Part 17

66 20 0
                                    

Masih dengan rasa cemasnya Naruto terus menekan bel apartemen Hinata, mulutnya juga tak berhenti memanggil nama Hinata namun tetap saja Hinata tak membukakan pintu. Ia tau Hinata sudah pulang karena tadi wanita itu sempat mengabarinya, ia pun menawarkan diri untuk menjemput sang kekasih namun lagi-lagi ditolak katanya ia ingin naik bus saja.

"Hinata, sayang. Tolong buka pintunya, kau didalam kan?" Naruto masih terus berusaha, tangannya juga sesekali mengetuk pintu apartemen Hinata.

Disisi lain Hinata yang memang sedari tadi mendengar masih memilih abai, ia belum mau bertemu dengan kekasihnya itu. Hatinya masih terlalu sakit atas apa yang dilakukan Naruto, bagaimana bisa lelaki itu mengkhianatinya padahal ia berkata kalau hanya mencintai Hinata, namun sekarang ia malah bermesraan dengan wanita lain.

Pintu terus diketuk, bel apartemennya terus ditekan dan suara Naruto yang masih terdengar menyerukan namanya karena muak akhirnya Hinata beranjak dan menuju pintu apartemennya.

Ia membuka pintu apartemen miliknya dan langsung memperlihatkan Naruto yang berdiri disana dengan raut cemas, ia hanya diam tanpa ekspresi apapun.

Melihat pintu itu terbuka dan memperlihatkan kekasihnya yang saat ini penampilannya begitu kacau, mata sembab dengan jejak air mata yang masih terlihat di pipi kekasihnya, dan rambut serta pakaiannya yang berantakan membuat Naruto semakin cemas.

Baru saja tangannya terangkat ingin menangkup wajah kekasihnya namun Hinata dengan cepat menepis tangan Naruto, matanya kembali berkaca mengingat kelakuan kekasihnya itu.

Mendapat penolakan seperti itu tentu membuat Naruto kebingungan, ada apa dengan kekasihnya padahal tadi mereka baik-baik saja sampai Hinata yang menghubunginya lalu mematikan sambungan telepon secara sepihak.

"Ada apa?" Tanya Hinata dingin.

"Kau kenapa sayang, mengapa menangis dan juga tadi kau menghubungiku namun langsung kau matikan. Apa terjadi sesuatu?" Katanya dengan lembut, tangannya kembali ingin menyentuh Hinata namun lagi-lagi mendapat penolakan dari wanita itu.

Hinata menggeleng, "Tidak ada, aku baik-baik saja. Kau pulanglah, aku ingin istirahat." Setelah mengatakan itu Hinata langsung menutup pintu apartemennya meninggalkan Naruto yang masih berdiri disana.

Naruto menatap sendu pintu apartemen kekasihnya, ia cemas namun juga bingung karena kekasihnya yang tiba-tiba berubah begitu ia merasa tak melakukan kesalahan apapun dan membuat kekasihnya marah juga menangis. Akhirnya dengan perasaan cemas dan khawatir yang masih melingkupinya, Naruto berjalan menjauh meninggalkan apartemen Hinata, besok pagi ia akan kembali lagi kesini menjemput kekasihnya itu sekalian menanyakan lagi apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang membuat kekasihnya itu marah.

Hinata💓

Sayang
Maafkan aku jika aku
melakukan kesalahan dan
membuatmu marah padaku.
Kita bicarakan besok ya.
Kau jangan lupa makan
malam.
Aku mencintaimu.


Paginya Naruto sudah berada di apartemen Hinata, ia menekan bel namun pintu tak kunjung dibuka oleh pemiliknya. Ia mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi nomor kekasihnya, tak lama panggilannya terjawab.

"Sayang, aku sudah didepan kau dimana?" Tanya Naruto dengan lembut.

"Aku sudah disekolah." Jawab Hinata diseberang sana.

"Mengapa tak menungguku?"

"Hanya ingin berangkat lebih pagi. Sudah dulu ya." Panggilan mereka langsung terputus dengan Hinata yang memutus duluan, Naruto menghela nafas semakin yakin kalau kekasihnya itu memang tengah marah padanya tapi karena apa? Ia tak merasa membuat kesalahan pada kekasihnya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 12 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NAUGHTY TEACHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang