17. My Baby

327 79 31
                                    

"Lusa aku mau pulang sekalian bawa Rora biar dikenalin ke orang rumah. Karena kan sebentar lagi aku wisuda, jadi setelah itu rencananya baru sidang pengesahan adopsi Rora. Aku lagi usahain biar Rora deket sama keluarga yang lain."

Pernyataan Paritha sedikit membungkam kelima orang lainnya yang sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Kini semua pasang mata menatap ke arah gadis 21 tahun itu.

"Tiba-tiba?"

"Enggak tiba-tiba, sebenarnya aku dari kemaren udah mikirin hal ini. Dan lusa adalah waktu yang tepat, sekalian Daddy ngadain makan malem bareng sama Keluarga Nagara."

Ruka menenggak minumannya, bibirnya mulai terbuka menanyakan satu hal yang terus beterbangan di dalam kepala, "Udah yakin soal itu?"

Anggukan pasti dari Paritha, Ruka terima sebagai jawaban.

Tetapi, jujur saja. Ada sedikit rasa takut yang terbersit di hati Ruka dengan penolakan dari Keluarga Wimala yang juga merupakan keluarganya sendiri.

Lahir di keluarga yang menjunjung tinggi kesempurnaan dan tidak mengizinkan sedikit saja celah yang mengusik, menyadarkan Ruka bagaimana kerasnya jiwa-jiwa para Wimala.

Terutama para tetua. Kakek, Nenek, orangtuanya juga orangtua Parihta dan Canny serta anggota keluarga yang lain.

Kehadiran Rora bisa saja dicap sebagai noda untuk keluarga mereka.

Asal usul yang tidak jelas dan Paritha yang belum menikah tapi sudah memiliki anak, kemungkinan besar akan menimbulkan desas-desus serta gosip miring mengenai Keluarga Wimala dan berdampak pada Wimala's Group —usaha keluarga mereka yang sudah berkembang sangat pesat dan sukses.

"Lo sadar kan gimana kerasnya keluarga kita?" Tanya Ruka lagi memastikan, hatinya tidak tenang. Ia takut sesuatu yang buruk terjadi pada dua orang tersayangnya.

Paritha kembali mengangguk. Ia meraih jemari Ruka untuk digenggam, "Sadar Kak, aku juga ngerasain apa yang Kakak rasain. Tapi gimana pun juga mereka harus tau tentang Rora, tentang keberadaannya karena dia anakku."

"Kalau misalkan mereka tetap nolak. Apa yang bakalan lo lakuin?"

"Percaya sama aku, mereka gak akan bisa nolak."

Ruka memilih percaya dengan ucapan sang sepupu. Ia meraih tubuh yang lebih besar darinya itu untuk dibawa ke dalam dekapan hangat, "Lagian kan ada Canny, jadi gak ada yang perlu dikhawatirin."

Canny yang mendengar namanya disebut seketika mendongak, menjauh dari mangkuk berisi mi rebus rasa ayam bawang kesukaannya, "Betul tuh, betul."

"Iya deh si paling anak taekwondo. Kakak titip mereka sama kamu ya, Can."

"Aman. Kakak bisa pegang omonganku."

Ergh!

Pelukan kedua kakak-beradik tersebut seketika terlerai karena dorongan kecil dari tangan mungil yang berada di antara mereka.

Ruka dan Paritha menunduk ke bawah. Terkekeh melihat wajah kesal Rora yang sungguh menggemaskan.

Alis yang menukik ke bawah dengan dahi yang berkerut berhasil membuat Ruka geram.

Pipi tembem itu ia kecupi berulang-kali juga sesekali ia menggelitiki pinggang gadis kecil itu sehingga Rora merasa geli.

Tawa riangnya diabadikan oleh tiap manusia yang ia sebut keluarga.

"Dah~ Dah~ Nda, dah~" Rora meminta bantuan pada Paritha. Ia merasa lelah karena terus digelitiki hingga tertawa tanpa henti.

Sang Bunda segera mengambil alih anaknya, menyembunyikan Rora di dalam pelukan, "Udah Aunty Ruru, Adek Rora udah capek."

𝐌𝐲 𝐁𝐚𝐛𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang