12.

911 142 7
                                    

Keesokan harinya Haechan hanya ingin berbaring dikasur, nyaman dan hangat rasanya.  

"Haechan, Haechan bangun." suara itu tak membuat Haechan bangun, anak itu hanya bergumam kecil lalu menarik selimutnya lebih erat. 

Hina, si pelaku yang membangunkan Haechan melihat raut wajah tak enak dari saudaranya lantas memeriksa. Keningnya terasa panas ketika telapak tangannya menyentuhnya. 

"Astaga," Hina langsung berlari keluar dari kamar untuk memanggil pelayan, 

"Siapapun, panggilkan tabib!" seru Hina, penjaga yang ada di depan kamar mereka langsung pergi tanpa bertanya, Hina kembali masuk ke dalam kamar. 

"Ish, kenapa kau sakit disaat seperti ini." gumam Hina sambil merapikan selimut Haechan, tak lama kemudian tabib datang dan memeriksa keadaan Haechan. 

"Pangeran demam, mungkin karena kelelahan. Aku akan mengirimkan obatnya," setelah selesai memeriksa Haechan, tabib itu keluar dari kamar Haechan dan Hina.

Keributan itu rupanya sampai ke telinga Mark dan Jeno, dua sejoli itu langsung pergi ke kamar Haechan, menunggu di depan pintu kamar setelah mengetuk pintu itu beberapa kali.  

Hina membuka pintu kamar, terkejut ketika melihat dua orang tersebut berdiri didepan pintu kamar.

"Mau masuk?" tanya Hina, mencoba memastikan apakah dua orang itu mau mendengar keadaannya saja atau ingin menjenguk. Dan jawabannya adalah kepala kedua pangeran itu langsung mengangguk sebagai jawaban, 

"Silahkan," Hina membuka pintu kamar lebih lebar dan membiarkan kedua pangeran itu masuk. 

"Apa yang dibilang oleh tabib?" tanya Jeno, 

"Kelelahan, sepertinya dia terlalu memaksakan diri selama berlatih untuk penyambutan kalian kemarin." jawab Hina, 

Mark menyentuh kening Haechan dan bisa merasakan jika suhu tubuh anak itu panas sekali. 

"Aku pernah mengalami ini, tabib-ku pasti tahu obat apa yang manjur. Aku akan pergi meminta obat padanya." ucap Mark. 

Tabib kerajaan dari Leon juga diikutkan dalam perjalanan ini untuk berjaga-jaga tentunya jika ada sesuatu yang tidak diinginkan di perjalanan. 

Mark beranjak dari tempatnya dan pergi untuk menemui tabib keluarganya. 

"Kalian sangat menjaga Kakakku." ucap Hina setelah kepergian Mark yang menyisakan ia bersama dengan Haechan dan Jeno di dalam kamar itu. 

"Oh haha, jangan tersinggung soal perjodohan itu." kepala Hina langsung menggeleng sebagai jawaban,

"Tidak, aku malah berterimakasih soal itu karena aku tidak ingin dijodohkan dengan salah satu dari kalian berdua." ucapnya. 

"Sial, kenapa aku merasa dipermalukan?" batin Jeno. 

"Aku sudah memilliki orang yang aku sukai, dan ketika Haechan mendengar itu dia bilang padaku agar tidak khawatir soal perjodohan itu. Ternyata ini yang dia maksud." jelas Hina. 

"Apa orang tuamu tau soal itu?" tanya Jeno, 

"Tidak.. aku bahkan tidak yakin apakah aku akan direstui atau tidak." Hina mendudukkan dirinya di kasur miliknya yang ada disamping kasur Haechan. 

"Kau pasti bisa." ucap Jeno. 

"Uhm." Hina hanya mengangguk sambil tersenyum. 

"Jeno?" suara itu membuat kedua makhluk itu menoleh ke arah Haechan, Hina bahkan sampai menghampiri Haechan. 

"K-kenapa dia ada disini?" tanya Haechan dengan suara serak, ia kembali menarik selimut karena demi apapun udara sangat dingin sekali baginya sampai menggigil. 

ZODIAC (MARKNOHYUCK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang