Bebas satu kata yang menemani Kala dari kecil, hidup tanpa orangtua membuatnya bebas melakukan apapun tanpa ada yang menegur. Segala pahit manisnya kehidupan dia lalui sendiri tanpa ada sosok yang mendampingi.
Konflik ringan jadi santai saja
Brothe...
Ini termasuk double up kan ya? Bilang iya!! Aku nulis ini cuma sehari doang, jadi patut di apresiasi 😎😎😎
Aku merasa part sebelumnya terlalu berlebihan, tapi ak juga ga mau ngubah, jadi biarin aja ya
Disclaimer!! Ak bukan anak ipa apalagi anak kesehatan, jadi kalau ada salah informasi atau apapun tolong langsung bilang ya biar nanti aku benarin🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Part kemarin vote dan komennya banyak, aku berharap di part ini kebih banyak, biar aku makin semangat up 🤭🤭🤭
💃happy reading 💃
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah memastikan Kala sedikit tenang, Hayden menyuruh Yudis menggantikan posisinya.
Harden mengeluarkan ponselnya, dengan cepat ia menekan nomor ayahnya, berharap ayahnya belum berangkat bekerja. Setelah beberapa detik menunggu, suara ayahnya terdengar dari seberang.
"Ayah kesini, Kala sakit, badannya panas, lukanya banyak, anaknya nangis mukulin kepalanya, katanya sakit, aku bingung harus ngapain." Kata Hayden khawatir.
"Oke ayah kesana, kamu jangan ikut ikut panik" jawab ayah yang ikut cemas.
"Hati hati yah, aku Sherlock" ucap Hayden sebelum mematikan panggilan.
Setelah mengirimkan lokasi kos Kala, Hayden kembali masuk kedalam kamar. Melihat Kala yang sudah tenang, meski airmatanya masih mengalir.
Kalau bukan karena sakit, mungkin dia akan memfoto Kala, dan mengirimkan ke Willy-fans nomor satu Kala, kalau kapten basket yang terkenal seantero SMARA bisa nangis juga.
Menghampiri Kala, duduk di bawah kaki Kala yang tertekuk. Memperhatikan Yudis yang masih setia mengelus punggung Kala.
"Bang ga bisa melek, goyang goyang semua" Adu Kala pada Yudis.
"Iya, habis ini ke rumah sakit." Jawab Yudis.
"Ayahmu masih lama?" Tanya Yudis kepada Hayden.
Dan sebelum Hayden menjawab, sang ayah sudah muncul didepan pintu kamar Kala dengan muka paniknya.
Mendengar Kala sakit tanpa babibu pria kepala empat itu langsung menancapkan gasnya menuju lokasi yang Hayden bagikan.
Menggeser posisi Yudis yang berjongkok di depan Kala, langsung saja ia mengecek kondisi Kala, menyentuh jidat, area leher, lengan dan kakinya.
"O-om, pusing" ucap Kala saat merasa tubuhnya digoyang goyang.
"Aduh maaf, Om panik banget, kita kerumah sakit ya, panasmu tinggi banget" ucap ayah cemas.