Cahaya remang-remang menerobos celah jendela ruang bawah tanah. Para staff bertubuh kekar Renegades dengan tatapan tajam berkumpul mengelilingi meja kayu
Peta kota terbentang di atasnya, dihiasi tanda-tanda berwarna mencolok yang menandai wilayah kekuasaan masing-masing pasukan Renegades
Hyunjin, dengan sorot mata penuh perhitungan, menunjuk sebuah titik di peta. "Ini akan menjadi titik serangan kita. Kita akan mengepung mereka dari tiga arah, dan melancarkan serangan mendadak saat mereka lengah." Para staff mengangguk, siap melaksanakan perintah sang Ketua
Di tengah meja, terdapat sebuah kotak berisi senjata api berbagai jenis. "Kita harus bergerak cepat," ujar Bangchan. "Mereka sudah mempersiapkan diri, jadi kita harus lebih cerdik."
Jay menyodorkan sebuah dokumen. "Saya sudah menganalisis kekuatan mereka. Mereka lemah di bagian timur, kita bisa memanfaatkan kelemahan itu."
Rencana pun mulai terbentuk, detail demi detail dibahas dengan serius.
"Mereka diam-diam mendirikan markas pertahanan kecil di perbatasan Gangnam," Minho menanggapi. "Kita perlu menghancurkan markas itu sebelum melancarkan serangan utama."
Hyunjin mengangguk setuju. "Baiklah, kita akan menggunakan taktik bumi hangus. Kita akan membuat mereka kehabisan sumber daya sebelum kita menyerang."
"Sunghoon, bagi tim Alpha di beberapa titik dekat mansion. Bagi juga tim Beta dan Sigma untuk berjaga di perbatasan. Blokade seluruh Korea Selatan. Nyalakan alarm peringatan perang. Jake, amankan masyarakat sipil. Pastikan mereka tidak berada dalam radius titik perang kita. Gunakan koneksimu dengan para tentara Korea untuk memudahkan pekerjaanmu" ujar Changbin
"Baik Tuan!" ujar Sunghoon dan Jake bersamaan
**********
Mata Felice perlahan terbuka dan cahaya putih menyilaukan penglihatannya. Dimana ini? Pikirannya terasa buram, seperti kabut tebal yang menyelimuti ingatannya
Rasa sakit menjalar di kepalanya, membuatnya meringis. Suara monitor detak jantung berbunyi monoton, menandakan ia berada di rumah sakit. Dengan susah payah, ia berusaha duduk, namun tubuhnya terasa lemas
Saat kesadarannya kembali, wajah sang Kakak tengah menatapnya dengan khawatir. "Kau sudah sadar, Licie?" tanya Jeongin dengan suara lembut
Dengan perlahan, Felice mengangguk, masih berusaha mencerna situasi. Terakhir kali yang ia ingat adalah... meledaknya bom di gedung sekolahnya? Pikiran Felice langsung melayang pada keluarga dan teman-temannya
"Kakak, bagaimana kondisi kakak Hwang?" ujar Felice panik
"Kakak Hwang baik-baik saja, hanya mengalami luka-luka kecil. Mereka sedang mencari pelakunya sekarang"
Felice menatap Jeongin dari bawah sampai atas. Kaki dan lengan kanan Jeongin dibalut dengan perban. Ia juga memegang sepasang kruk
"Kakak... Apa yang terjadi padamu?"
Mata Felice mulai berkaca-kaca. Jeongin tersenyum memeluknya, "ssttt, Kakak baik-baik saja. Hanya sedikit terkilir di kaki dan tanganku. Tak butuh waktu lama untuk sembuh kok"
Felice yang masih terisak dalam dekapan Jeongin itu pun bertanya, "Kenapa banyak orang yang sangat ingin melukai keluarga kita? Bukankah selama ini kita melakukan pekerjaan yang benar?"
"Ya, dalam kacamata kita, kita benar. Tapi cara kita bisa dibilang tidak manusiawi. Wajar jika kita punya banyak musuh. Kenapa? Apa Felice mulai goyah?"
Felice menggeleng lalu melepaskan pelukannya dari Jeongin, "Aku hanya mengkhawatirkan kita semua. Staff kita banyak. Kita juga dibekali dengan kemampuan menjaga diri yang baik. Tapi, kenapa hal seperti ini masih saja terjadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
• RENEGADES •
FanfictionKehidupan 4 Hwang Bersaudara ㅡMafia paling kejam di Korea Selatan, terpaksa sedikit mengalami perubahan setelah mereka tidak sengaja menemukan bayi didalam sebuah kotak yang ditinggalkan orang misterius di mansion mereka #1 Felix (01/12/2024) #1 Lee...