8 - RIVAL

663 20 6
                                    

Shin menyambar jaket kulit berwarna cokelat tua, menarik resletingnya, mengklikkan helm full face, menyalakan motor 250cc berwarna hitam dengan garis oranye yang biasa dipakainya dan melesat kencang membelah jalanan menuju tempat nongkrongnya. Motornya menyeruak diantara motor yang berjajar-jajar, dimatikan mesin motor itu dan melepaskan helmnya.

"Hei, Bro!" Artha memberikan salam persahabatan dan menepuk punggung Shin.

"Bagaimana persiapannya?" tanya Shin kepada Artha, usianya hanya terpaut tiga tahun tidak membuatnya sulit untuk menjadi akrab dan sudah menganggap Shin sebagai adiknya. Shin banyak belajar tentang otomotif dari Artha.

"Beres." Artha mengacungkan jempolnya.

"Pas banget." Seseorang meninju pelan punggung Shin dari belakang, Shin menoleh.

"Woe... Dilon!" Mereka memberikan salam persahabatan dan saling menepuk punggung.

"Jam 1 tepat, bisa dimulai sekarang?" lanjut Dilon sambil melihat jam tangannya.

Shin mengangguk dan menepuk bahu Dilon, berjalan santai berbaur dengan kerumunan komunitas motor yang sedari tadi sudah menunggunya.

"Oke, kita balapan hanya untuk bersenang-senang, jadi tetap jaga keselamatan kalian!" Kata Shin lantang agar bisa didengar teman-teman komunitasnya, lalu mereka mengambil posisi dan bersiap.

Motor hijau tua melaju dengan kencang dan berhenti melintang tepat di depan motor Shin, pemilik motor melepas helmnya dan menyungginggkan seringainya. Shin sedikit membelalakkan matanya dan mengernyitkan alisnya kemudian cepat-cepat merubah ekspresinya menjadi dingin dan datar untuk menyembunyikan keterkejutannya mendapatkan tamu yang tidak diundang.

"Masih ingat aku, kan?"

"Ada perlu apa kau ke sini?" tanya Shin galak.

"Ikutan balapan lah, boleh kan, aku gabung? Berani terima tantanganku?!"

Shin menatap sahabatnya dengan menggerakkan kepalanya keatas dengan isyarat meminta pendapat, Artha mengangkat bahu dan menaikkan alisnya dengan isyarat 'terserah kau saja lah' dan Dilon menganggukkan kepalanya pertanda untuk menerima tantangan itu.

"Oke," jawab Shin mantap dan pria itu menyeringai lagi lalu mengambil posisi. Seorang wanita berjalan ke tengah arena, mengangkat bendera dan mengibaskannya ke arah bawah.

Dalam sekejap kedua motor itu melaju sekencang-kencangnya saling bersalipan menyusuri jalanan Surabaya yang sepi karena memang sudah disetting menjadi arena balap motor. Lampu penunjuk arah berwarna merah berkelip dan traffic cone oranye sebagai pembatas terpasang lengkap menunjukkan rute sirkuit.

(!)

(Flash Back)

Pria itu bernama Aditya Rahagi, teman satu SMAnya dulu di Jakarta, mungkin disebut musuh lebih tepat karena mereka tidak pernah merasa berteman dan Adit dengan serta merta mengikrarkan dirinya sebagai musuh Shin.

Adit memantulkan bola basket ke arah Shin yang sedang berjongkok di tepi lapangan basket dengan sengaja, ekspresi wajah Shin terlihat geram, segera dia menyelesaikan ikatan tali sepatunya lalu berdiri. Adit mengambil bola yang menggelinding keluar lapangan, mendribble bola itu lalu berdiri di depan Shin yang berjarak sekitar satu setengah meter darinya.

"Kita tanding basket satu lawan satu!"

Adit melemparkan bola basket ke arah Shin, dia bersiap mengambil ancang-ancang untuk merebut bola basket itu kembali dari tangan Shin. Tanpa banyak bicara Shin meladeni tantangan Adit dan mulai mendribble bola ke tengah lapangan. Adit mulai memepet Shin, berupaya mengambil alih permainan, tangan Shin menghalang-halanginya, dengan gerak cepat Shin memunggungi Adit, lalu menembakkan bola ke dalam ring.

Akankah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang