10. D-Day

817 146 12
                                    

"Ayah apa kita akan pergi ke Geminic besok?" tanya Jeno, jujur saja ia tidak menemukan cara apapun untuk menentang perjodohannya dengan puteri dari Geminic, Mark juga tidak menemukan cara dan bilang untuk melihat keadaannya terlebih dahulu. 

"Tentu saja, kita sudah membicarakan ini berkali-kali." Donghae menjawab, pria berumur lebih dari 40 tahun itu kini tengah membaca laporan keuangan yang diserahkan padanya. Jeno yang duduk di kursi depan Donghae terlihat gelisah dan menghela nafas berkali-kali,

"Ada apa denganmu? Seperti kau yang jadi Raja saja." ujar Donghae, yah walaupun Jeno tidak menjadi raja karena sudah ada kakaknya, tetapi dia akan memimpin beberapa wilayah. 

Jeno beranjak dari tempatnya kemudian pergi menuju ke kamarnya, ia masih belum bisa pergi ke Geminic karena terlalu sibuk mengurusi beberapa wilayah yang akan dia pimpin nantinya. 

Jeno memilih untuk duduk dijendela kamarnya yang masih terbuka lebar menampilkan kerajaannya, ia tidak terlalu berambisi untuk menjadi raja, biarlah kakaknya saja, toh dia juga memegang beberapa wilayah nantinya. Jeno semasa hidupnya sudah lupa bagaimana rasanya kasih sayang dari seorang Ibu, Ibu-nya sudah meninggal sejak ia kecil dan ingatannya pun samar-samar. Ayahnya memegang dua peran sebagai Ayah dan juga Ibu, mendidik dan menasehatinya setiap saat, bahkan hingga menemaninya tidur saat ia takut dimalam hari. Donghae sangat sabar dalam membesarkan Jeno, jika kalian bertanya apa penyebab kematian Ibu Jeno adalah perang, karena adanya sekte yang ingin menjatuhkan kerajaan dan menguasai kerajaan Tauria menyebabkan sang Ibu Ratu harus terkena akibatnya saat kabur bersama dengan Jeno yang masih kecil. 

Jeno memiliki bekas luka dipunggungnya karena kejadian penculikan yang menewaskan sang Ibunda, ia hanya bisa menangis saat itu, maka dari itulah Jeno bertekad untuk menjadi orang yang kuat agar bisa melindungi orang-orang yang dicintainya yaitu Ayah dan juga kakakknya. 

"Semoga saja besok berjalan dengan lancar, kalau janjiku pada Haechan itu benar maka aku akan langsung membawa Haechan untuk aku nikahi." setelah beberapa saat merenungi nasibnya, Jeno memutuskan untuk tidur. 

Semoga saja besok perjalanannya bisa berjalan dengan lancar. 

Keesokan harinya, Jeno sudah bersiap sejak pagi buta bahkan sebelum matahari mengintip, kepergian mereka sudah sangat terencana dan sudah dipersiapkan dengan baik. Donghae dan kakak Jeno, namanya Sehun. 

"Semuanya sudah siap? tidak ada yang tertinggal?" Sehun memastikan, kepala semua pengawalnya mengangguk dan artinya semua sudah siap. Sehun masuk ke dalam kereta kuda bersama dengan adiknya, Jeno. Sedangkan Donghae di kereta depan, 

"Kak, kenapa bukan kau yang dijodohkan dengan puteri dari Geminic?" tanya Jeno, 

"Tentu saja aku menolak, Ayah sudah menawariku sebelumnya." jawaban itu membuat Jeno mendengus, 

"Terimalah saja, kau juga tidak mempunyai seseorang yang ingin kau jadikan istri kan?" tanya Jeno, kakaknya itu terlihat menaruh pedangnya disampingnya agar tidak terlalu berat saat duduk. 

"Aku masih harus banyak belajar sebelum menjadi Raja."

"Seorang Raja harus cepat-cepat mendapatkan istri." timpal Jeno, mendengar itu Sehun tertawa, adiknya ini sangat kekeh sekali ingin menolak padahal belum tahu bagaimana rupa puteri dari Geminic, 

"Memangnya kenapa? berikan alasanmu kenapa kau menolak perjodohan ini dan mengapa kau ingin aku yang menggantikanmu?" Sehun melipat tangannya di dada sambil memperhatikan Jeno untuk menunggu jawabannya. 

Jeno nampak terdiam dan berpikir, apakah dia jujur saja kalau dia menyukai Haechan yang berasal dari kerajaan Geminic? 

"Aku sudah mempunyai seseorang yang aku sukai, jadi... aku tidak mau dijodohkan, harusnya kan kakak sebagai penerus Raja yang harus menikah dengan puteri dari Geminic?" Jeno terlihat menatap Sehun dengan penuh harap, mata yang biasanya menakuti orang itu kini dihadapan Sehun hanya seperti mata anak anjing yang menginginkan snack dan bermain.  

ZODIAC (MARKNOHYUCK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang