Part 6

3 0 0
                                    

Adnan menghentikan motornya ketika sampai di sebuah rumah mewah dengan halaman yang luas. Ia kemudian mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang. Tak lama kemudian, pintu gerbang terbuka menampilkan seorang cowok dengan tubuh atletis seperti Adnan namun bedanya ia memiliki kulit yang lebih cerah dari Adnan.

Cowok berkaos putih polos itu mempersilahkan Adnan masuk. Rupanya di dalam sudah berkumpul beberapa orang yang merupakan teman satu geng Adnan.

"Eh lu ujan ujanan kesininya?" Cakra baru sadar kalau Adnan datang dalam keadaan basah kuyup, Ia tidak memperhatikan saat menjemputnya di depan tadi.

Tak ada jawaban dari Adnan. Ia malah masuk ke kamar mandi meninggalkan teman-temannya yang bingung. Sebelum masuk tak lupa ia mengambil kaos hitam dan celana jeans tanpa meminta izin kepada pemiliknya. Cakra yang notabene nya adalah sang pemilik kamar itu hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Lu kenapa sih Nan?" Kini Kelvin angkat bicara.

"Iya, udah tau besok lusa mau nikah malah maen ujan-ujanan yee" Galang menimpali sambil tetap menatap ponselnya.

"Ck... bisa diem gak?!" Adnan menghempaskan tubuhnya ke sofa lalu menyalakan sebatang rokok.

"Ish udah mau jadi suami orang lu, tobat kek" Komentar Cakra.

"Jangan bilang Zizi lagi?" Tanya Kelvin yang sukses membuat suasana menjadi senyap. Sudah beberapa minggu ini Adnan tidak mau membicarakan topik tentang Zizi ataupun pernikahannya.

"Lu gak boleh gini Nan. Lu udah setuju untuk nikahin tuh cewek, tapi Zizi masih lu gantungin, ah elah. Cemen lu" Sambung Kelvin.

Adnan menghembuskan napas kasar. memang benar yang dikatakan oleh Kelvin. Ia terlalu lemah untuk lepas dari Zizi dan terlalu penakut untuk menentang kemauan orang tuanya.

"Santai aja lagi Nan. Besok lusa lu nikah kan sama si, siapa tuh ah Rindu. Nah, sebulan kemudian lo nikah lagi sama Zizi. Kan boleh tuh nikah 4" Galang mengemukakan idenya yang dihadiahi lemparan bantal dari Adnan.

"Aww!! Ya bener kan?!" Keluh Galang.

"Bener, tapi gue gak akan bisa adil"

"Ah elaah. Udah kayak hakim aja lu Nan. Kan mantep tuh malam ini lu sama Rindu, besokannya sama Zizi, senangnya dalam hati..." Komentar Cakra sambil bersenandung.

"Ah tambah pusing gue curhat sama lu lu pada. Udah gue mau tidur" Ucap Adnan lalu merebahkan dirinya di sofa. Ia menutup matanya dengan lengan mencoba menghadirkan ketenangan untuk dirinya sendiri.

Teman-teman Adnan hanya bisa menatap cowok itu dengan rasa kasihan. Mereka juga sebenarnya kaget ketika mendapat undangan pernikahan Adnan yang sangat tiba-tiba. Tapi mau bagaimana lagi, mereka tidak mungkin melakukan protes atau demo ke orang tua Adnan. Sebagai sahabat, Cakra, Kelvin, dan Galang hanya bisa berharap yang terbaik untuk ketua geng motor mereka itu.

***

Hari yang tidak dinantikan itupun Tiba. Rindu terlihat sangat cantik dibalut dress pengantin berwarna putih. Ia mengenakan tiara dan wedding veil untuk pemanis hijabnya. Rindu menggenggam erat bunga di tangannya untuk mengurangi rasa nervous nya. Bagaimana tidak, bisa terdengar jelas dari kamar pengantin kalau acara Akad akan segera dimulai. Rindu memang sengaja ingin menunggu di kamar saja dan menunggu suaminya menjemputnya.

Di dalam kamar Rindu ditemani oleh sahabatnya Raya dan tentu saja uminya yang sedari tadi mencoba menenangkannya dengan mengelus punggung tangan gadis cantik itu.

"Roosel Adnan Galaxy bin Surya Wijaya" Ucap Pak Furqon.

"Ya, saya" Jawab Adnan dengan yakin. Sebenarnya Adnan juga tak kalah gugupnya dengan Rindu. Dua hari belakangan ini Ia habiskan dengan balapan dan hangout bersama teman-temannya hingga lupa kalau hari ini Ia harus mengucapkan Ijab Qabul.

Rindu untuk AdnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang