Waktu terus berlalu, hubungan Naruto dan Hinata sudah berjalan selama dua bulan. Selama itu pula hubungan mereka berjalan baik, hanya sesekali berdebat tentang hal kecil, Hinata juga semakin dekat dengan keluarga Naruto terutama Ibu lelaki itu.
Saat ini Hinata tengah merapikan barang-barangnya dan bersiap untuk pulang karena jam sudah menunjukkan pukul empat sore, ia tidak pulang bersama Naruto karena Hinata ingin bertemu dengan temannya disebuah café. Tadinya Naruto bersikeras untuk mengantarnya namun ditolak oleh Hinata karena jarak dari sekolah ketempat yang ia tuju itu dekat jadi tak masalah pergi sendiri, akhirnya karena Hinata yang tetap bersikeras ingin pergi sendiri pun membuat Naruto menyerah dan membiarkan kekasihnya.
Hinata berjalan ke halte dan langsung menaiki bus yang baru saja tiba, ia mendudukkan diri didekat jendela sambil melihat suasana sore yang cerah karena matahari masih memancarkan sinarnya.
Tak lama ia pun sampai dan langsung masuk ke dalam café tersebut, pandangannya mengedar lalu melihat temannya itu yang sedang melambai ke arahnya. Hinata tersenyum lalu bergegas mendekati temannya, setelahnya mereka langsung berpelukan erat melepas rindu setelah sekian lama mereka tidak bertemu.
"Astaga Hinata, aku sangat merindukanmu!" Ucap teman Hinata.
"Aku juga merindukanmu Sakura." Balas Hinata dengan riang.
Melepas pelukan mereka lalu mendudukkan diri, Hinata memanggil pelayan lalu memesan minuman juga makanan ringan untuknya, pelayan berlalu mereka kembali berbincang ringan.
"Kau tidak berubah sama sekali ya, padahal terakhir kita bertemu saat kelulusan sekolah dulu." Kata Sakura.
Kekehan mengalun dari bibir Hinata karena penuturan sahabatnya itu, "Bagaimana di Swiss kau betah disana?" Tanya Hinata. Sakura memang tinggal di Swiss setelah lulus dari sekolah, ia melanjutkan pendidikan disana sementara Hinata tetap di Jepang.
"Yeah, lumayan. Swiss negara yang indah namun meski begitu aku tetap lebih suka di Jepang, aku akan menetap di Jepang jadi kita bisa sering bertemu sekarang." Katanya dengan riang, "Bagaimana denganmu, apa kau sudah memiliki kekasih?" Sakura bertanya dengan nada menggoda, pasalnya sahabatnya ini tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun bahkan saat mereka masih duduk dibangku sekolah dulu.
Hinata yang mendapat pertanyaan itu tersenyum malu, semburat merah muncul di pipi gembil nya. Ia mengangguk pelan menjawab pertanyaan sahabatnya itu.
Sakura memekik tertahan saat Hinata mengangguk, "Akhirnya kau memiliki kekasih juga setelah sekian lama sendiri. Siapa kekasihmu? Apa aku kenal? Apa dia tampan dan kaya?"
Astaga kepala Hinata rasanya pusing mendengar pertanyaan Sakura yang bertubi-tubi itu, "Kau ini kalau bertanya satu-satu, aku pusing ingin menjawab yang mana dulu." Bibir Hinata mencabik sebal.
Sakura hanya memberikan cengiran lebar kepada sahabatnya, "Maaf, habisnya aku terlalu senang kau memiliki kekasih." Jelasnya.
Hinata baru akan menjawab namun pesanannya sudah tiba, ia mengucapkan terimakasih sebelum akhirnya ia menjawab satu-satu pertanyaan dari sahabatnya itu, "Namanya Naruto, dia murid ditemp- "
Uhuk!
Tiba-tiba Sakura tersedak minumannya, ia menatap Hinata dengan pandangan terkejut dan tak percaya. "Apa?! Muridmu? Astaga Hinata yang benar saja! Bagaimana bisa?" Sungguh Sakura sangat terkejut atas jawaban sahabatnya itu.
Hinata sudah menduga reaksi sahabatnya akan begitu, ia lalu kembali melanjutkan ucapannya. "Dia memang muridku, aku jatuh cinta padanya saat ia masih duduk dibangku kelas 11 dan ternyata ia juga menyukaiku. Sampai akhirnya sekarang ia sudah kelas 12 dan kami resmi menjadi sepasang kekasih, Naruto itu tampan, pintar, ceria dan itu yang membuatku jatuh cinta padanya." Jelas Hinata panjang lebar.