괴롭힘을

314 46 1
                                    

Malam itu, dalam kegelapan selnya, Rowoon menggambar peta kasar penjara di dinding dengan menggunakan ujung sendok yang telah diruncingkan. Ia menjelaskan rencananya secara detail kepada anak buahnya yang menyamar sebagai petugas polisi, "Kita akan memanfaatkan jadwal patroli yang sudah kubaca dari buku catatan penjaga. Saat mereka lengah, kau buat keributan di dapur. Sementara itu, aku akan keluar dari sel melalui ventilasi itu." Anak buahnya mengangguk, matanya berbinar penuh semangat.

"Sistem keamanan penjara ini terlalu mudah ditembus," gumam Rowoon sambil mengamati kamera pengawas yang terpasang di langit-langit sel. "Kita akan memanfaatkan titik buta kamera ini untuk melarikan diri. Kau siapkan tali dari kain seprai, nanti kita akan turun melalui jendela." Anak buahnya mengangguk, lalu mulai mengurai kain seprai menjadi tali yang cukup panjang.

6 jam sudah berlalu, Rowoon mendekati sang penjaga yang merupakan salah satu anak buahnya yang menyamar. Ia membisikkan rencana pelariannya, "Saat aku memberi aba-aba, kau mulai semua rencana kita. Jangan ada kesalahan sekecil apapun!"

Penjaga itu mengangguk faham. Tak lama kemudian, keributan pecah di dapur sesuai rencana. Rowoon segera mengambil kesempatan itu. Dengan gesit, ia melompat melewati pagar pembatas dan berlari sekencang mungkin menuju pintu keluar

Hujan gerimis membasahi tubuh Rowoon yang berlari kencang. Napasnya tersengal-sengal, namun ia tetap memacu langkahnya.

Alarm berbunyi nyaring tepat saat Rowoon berhasil keluar dari penjara. Para penjaga langsung berhamburan keluar, mengejarnya. Rowoon berlari sekuat tenaga, jantungnya berdebar kencang.

Sesampainya di titik pertemuan, ia langsung melompat ke dalam mobil yang sudah siap. "Maju!" perintahnya. Mobil itu langsung tancap gas, meninggalkan para penjaga yang semakin dekat. "Mereka mengejar kita!" teriak salah satu anak buahnya. "Tancap gas!" perintah Rowoon. Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi, melewati jalan-jalan yang gelap dan sepi. "Kita harus ke markas besar secepatnya," lanjut Rowoon.

Setelah melewati kejaran polisi yang menegangkan, Rowoon akhirnya merasa aman. Markas rahasia miliknya yang berada didalam hutan yang lebat ini adalah benteng terakhirnya. Ia mengunci pintu pondok dan memeriksa jendela-jendela. Setelah memastikan semuanya aman, ia bersandar di dinding dan memejamkan mata.

Di dalam kegelapan malam, Rowoon merencanakan langkah selanjutnya. Dengan tatapan penuh amarah, ia menatap api unggun. Pelarian ini baru permulaan. Ia akan membalas semua perbuatan yang telah dilakukan kepadanya. Markas rahasianya akan menjadi pusat komando untuk menjalankan misinya.

"Tuan, bagaimana dengan Nona Muda?"

Rowoon berdecak, "Ck! Biarkan saja dia di penjara. Aku sudah tidak membutuhkan anak ceroboh itu!"

Anak buah Rowoon mengangguk paham, dan meninggalkan Rowoon di kamarnya

Renegades.... Lihat saja nanti ~

Cahaya monitor menyinari wajah Rowoon yang serius. Jari-jarinya lincah menari di atas keyboard, mengetikkan kode-kode rumit. Ia sedang membangun sebuah situs web anonim, sebuah platform yang akan menjadi alat untuk membongkar wajah para anggota inti Renegades.

Di dalam ruangan sempit itu, Rowoon menemukan kenyamanan tersendiri. Ia bersandar pada dinding dingin, mata tertuju pada layar monitor yang menampilkan wajah-wajah anggota Renegades. "Akhirnya, dunia tahu siapa kalian sebenarnya," gumamnya dengan nada kemenangan.

Senyum sinis merekah di bibirnya saat membayangkan kekacauan yang akan terjadi. "Kalian tidak akan bisa menghancurkanku! Hahaha," tawa jahatnya menggema di dalam ruangan.

**********

Tim IT Renegades sibuk di ruang komputer. Mereka semua bekerja ekstra mencari tau pelaku penyebaran identitas Hwang bersaudara. Meskipun Rowoon sudah dianggap suspect, tapi mereka tetap harus mengamankan kekacauan akibat berita itu

• RENEGADES •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang