Ledib membuka matanya perlahan, kepalanya terasa sangat pusing dan badannya terasa lemas.
"Ngh.."
Grep!
"EH-" Ledib terkejut dengan kedatangan Ayon yang secara tiba tiba memeluknya, terlebih pelukan itu lama kelamaan semakin erat. Membuatnya menjadi sedikit sesak.
"Ayon?" Tidak ada jawaban dari Ayon.
Ledib akhirnya membiarkan Ayon memeluknya, lemas dan pusing yang ia alami saat bangun tadi menghilang, ia juga merasakan kehangatan dari Ayon. Pelukan yang Ayon berikan benar benar membuat Ledib nyaman.
Ledib merasa bajunya basah, apa Ayon menangis?
"Ayon! Lu nangis?!" Ledib berusaha melepaskan pelukan Ayon, namun percuma saja, kekuatan Ayon lebih besar darinya.
Ayon melepaskan pelukannya, ia menatap Ledib dengan mata sayu dan sedikit memerah karna menangis tadi.
"Ay-"
"Lu bodoh ya?! Lu itu hampir mati tau ga!? Gua khawatir sama lo!" Ayon mengatakannya dengan nada sedikit tinggi.
Ledib terkejut dengan perkataan Ayon, sudah lama Ledib tidak mendengar Ayon menggunakan kata "Gua-lu" dengannya, terlebih.. Ayon mengkhawatirkannya?
Karna hal itu, Ledib merasa bersalah. Ia sudah membuat orang terdekatnya khawatir, bahkan ini pertama kalinya ia melihat Ayon menangis.
"Maaf.." hanya kata maaf yang bisa Ledib lontarkan sekarang.
"Harusnya gua yang minta maaf sama lo. Gua gagal jagain lu, Dib." Ayon mengepalkan kedua tangannya.
Ledib menggeleng, "gua baik baik aja, lagian gua ga minta lu buat jagain gua juga kok!" Ledib mengatakannya dengan mengangguk pelan.
Ayon diam melihatnya, di hatinya ada rasa dendam dan haus akan membunuh orang yang memperlakukan Ledib seperti ini. Tapi hal itu hilang seketika, rasa hangat karna ucapan Ledib tadi menghilangkan rasa benci itu.
Ayon tersenyum tipis, senyuman itu terlihat oleh Ledib.
Detak jantung Ledib berdegup kencang, apa ini? Kenapa tiba tiba menjadi seperti ini?
Ledib bingung dengan perasaan ini, terlebih suasana di sana menjadi sangat hangat.
Cklek
Pintu terbuka, membuat keduanya reflek melihat ke pintu untuk melihat siapa yang masuk.
Oh ternyata hanya suster.
Ledib merasa sedikit kecewa, ia kira yang datang adalah Ibu dan adiknya.
Suster itu masuk, ia menaruh obat obatan di atas nakas, setelahnya ia bertanya tentang kondisi Ledib.
Ayon di sana memperhatikan gerak gerik suster itu, tangannya setia menggenggam tangan Ledib dan sesekali mengelusnya.
"Kalo gitu obat yang ini boleh di minum sebelum makan ya." Suster itu mengambil salah satu obat di sana dan menunjukkannya kepada Ledib.
Ledib hanya mengiyakan anjuran Suster itu.
Setelah itu, Suster tersebut pergi dari sana.
"Tadi kata susternya harus minum obat kan?"
Ledib menangguk, sebenarnya ia malas untuk meminum obat itu, terlebih rasanya yang pahit.
Ayon bangun dari duduknya, ia mendekat ke meja yang berada di sebrang, mengambil obat dan segelas air putih yang akan di minum oleh Ledib.
"Di minum." Ayon memberikan satu buah obat ke Ledib.
Ledib menggeleng.
Ayon menaikkan sebelah alisnya, "gamau?"
Ledib mengangguk cepat.
"Di minum doang, ga pait Dib.."
"Gamau Ayon!" Ledib membuang muka, tak mau menatap Ayon.
"Harus pake cara ini.." batin Ayon.
Ayon menaruh kembali gelas berisi air putih itu di atas nakas, ia naik ke atas ranjang dan duduk di sebelah Ledib, membuat Ledib bingung.
Ayon memasukkan obat itu ke mulutnya, ia mendekat ke Ledib, semakin dekat, Ledib tentunya semakin bingung, apa yang akan Ayon lakukan?
Ayon memegang dagu Ledib, "Yon? Lu ma-" belum selesai mengucapkannya, lidah Ayon sudah menerobos masuk kedalam mulut Ledib.
Lidah Ayon dan lidah Ledib beradu di sana, ciuman itu hanya berselang 2 menit, karna kembali lagi ke niat Ayon sebelumnya.
(Tumben jir kaga kalap)
Ledib mengambil nafas dalam dalam, obat tadi sudah berhasil masuk, Ayon tertawa kecil melihat Ledib yang sedang ngos ngosan itu.
"Ayon!" Ledib mengembungkan kedua pipinya dan membuang muka.
Ayon tak bisa menahan tangannya untuk memegang pipi Ledib yang bertambah gembul karna Ledib menggembungkannya.
Ledib melirik sedikit, ia dapat melihat senyuman manis terukir di wajah Ayon, jempol tangannya sudah tidak memainkan pipi Ledib, melainkan mengelusnya dengan lembut.
Jantung Ledib kembali berdetak kencang, pipi nya terasa panas, ia bingung perasaan ini, apakah sakitnya semakin parah?
Ledib memegang pergelangan tangan Ayon yang dingin, ia akhirnya ingin menatap Ayon. Manik abu abu itu menatap langsung manik biru tua layaknya pemandangan pantai di malam hari.
Keduanya menatap satu sama lain, Ayon jatuh ke dalam indahnya manik abu itu. Bulu mata yang lentik, bibir pink merona, pipi gembul, sungguh pemandangan yang membuat Ayon semakin jatuh cinta ke Ledib.
"Ayon?.." Ledib membuka suaranya. Ayon segera tersadar setelah melamun tadi.
"A-ah, iya kenapa sa- Dib?" Ayon gelagapan.
"Temenin gua tidur." Ledib langsung menarik tangan Ayon untuk tidur bersamanya, membuat Ayon yang sedang duduk segera mengubah posisinya menjadi tiduran.
"Peluk." Manja Ledib.
"R u sure?" Ayon memastikan.
Ledib mengangguk.
Setelah mendapatkan anggukan dari Ledib, Ayon segera memeluk Ledib, di dalam pelukannya, wajah Ledib yang sedang menutup matanya itu sangat lucu di mata Ayon.
Tak kuasa menahan kegemasan Ledib, tangan kirinya ia gunakan untuk mengelus rambut putih halus itu, keduanya saling merasa hangat. Benar benar hangat
Cklek
"Eh?"
Hayolo! Penasaran ga? Penasaran ga? Penasaran kan?😝😝
Btw, chap ini pendek banget ya? Soalnya emang dibuat sengaja khusus mereka berdua isinya, jadi bisa mesra mesraan deh
VOTE BIAR AUTH LANJUTKAN N PUBNYA CEFATT, AYO AYO, AK MAQSA
btw ty sm yg uda baca, ai loaf yu all
#MaavYahUdahNgilang
BYEE

KAMU SEDANG MEMBACA
He's Mine.|| LeYon
Rastgele"lu punya gua, gaboleh ada yang milikin lu selain gua." - Ayon "Ayon! Gajelas lu ye!" - Ledib • Warn:: Boy×boy, gasuka? Skip y bgst. Dirty talk Kiss Harsh/bad words Sex (?) • 13/18/21+ ? - Leyon.