BAB 42 (harus menerima takdir)

35 2 0
                                    

happy Reading guys
....
...
..
.

kini acha tengah berada di depan kamar evan bersama bagas, bagas ingin memberikan bunga mawar yang ia sembunyikan tadi

"cha ini? tadi evan nyuruh buang, tapi gue simpen aja"

"makasi ya"

bagas hanya menganggukkan kepala

"gimana kedepannya? lo bisa kuat lawan sifat evan saat ini? "

"pasti bisa, kak evan cuman amnesia sementara kan? pasti bisa buat ingat semuanya"ucap acha antusias

bagas tersenyum ke arah acha " gue seneng lo bisa semangat kayak gini cha, gue mau lo nganggep gue kayak abang lo sendiri "ucap bagas dan mengelus pucuk kepala acha

acha tersenyum " acha seneng banyak yang sayang sama acha makasii kak"

bagas tersenyum senang dan langsung berjalan masuk kembali ke ruangan evan tapi tidak dengan acha yang berlari ke arah pintu luar, acha ingin pergi ke kantor abang nya

"perasaan gue gak enak bet, gelisah" lirih acha

ia langsung menancap gas full untuk cepat cepat sampai di kantornya Byan

sesampainya di kantor Byan, acha langsung berlari ke ruangan Byan

brak..

suara keras dari pintu terdengar

"acha kenapa?" ucap Byan merasa syok melihat acha yang datang tergesa gesa

"gak papa bang, acha pen nemuin abang aja"

"besok kayaknya abang mau ke Eropa cha"

"enggak"

Byan merasa bingung "hei kenapa adek abang gini"

acha terdiam mematung, dan reflek Byan langsung memeluk acha

"acha gak mau abng pergi hiks... hikss"

Byan yang melihat acha menangis pun langsung memeluknya "kamu kok jadi cengeng gini si dek"

ucapan itu mampu membuat acha terdiam dan menatap Byan tajam, Byan cukup terkejut melihat perubahan acha, acha langsung melepas pelukannya

"oke mulai hari ini acha gak akan nangis lagi"

"astagfirullah acha, kamu kenapa jadi baperan gini"

"gpp" ucap acha singkat

"kalo acha duluan di panggil mama sama papa gimana? abang bakalan gimana? "

"gak usah ngacok kamu cha"

"ih bang kan benerr, mana tau acha duluan yang mati"

"mulut gak bisa di jaga"

acha berdecak pinggal sambil trus menatap Byan tajam

"apa" ucap byan merasa ngeri sendiri di tatap oleh acha seperti itu

wajah acha berubah menjadi tersenyum"aw ganteng banget abang gue yang jamet ini, yang biasanya selalu poto taruh earphones di leher awokawokawok" ucap acha sambil terus tertawa

ucapan acha itu mampu membuat Byan naik pitam, tidak segan segan Byan melemparkan bantal sofa ke muka acha

"ABYAN GILANG ADITYAAA..... " ucap acha meninggikan suaranya hingga mengeluarkan urat urat yang ada di lehernya

"woi gak sopan " ucap Byan melemparkan lagi bantal sofa yang ada di depannya

"nyenyenyenyeee PULANG WOI"ucap acha sambil membalas lemparan yang di berikan oleh Byan tadi

byan yang mendengar ucapan acha pun langsung merangkulnya dan berjalan keluar dari ruangan untuk pulang

sesampainya di rumah Byan memegang kedua bahu acha " kamu belum ada tidur dari semalem?"

acha hanya menggeleng

"gak usah dulu kerumah sakit, kamu istirahat dulu cha"

"iya bang, rencananya juga acha mau tidur ngantuk banget"

"iya besok pagi aja balik kesana bareng abang"ucap Byan yang di bales anggukan oleh acha

🦁🦁🦁🦁

malam ini tidak ada satupun bintang yang terlihat,dan tidak ada sedikitpun cahaya bulan pada malam ini.malam ini mampu membuat acha sekarang merasa sendiri, jika saja tidak ada cahaya dari rumah ini mungkin akan sangat gelap, yah ini akan sangat gelap gulita.

acha berjalan perlahan menuju balkon kamarnya, sepertinya balkon kamarnya adalah saksi semua dari cerita keluh kesahnya yang selalu ia lontarkan ke balkon mengarahkan kelangit yang ada di luar sana

"acha gak papa kok, acha gak papa kak evan lupa sama acha. yang penting acha bisa lihat kak evan selamat dan bisa beraktivitas kayak biasanya" lirih acha sambil terus menatap langit malam

"kalo dibilang acha capek,pasti acha bilang kalo acha capek sama semuanya,tapi semua rasa capek acha gak sebanding sama rasa capek yang di derita sama orang lain.di langit masih ada langit, pasti ada masalah yang lebih berat daripada acha, pasti masih ada orang yang lebih besar masalahnya dari pada acha, acha kuat kan? " sambung acha bingung, ia berbicara dengan siapa? , sedangkan malam ini acha sendiri bersama gelapnya malam tanpa di temani bintang ataupun bulan

"acha harus bisa, hidup terus berjalan, mana bisa acha minta sama Tuhan buat jeda dulu buat istirahat, kan gak lucu" ucap acha sambil terkekeh ke arah langit

krek....

acha langsung reflek melihat ke arah pintu

"belum tidur?" ucap Byan

"belum bang"

"tutup balkon nya, udah malem masuk"

"iya bang"

"kamu tadi pulang gak bilang bilang?"

"bilang kok kak, sama kak bagas"

"yaudah deh, langsung tidur ya, udah malem ini"

"siapp bang" ucap acha dan langsung loncat ke arah kasurnya

"astagfirullah ni anak" lirih byan yang masih bisa di dengar oleh acha

acha hanya tertawa kecil dengan tingkah nya saat ini, padahal Byan tau dari wajahnya, acha barusan tidak baik baik saja

TBC

HUAAAAAAAAA BUATT READERS CHAVAN JANGAN LUPA VOTE AND KOMEN

buat kalian yang mau saranin ceritanya bagaimana boleh kok, atau mau koreksi cerita akuuu, aku terima dengan senang hati

emot kematian 💐🤍

CHAVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang