Part 10

3 0 0
                                    

"Oh, dibuatin istri kamu ya?" Tanya Zizi tanpa meminta jawaban.

Gadis itu kemudian membuka tas kecil yang berisi tempat makan. Di atasnya ada sebuah sticky note yang tertempel.

'Diabisin ya mas, semoga suka. Semangat kerjanya suamiku *:'

Zizi tentunya cemburu dengan itu. Raut wajahnya yang tadinya ceria berubah menjadi masam. Adnan yang melihat itu kemudian mendekatinya dan membaca pesan di sticky note itu.

"Udah, gak usah dipikirin. You're the only one, I promise" Ucap Adnan sambil mengelus punggung Zizi. Gadis itu kemudian memeluk tubuh Adnan. Menenggelamkan wajah jantiknya di dada bidang itu.

"Yaudah. Besok aku masakin yaa sayang" Kata Zizi masih dalam pelukan Adnan.

"Really? Can't wait" Adnan mengelus puncak kepala gadis itu.

Iya sangat penasaran ingin mencicipi masakan kekasihnya itu.

* * *

Rindu melirik jam dinding di ruang tamu. Sudah pukul sepuluh malam, namun suaminya belum pulang juga. Rindu sudah beberapa kali menghubunginya tetapi panggilannya sengaja direject oleh Adnan. Pak Furqon dan Bu Lyla sudah tidur beberapa menit yang lalu, sementara orang tua Adnan sudah pulang ke rumah mereka siang tadi. Aidil juga ada shift malam hari ini.

Rindu mondar mandir di ruang tamu. Semoga saja tidak terjadi apa-apa pada suaminya. 20 menit kemudian terdengar suara mobil masuk ke dalam garasi rumah.

Rindu dengan cepat membukakan pintu untuk menyambut Adnan.

"Mas, kok baru pulang" Sapa Rindu sambil menyalami tangan Adnan.

Tak ada jawaban dari suaminya itu. Ia malah melenggang pergi menuju lantai 2, tidak mengindahkan pertanyaan istrinya. Rindu mendengus kesal namun tetap mengekori lelaki itu dari belakang.

"Mas.." Panggil Rindu lagi.

"Kenapa sih?!" Seperti biasa, jika hanya ada mereka berdua, Adnan selalu sinis kepada Rindu.

"Kamu emang biasanya pulang telat kayak gini?"

"Hmm..." Adnan hanya menjawab sekedarnya sambil melucuti dasinya.

"Emang gak minta bantuan bawahan kamu gitu? Biar kamunya bisa pulang lebih cepat"

"Duh, brisik banget sih!" Bentak Adnan.

"Aku bukannya mau ngatur ngatur kamu mas, tapi aku gak mau aja kamu terlihat buruk di mata Abi sama Umi" Rindu berdiri agak dekat dengan suaminya itu.

"Ck... Yaudah besok kita pindah"

"Hah?! Pindah kemana?"

"Ke apartemen gue"

"Hmm... okedeh kalo itu mau mas"

"Oh iya satu lagi" Kata Rindu sebelum Adnan masuk ke kamar mandi.

"Apalagi?!"

"Kok baju yang tadi aku siapin gak dipake sih mas, kan udah aku setrika"

"Gak suka!" Pungkasnya lalu berlalu meninggalkan Rindu yang akan mencecarnya lagi.

"Ish... awas aja nanti" Gumam Rindu lalu turun ke bawah sambil membawa handuk dan perlengkapan mandi. Iya juga belum mandi dari siang tadi. Berhubung kamar madinya dipakai oleh Adnan, Ia memutuskan untuk mandi di lantai bawah.

Tak lama, Adnan sudah selesai dengan kegiatan mandinya. Tentunya Ia keluar dengan baju yang lengkap tidak seperti malam kemarin. Matanya menyusuri seluruh sudut kamar. Kemana perginya wanita itu? Ah sudahlah. Ia bahkan senang tidak ada Rindu disini, setidaknya Ia bisa menikmati beberapa menit tanpa suara cempreng wanita itu.

Rindu untuk AdnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang