6 - BOLA BASKET

809 21 1
                                    

Jam tiga sore, perkuliahan telah usai sepuluh menit yang lalu. Ketukan keras pada lantai menggaung di lorong tangga dengan tempo yang semakin cepat, ketukan sepatu hak tinggi, siapapun si pemilik langkah kaki itu pasti akan terkilir bila tidak berhati-hati dan dia pasti sangat tergesa-gesa saat ini.

"Hasita..." suara yang terdengar sangat familiar memanggilnya dari belakang. "Tunggu!" lanjutnya dengan napas yang sedikit terengah.

"Karen? Aku pikir kau sudah pulang."

"Tadi aku ke toilet sebentar, ini..."

"Apa ini?"

"Itu kunci."

"Aku sudah tahu ini kunci, tapi kunci apa?"

"Mungkin kunci loker atau kunci harta karun."

"Kau nggak yakin ini kunci apa? Terus kenapa kau berikan padaku?"

"Tadi aku lihat Bu Sari keluar dari toilet dan aku temukan kunci ini di lantai, aku pikir ini miliknya. Aku memanggilnya tapi sepertinya nggak dengar, aku berniat mengejarnya tapi aku sudah nggak tahan mau pipis. Sekarang aku minta tolong, kau mau kan kembalikan kunci itu ke Bu Sari?"

"Bu Sari petugas koperasi yang ada di belakang kampus itu?"

"Yak, betul."

"Kenapa bukan kau saja?"

"Aku ada perlu yang sangat mendesak sore ini, aku khawatir Bu Sari akan sangat kebingungan, jadi cepat kau ke sana!"

"Oke..." Hasita membalikkan badan dan segera melenggang menuju koperasi.

"Tunggu!"

"Sekarang apa?"

Karen memberikan dua buah buku yang masing-masing ketebalannya 7 cm, menumpuknya pada tumpukan buku milik Hasita sendiri yang di gendongnya sejak tadi. Tidak dipedulikannya wajah yang ditekuk itu, Karen melemparkan senyum lebar ala iklan pasta gigi.

"Maafkan aku Hasita. Aku titip buku ya?! Saat ini aku nggak mungkin bawa buku itu."

"Tapi..."

"Dah..." Karen melambaikan tangan dan sedikit berlari meninggalkan kampus.

"Memangnya kau mau ke mana? Karen?!" Hasita berteriak dan hanya dibalas lambaian tangan oleh Karen.

Hasita mendongakkan kepalanya dan menghela napasnya dengan cepat. Dia bergegas ke koperasi dan menemui bu Sari, koperasi itu tidak seberapa jauh dari posisi berdirinya saat ini, namun langkahnya terasa lambat karena kelebihan muatan yang ada di tangannya. Dia berjalan melewati lapangan basket dan futsal yang bersebelahan dipisahkan dengan pagar pembatas tinggi dari kawat besi berbentuk menyerupai jaring. Hasita mempercepat langkah kakinya saat beberapa meter dari tempat tujuannya. Koperasi itu terlihat sepi.

"Permisi, bu Sari?!" Seru Hasita.

"Ya?" Sahut wanita itu dari bilik meja kerjanya. Syukurlah orang yang dicarinya ada di tempat.

"Boleh saya meletakkan ini sebentar? Ah... lelah sekali." Buku itu diletakkannya di meja kosong dekat jendela.

"Wah... kau rajin sekali sampai semua buku kau bawa." Ujar bu Sari sambil melangkah mendekati Hasita.

"Ya... begitulah, harusnya saya membawa kereta dorong saja." Hasita terkekeh. "Apa anda kehilangan sesuatu?"

"Kehilangan? Apa ya? Sepertinya tidak."

"Karen temukan kunci ini saat berpapasan dengan anda, kami pikir ini milik anda." Kunci kecil itu disodorkannya.

"Astaga... benar, saya bahkan tidak menyadarinya. Terimakasih, eh... siapa?"

Akankah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang