PART 5

14 0 0
                                        

Seminggu berlalu. Bu Firda kini sudah diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit. Usaha Adnan untuk membujuk mamanya minum obat tidak sia-sia, walaupun pada akhirnya Ia harus menyetujui pernikahannya dengan Rindu yang akan dilaksanakan 2 hari lagi.

"Biar Adnan dorong ya ma, kursi rodanya" Kata Adnan sambil memperbaiki posisi kursi roda yang dibalas anggukan dan senyuman dari Bu Firda. Ia sangat senang dengan keputusan Adnan untuk mau menikah dengan Rindu.

"Gimana Rindu?" Tanya Bu Firda.

"Gimana apanya ma?"

"Canti gak?"

"Emm cantik, cantik kok"

'Tapi lebih cantikkan Zizi lah' Jawab Adnan disertai gumaman dalam hatinya.

"Alhamdulillah kalo gitu. Ah mama gak sabar lagi punya menantu kayak Rindu" Ucap Bu Firda kegirangan.

Tak ada respon dari Adnan. Ia hanya diam dan terus mendorong kursi roda itu hingga sampai ke depan pintu mobil. Dibantu Pak Surya, Adnan dengan cekatan mengangkat tubuh mamanya untuk bisa duduk di dalam mobil. Lalu meletakkan kursi roda ke bagasi.

Saat akan membuka pintu mobil, ponsel di saku Adnan bergetar panjang. Tanda ada panggilan masuk. Adnan dengan segera menjawab panggilan itu sebelum masuk ke dalam mobil.

"Sayang?" Sapa Adnan dengan pelan, takut terdengar mama dan papanya.

"Kangeeen" Balas suara di seberang telepon yang ternyata adalah kekasih Adnan. Zizi.

"Iya sayang, ini aku mau nganter mama pulang dulu"

"Oke, nanti ke apartemen ya. Cepet sembuh untuk mama"

"Iya sayangku, makasih"

"Okay, bye I love you"

"I love you too"

"I love you three"

"I love you five"

"Haha... udah sana, anterin mama dulu"

Sambungan telepon kemudian dimatikan oleh Zizi. Senyum Adnan merekah setelah mendengar suara gadisnya itu. Namun, Ia buru-buru merubah ekspresinya saat masuk ke dalam mobil. Tentu saja untuk menjaga perasaan mamanya.

"Oh iya Nan. Kamu latihan ijab qabul gih. Tinggal dua hari lagi loh" Kata Bu Firda di tengah perjalanan menuju rumah. Namun tak ada jawaban dari Adnan. Matanya tetap fokus pada jalan dihadapannya.

"Nan, Adnan!!!"

"Haa? gimana mah?"

"Ck... Kata mama, kamu latihan ijab qabul. Biar lancar nanti" Adnan hanya mengangguk malas menanggapi perkataan mamanya.

"Adnaaaaan!"

"Iya mamaku sayaaang. Nanti latihan deh sama papa" Adnan menyerah kalau sudah dengan mamanya.

"Latihan kok sama papa. Orang dulu papamu juga gemeteran hahaha" Bu Firda tergelak mengingat acara akadnya dengan Pak Surya 28 tahun silam.

"Tapi tetep keren kan?" Goda Pak Surya.

"Iya deh, sipaling keren" Saut Bu Firda dari kursi belakang.

Adnan hanya geleng-geleng melihat kelakuan orang tuanya yang masih saja seperti pasangan muda.

Mobil yang dikemudikan Adnan akhirnya sampai di depan sebuah rumah gedong dengan pagar yang tinggi. Pagar itu perlahan terbuka dari arah dalam. Adnan membawa mobil itu masuk. Setelah membantu mamanya masuk ke rumah, Adnan berpamitan untuk keluar.

"Mau kemana?" Tanya Bu Firda.

"Emm... itu mah. Ee mau ketemu sama WO iya. WO. Katanya ada yang mau dibicarakan. Penting" Jawab Adnan bohong.

Rindu untuk AdnanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang