Made by @Hyderia - 05 Juli 2015
I Really Like You – Carly Rae Jepsen
"Maaf, tapi saya duluan yang megang buku ini." ucap sang lelaki sambil menatap tajam kearah perempuan di sampingnya.
"Maaf juga Mas, tapi saya duluan yang ngeliat. Jadi ini punya saya." bantah sang perempuan dengan nada kesal.
Kening lelaki tersebut berkerut tak senang. "Gak bisa gitu dong, kan saya duluan yang megang."
Sepasang muda-mudi itu tak mau mengalah satu sama lain. Mereka saling menarik kedua ujung buku yang mereka perebutkan tersebut.
dan, KREEK
Sobek, terpisah menjadi dua bagian.
Sang Perempuan menganga tak percaya, sedangkan mata pemuda tadi melotot dengan tidak elitnya.
Hening sejenak, mereka saling menatap dalam diam.
Entah kenapa, tiba-tiba sudut-sudut bibir mereka berdua tertarik ke atas. Lalu mereka tertawa terbahak-bahak.
Rada Stres sih ya.
Tawa mereka yang terkesan tiba-tiba itu, membuat beberapa pengunjung toko buku lainnya tersentak kaget.
"BUAHAHAHAHA!"
Gimana gak kaget, ketawa mereka aja ganas begitu. Bocah lima tahun yang gak sengaja denger tawa mereka aja langsung nangis ketakutan.
"Ekhem,"
Suara deheman yang dibuat-buat itu berhasil membuat Nada dan Rama, Perempuan dan Pemuda tadi, menghentikan tawa mereka.
Dengan serentak, mereka menoleh kearah seorang bapak-bapak paruh baya berkepala botak di belakang mereka.
Bapak-bapak itu menggoyangkan kumis lebatnya dengan mata yang melotot marah.
"Ganti bukunya, atau saya nikahkan kalian berdua."
Waw, Ancaman yang super sekali.
.
.
I Really Like You © Hyderia
.
.
"Yang barusan itu serem banget, sumpah." ucap Nada dengan senyum geli yang terukir manis di bibirnya.
Rama yang berjalan disampingnya terkekeh pelan. "Ya iyalah, kita main nyobek aja. Padahal bukunya belum dibayar juga."
"Kamu sih, ah padahal aku udah lama nyari itu buku." Nada mengerucutkan bibirnya sebal.
"Iya, iya. Maaf deh,"
Sebuah ide cemerlang terlintas di benak Nada. "Aku maafin kalau kamu mau nraktir aku Es krim. Gimana?"
ujarnya dengan alis yang naik-turun.
Rama tersenyum tipis, "Aku nraktir, tapi kamu yang bayar gimana?"
Nada kembali cemberut.
Rama lagi-lagi terkekeh kecil. Tangan besarnya menepuk-nepuk pucuk kepala Nada dengan pelan.
"Iya deh."
"YESSSS!"
Rama dan Nada yang bahkan belum saling mengetahui nama masing-masing itu, kemudian berjalan berdampingan menuju sebuah gerai Es krim.
Sesampainya disana, Mata bundar Nada berbinar-binar cerah saat melihat berbagai jenis Es krim yang tersedia pada buku menu.
"Mau pesen yang mana?"
Nada berkedip-kedip lucu. "Semuanya boleh?"
"Boleh, tapi bayar sendiri." jawab Rama sembari melihat-lihat daftar menu dihadapannya.
Nada kembali memasang wajah sebal. "Ukh, ya udah deh. Aku mau yang ini." Jari lentiknya menunjuk pada sebuah gambar Es krim.
Rama mengangguk kecil, lalu pemuda itu memesan Es krim pilihan Nada.
Jika dilihat dari mata orang awam, mereka terlihat seperti pasangan kekasih yang sedang pergi berkencan. Padahal, mereka bahkan belum saling bertukar nama.
"Enak?" tanya Rama pada Nada yang masih asik melahap Es krim pesanannya.
Gadis berambut panjang itu mengangguk antusias menjawab pertanyaan Rama.
Rama memangku dagunya dengan sebelah tangan. Pemuda tampan berkulit kecoklatan itu asik memperhatikan Nada.
Rama memperhatikan semua tingkah gadis dihadapannya itu dengan seksama. Mulai dari caranya makan, sampai dengan ekspresi gembira Nada tak luput sedikitpun dari perhatiannya.
"Ah,"
Nada menghentikan acara makannya. "Kenapa?"
Sapuan lembut ibu jari Rama di sudut bibirnya sukses membuat Nada terpaku. Gadis itu masih tak berkutik saat pemuda itu kembali menarik tangannya.
"Ada sisa Es krim di sudut bibirmu." ucap Rama kalem.
Pemuda itu kemudian menjilat ibu jarinya yang sebelumnya ia gunakan untuk menghapus sisa Es krim di sudut bibir Nada.
Tentu saja sikap Rama barusan membuat Nada malu setengah mati. Pipi putih mulusnya sontak berubah warna menjadi kemerahan.
Malu? Iya.
Salting? Banget!
Rama bahkan terlihat cuek-cuek saja saat melakukan hal tersebut. Sementara Nada? Dia merasa bisa pingsan saking malunya.
Melihat Nada yang tak lagi melanjutkan acara makannya, Rama bertanya dengan nada bingung.
"Kenapa?"
Nada gelagapan. "Emm, gak ada." gadis manis itu kembali memakan Es krimnya, walau tak seantusias tadi.
Ukh, Nada pasti malu banget.
*****
"Aku harus pergi sekarang."
Rama berdiri dari tempat duduknya. Pemuda itu memperhatikan Jam yang bertengger manis di pergelangan tangannya dengan gelisah.
"Maaf gak bisa nemenin kamu lagi." ucapnya dengan ekspresi bersalah yang sangat kentara.
"Gak apa, kok." balas gadis itu sambil tersenyum lembut.
Rama yang sudah ingin melangkah pergi, tiba-tiba berbalik badan. "Ah, sebelum itu, boleh aku tau siapa namamu?"
"Nada."
Pemuda dengan lesung pipi itu tersenyum tipis. "Sampai jumpa lagi, Nada." dan kemudian dia benar-benar melangkah pergi. Maninggalkan Nada yang menatap punggung tegapnya yang semakin menjauh.
"Astaga, aku lupa bertanya
siapa namanya. Dasar Nada bego." Nada meringis sambil merutuki kebodohannya.
Kini gadis itu hanya bisa berharap. Semoga takdir mempertemukan mereka kembali.
Kenapa?
Nada bergumam pelan. "Aku rasa aku menyukainya."
Secepat itu?
"Aku hanya tertarik. Yah, benar-benar tertarik pada pesonanya."
.
.
It's way too soon, I know this isn't love
But I need to tell you something
I really really really like you
.
.
Minggu pagi yang cerah. Nada dengan tergesa-gesa berlari secepat yang ia bisa. Gadis manis yang mengenakan gaun terusan berwarna hijau muda itu melirik ke arah ponsel di genggamannya.
Sebentar lagi, sebentar lagi dia pasti sampai.
Nada memasuki sebuah Restoran berkelas di kotanya itu dengan nafas yang tersengal-sengal. Dia mengedarkan pandangan, dari meja nomor dua, Ibunya melambai-lambaikan tangan. Seolah menyuruhnya untuk segera mendekat.
Hari ini ada pertemuan penting dengan salah satu kerabat Ibunya. Gadis itu melangkah dengan pelan.
"Maaf bu, Tadi Macet banget. Nada terpaksa lari-larian buat nyampe ke-"
Nada tiba-tiba menghentikan ucapannya saat netra matanya bertatapan langsung dengan sepasang mata kelam milik seorang Pemuda.
Pemuda yang duduk tepat dihadapan Ibu dan Ayahnya tersebut menatapnya dengan sebuah senyum miring yang terukir indah di bibir menawannya.
Ini gila.
Nada tak begitu percaya dengan yang namanya kebetulan, tapi ini...
Benar-benar gila.
"Hallo," Pemuda itu masih saja menyeringai. "Nada."
dan saat itu pula, Nada lupa bagaimana cara bernafas.
.
.
And I want you
Do you want me,
Do you want me too?
.
.
[I Really Like You : Selesai]
![](https://img.wattpad.com/cover/45180535-288-k372761.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Book 1: Melodies [song-fict]
Truyện NgắnEvent kedua persembahan dari para member Author Club. Kami membuat event ini, bertujuan untuk mengasah kemampuan menulis dari para member kami. Kami memang belum sempurna, namun kami berusaha memberi yang terbaik agar bisa dinikmati pembaca sekalian...