"Oh, sungguh persaudaraan yang indah. Tapi maaf, aku tidak tahan melihat hal seperti ini," dalam satu serangan cepat, Erano membuat lebih banyak tombak dari air yang menghujam mereka berdua dan salah satunya mengenai Haechan.
"Tidak, tidak, tidak.." Hina melesat menghampiri Haechan, menahan agar tubuh Haechan tidak terhempas ke tanah. Kedua mata saudaranya tertutup dan nafasnya pendek-pendek, membuat Hina panik bukan main.
"Sudah kuduga kalian bukanlah lawan yang sepadan, sampaikan pada Raja kalau aku akan menunggunya,"
꒰✶𝑍𝛳𝐷𝐼𝛥𝐶 ✶꒱
Hina masih memeluk Haechan dengan erat, langkah kaki Erano yang kembali masuk ke dalam gua mengisi pendengaran Hina.
"Tidak ada yang mengizinkanmu untuk pergi," suara itu berasal dari Haechan,
"Haechan, sudah-" Hina hendak menghentikan Haechan, namun apa yang dia lihat cukup mengejutkan karena ini bukan Haechan yang dia kenal. Auranya sudah berbeda, bahkan dari nada suaranya. Anak itu perlahan bangkit, ada cahaya biru yang menyelimuti saudaranya itu,
"Kau masih belum tahu juga dimana posisimu bocah?" ketika Erani membalikkan badannya ia terkejut dengan Haechan yang berbeda dengan sebelumnya.
"Kau yang bocah, tidak akan kubiarkan kau meninggalkan Geminic hingga aku mengadilimu diatas altar keadilan," suara Haechan bahkan berubah, ini mengingatkan Hina kepada Haechan saat lepas kendali tubuhnya diselimuti cahaya biru.
Erano nampak terkejut melihat apa yang ada di depannya, ia kemudian menyiapkan dirinya. Bahkan ketika Erano belum membuka mulut untuk bicara, tubuh Haechan sudah melesat dengan cepat ke arah Erano, lelaki itu mencoba untuk menghindar kemudian ia melayangkan sebuah pedang besar dari air kepadanya, namun dalam hitungan detik entah bagaimana caranya Haechan membuat satu salinan dari dirinya.
Hal itu tentu membuat Hina terkejut, tidak ada orang Geminic yang bisa membuat salinan dari dirinya sendiri seperti apa yang dilakukan oleh Haechan sekarang, Hina sampai tidak tahu mana yang asli dan mana yang palsu.
Dua Haechan itu menyerang Erano secara bergantian, membuat Erano cukup kewalahan karena Haechan bergerak secepat angin bahkan tanpa suara. Hingga Haechan mungkin yang asli, ia berdiri diam dan membiarkan salinannya yang mengalihkan perhatian Erano sebelum akhirnya Haechan menangkap Erano dalam sebuah angin topan.
"Kau akan diadili di altar keadilan," dan dalam sejenak topan itu hilang bersamaan dengan Erano yang entah hilang kemana. Haechan kembali menjadi satu, namun ketika anak itu hendak keluar dari goa, Hina menahannya.
"Siapa kau berani menyentuh Pollux?" tangan Hina bergetar bahkan hanya dengan menyentuh tangan Haechan,
"T-tidak, kembalikan saudaraku," ucap Hina, namun Haechan nampak tidak peduli dan mengambil langkah tetapi Hina tetap menahan tangannya.
"Lepaskan tanganmu!" protesan Haechan dihiraukan oleh Hina, anak itu malah semakin kuat menarik tangan Haechan sambil meminta agar Haechan dikembalikan. Beberapa kali Haechan terlihat memegangi kepalanya kemudian terjatuh, beberapa kali perlawanan hingga akhirnya Haechan jatuh pingsan dalam pelukan Hina.
"Haechan.. bangun," Hina mencoba untuk menyadarkan Haechan, tubuhnya masih diselimuti cahaya biru, tubuh Haechan sangat panas, ia takut saudaranya kenapa-napa.
Ia tidak bisa terbang membawa Haechan, ia bahkan tidak memiliki famili, diantara semua anggota kerajaan, hanya Hina yang tidak memiliki famili. Ia juga tidak tahu kenapa, kekuatannya jauh dibandingkan dengan saudaranya sendiri, makanya ia sering berdiam diri di istana jika ada sesuatu yang berbahaya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZODIAC (MARKNOHYUCK)
Fiksi PenggemarSemua orang selalu menginginkan kekuasaan, bahkan Haechan sendiri yang hanyalah pengembara yang ingin mengetahui dunia lebih luas, tak hanya terbatas pada kerajaannya saja. ...