20. Wadah

210 40 17
                                    

Suasana kerajaan Geminic saat ini sudah cukup kondusif, monster sudah berhasil dikalahkan dan hanya tinggal monster kecil di daerah pinggir dan para guardian bisa mengatasinya.

Setelah beberapa hari dalam baju besinya, Johnny bisa melepas baju perangnya hari ini. Tenio membantu untuk membersihkan tubuh Johnny di pemandian, tak berselang lama seseorang mengetuk pintu pemandian besar itu.

"Tuan, saya membawa informasi tentang Pangeran Haechan," itu adalah suara Yeonjun,

"Masuklah," Johnny membalas. Suara pintu besar itu terbuka memenuhi ruangan, Yeonjun menghampiri Johnny dan Ten setelah menutup pintu agar tidak ada orang lain yang mendengar informasi selain mereka bertiga.

"Ada apa?" Johnny masih dalam posisinya, berendam pada kolam air hangat besar dengan Ten yang membasuh tubuh Johnny yang penuh dengan bekas luka meski sudah menggunakan baju besi.

"Kabar baik dari Pangeran Haechan, keadaan di Leon dan Tauria sudah mereda Tuan," ucap Yeonjun.

"Baguslah, Erano juga sudah lenyap seharusnya semua ini sudah selesai," ucap Johnny.

"Lalu apa kabar buruknya?" Tanya Johnny,

"Tentang mimpi Pangeran Haechan, para penyihir yakin jika itu adalah ramalan dari Dewa Castor dan Pollux. Lalu dengan perilaku Pangeran yang hilang kendali, itu juga peringatan, Pangeran Haechan adalah..."

Johnny terkejut bukan main ketika mendengar pernyataan dari Yeonjun, Tenio juga sama terkejutnya dengan Johnny. Entah ini kabar buruk atau kabar baik bagi mereka.

"Aku mengerti, sekarang kau bisa beristirahat." Perintah Johnny.

Setelah berpamitan pada Johnny dan Ten, Yeonjun pergi meninggalkan tempat, menyisakan Ten dan Johnny yang sama-sama terdiam mencerna informasi yang mereka dapatkan barusan.

"Sayang, apakah kau sudah tahu soal ini? Karena itu kau selalu melarang Haechan pergi?" Tanya Ten sambil menatap suaminya, kepala Johnny menggeleng sebagai jawaban.

"Aku melakukan itu karena para penyihir bilang Haechan adalah pelindung Geminic," jawab Johnny.
Ten menghela nafasnya, ia tidak tahu lagi harus menanggapi seperti apa, pikirannya berkecamuk dan ia mulai khawatir dengan keselamatan Haechan.

Selesai membersihkan diri, Johnny dan Ten pergi ke kamar untuk mengistirahatkan tubuh mereka terutama Johnny yang tentunya tidak bisa tidur nyenyak selama beberapahari ini.

Namun belum sampai memejamkan mata, keduanya dikejutkan dengan suara ketukan pintu kamar. Ketika Ten membuka pintu rupanya Hina yang berdiri didepan pintu kamar.

"Ada apa nak?" Tanya Ten.

"Ibu, aku ingin pergi ke Leon untuk menyusul Haechan besok. Izinkan aku pergi bersama dengan pengantar pesan besok pagi ke Leon," ucap Hina.

Tentu saja permintaan itu di dengar pula oleh Johnny, Ayah dari si kembar itu nampak menimbang. Keadaan sudah mulai membaik, mungkin tidak ada salahnya. Si kembar itu juga pasti memiliki ikatan untuk kembali bertemu.

"Baiklah, dengan syarat kau hanya boleh disana selama dua hari tidak lebih," meski agak keberatan namun Hina menganggukkan kepalanya, perihal dia pulang tepat waktu atau tidak bisa dibicarakan nanti.

"Terimakasih Ayah, maaf sudah mengganggu waktu istirahat Ayah dan Ibu," ucap Hina. Sebuah usapan dirasakan Hina pada kepalanya dan pelakunya adalah Ten, lelaki cantik itu tersenyum.

"Tidak apa, pergilah tidur sekarang. Selamat malam anakku," ucap Ten. Setelah itu Hina pamit untuk kembali ke kamarnya. Ia sudah mendapatkan izin, jadi dia tinggal berangkat besok pagi.





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZODIAC (MARKNOHYUCK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang