Part 8

2 0 0
                                    

Adnan buru - buru menjauhkan dirinya dari Rindu. Sial. Hampir saja ia kehilangan kendali. Lelaki itu kemudian masuk lagi ke kamar mandi untuk menggunakan pakaian yang baru saja diambilnya di koper tadi.

Sementara Rindu yang tadi menutup matanya perlahan-lahan mengerjap. Betapa malu dirinya kini. Bisa-bisanya Ia mengharapkan sesuatu, jelas-jelas suaminya itu sangat tidak suka dengannya.

Rindu mengembalikan ponsel Adnan ke tempat semula. lalu membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Ia memang sudah memprediksikan ini akan terjadi, tapi mengapa kenyataannya terlalu sakit? Batin Rindu.

Tak lama kemudian, Adnan keluar dari kamar mandi sambil mengelap rambutnya yang masih basah dengan handuk. Kali ini ia sudah berpakaian lengkap. Kaos polos hitam dan celana pendek dengan warna senada.

Ia memperhatikan Rindu yang sepertinya sudah terlelap, wanita itu tidur membelakanginya dengan napas yang teratur.

Adnan sebenarnya merasa bersalah telah membentaknya tadi, Ia paling tidak bisa kasar kepada perempuan. Tetapi entah mengapa setiap melihat wajah Rindu, Ia selalu terbayang kekasihnya yang mungkin kini sedang menangis tersedu sendirian.

"My Lady itu siapa mas?" Adnan terperanjat dengan pertanyaan Rindu. Pikirnya gadis itu sudah terlelap.

"Cewek gue" Jawab Adnan singkat sambil meraih ponselnya di atas nakas.

"Oh" Rindu menanggapi dengan santai. Ia bangkit dari tidurnya dan duduk bersandar di senderan ranjang.

"Oh?" Terus terang Adnan sangat bingung dengan wanita yang baru dinikahinya ini.

"Yeah, Oh. What do you expect? Marah-marah gak jelas? Labrak cewek itu? Ngadu ke umi abi?" Rindu menanggapi dengan sangat santai.

"Bagus deh kalo gitu. Lo gak jadi penghalang gue sama Zizi"

"Oh Zizi namanya"

"Iya, Chayara Zivanna. Gue udah sama dia dari SMA" Adnan mendudukkan dirinya di bagian sebelah ranjang. Sepertinya Ia bisa bekerja sama dengan Rindu.

"I see..."

"Lo gak marah kan?"

"Ngapain harus marah? Dia pacar kamu, aku istri kamu yang sah dimata negara dan agama"

"Ck... denger ya. Gue gak ada perasaan sama lo. Hubungan kita pure karena mama gue pengen banget lo jadi menantunya"

"So?"

"Ya jadi lo jangan coba-coba untuk ngehalangin hubungan gue sama Zizi. Oh ya satu lagi, jangan sampe ini kedengeran sama orang tua kita. Gue yakin lo paham bab 'Menaati suami' "

"Okay, aku gak akan ikut campur sama hubungan HARAM kalian itu. Tapi dengan satu syarat" Raut wajah Adnan menjadi masam mendengar perkataan Rindu yang secara terang terangan menghakimi hubungannya dengan kekasihnya.

"Apa syaratnya?"

"Syaratnya, kita harus tidur di dalam kamar yang sama dan di atas ranjang yang sama"

"Satu lagi, gak ada panggilan 'Lo/Gue' lagi"

"Untuk panggilan oke. Tapi tidur bareng? Lo yakin?"

"Yup. Tadi katanya gak ada perasaan apa-apa. So, gak akan ada yang terjadi kan?" Jawab Rindu dengan yakin.

Adnan meneguk salivanya. Mana bisa seperti ini. Dia harus tidur di ranjang yang sama bersama Rindu setiap malam. SETIAP MALAM.

Adnan berpikir keras, bisakah Ia bertahan untuk Zizi?

"Gimana. Deal?" Tanya Rindu sambil mengulurkan tangannya.

"Deal" Adnan menyalami tangan Rindu sebagai tanda persetujuan.

Rindu untuk AdnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang