jendela.
"Hei, kau bisa cerita padaku. Tidak enak loh kalau dipendam sendiri."
Hasita menghela napas, melirik Adit yang masih fokus menyetir. "Aku sudah curhat ke Karen tadi," ujar Hasita kemudian.
"Oh ya? Butuh waktu lama untuk mendengar suaramu," Adit terkekeh, "yang aku lihat tadi itu cursi."
"Siapa Cursi?"
"Curahan emosi." Adit terkekeh lagi.
"Oh..." Hasita kembali ke posisi awal, menatap ke luar jendela.
Suasana hening kembali, sepertinya Hasita tidak tertarik dengan candaan garing Adit. "Aku dengar Dilon menjemputmu karena Shin, memang dia kenapa?" Adit mencoba mengajaknya bicara lagi.
"Sudahlah jangan bahas dia, malas."
Adit manggut-manggut. "Kau lapar? Ayo kita pergi makan ke suatu tempat."
"Tidak lapar." Beberapa saat setelah Hasita menutup mulutnya, perutnya mengajukan protes. Hasita mendesah malu karena perutnya tidak bisa diajak kompromi.
"Kita makan." Adit terkekeh geli.
"Tidak, aku mau pulang saja. Tidak selera makan."
"Oke..."
Mendapat jawaban yang tidak acuh dari hasita, Adit memilih diam dan fokus ke jalan raya. Dua puluh menit kemudian mobilnya berhenti di depan pagar rumah Hasita.
"Terima kasih," ucap Hasita sambil membuka sabuk pengamannya.
"He'em..." Adit menatap Hasita, menganggukkan kepalanya dan tersenyum tulus.
"Mau mampir sebentar?" tawar Hasita.
"Lama juga boleh!" Adit langsung tersenyum lebar dan melepas sabuk pengamannya.
Hasita membuka pintu rumah, mengucapkan salam dan mempersilakan Adit duduk di ruang tamu. Dia langsung menuju ruang kerja untuk meletakkan tasnya kemudian menuju dapur untuk membuat minuman yang akan disuguhkan pada Adit.
"Bunda sudah pulang?" tanya Hasita pada bundanya yang sedang mengaduk sesuatu di dalam panci yang mengeluarkan aroma manis susu.
"Eh... gadis Bunda sudah pulang. Iya catering sedang santai, cuma ada beberapa order kecil di acara ulang tahun perusahaan, cukup ayahmu saja yang handle."
"Oh... Caraka belum pulang Bun?"
"Belum, dia bilang ada tugas tambahan untuknya di sekolah, jadi mungkin akan pulang lebih sore." Bunda Hasita melirik anak gadisnya yang sedang sibuk memeras buah jeruk. "Ada tamu?"
"Oh, iya. Belum bilang ya? Ada teman Hasita main ke rumah Bun."
"Shin?"
"Bukan..." jawab Hasita lirih, yang dia harapkan saat ini memanglah Shin.
"Siapa?"
"Namanya Adit."
"Adit main ke sini?" Bunda Hasita segera mematikan kompornya, mencuci tangannya dan mengelap tangannya pada serbet, kemudian pergi meninggalkan dapur.
Hasita heran dengan sikap bundanya yang sangat bersemangat saat mendengar nama Adit. Perasaan Hasita tidak pernah mengenalkannya sebelumnya. Mungkin bundanya pernah bertemu dengan Adit saat Hasita belum sadarkan diri di rumah sakit. Hasita mengendikkan bahunya dan kembali menyiapkan es jeruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akankah Kita
RomancePertemuan Shin dan Hasita di Kedai Pustaka bukan karena tidak disengaja. Bersepakat menjalin hubungan layaknya sepasang kekasih tanpa alasan, membiarkan cinta mereka tumbuh dan mengakar kuat. Namun ketika cinta itu tak terucap... "... Tapi dia bahka...