33. PREMAN! [III]

300 47 35
                                    

!Typo!

CW
!panic attack or something else!
!Kekerasan!

Suasana kelas 11 BAHASA-I di pagi hari terasa tenang, meski ada sedikit hiruk-pikuk dari para siswa yang baru memasuki kelas. Matahari masih rendah di langit mengalirkan cahaya lembut melalui jendela besar, memantulkan cahaya ke permukaan meja-meja kayu. Beberapa siswa sudah duduk di bangku masing-masing dengan buku terbuka di meja, sementara yang lain masih asyik berjalan-jalan sebentar mencari tempat duduk atau berbincang pelan dengan teman-temannya.

Sopan menginjakkan kakinya di ruangan kelas. Tiba-tiba saja ia menjadi atensi bagi yang lain. Melihat Sopan yang berdiri di ambang pintu dengan kaki di gips, dan dibantu dengan kruk. Juga wajah yang masih ada lapisan perban.

Teman-temannya langsung heboh dan segera menghampiri Sopan yang sempat menjadi topik hangat saat kemarin.

"Samudera! Gila, lo beneran jatuh ternyata, kirain cuma prank Kakak kelas anjir!"

"Ngilu anjay boy, butuh berapa lama sembuh dari cidera begitu?"

"Samudera, udah mendingan?"

Sopan menghela napas panjang. Ia mengangkat tangan kanannya dan berujar dengan pelan, "Oke-oke, tolong tenang ya. Aku gak apa-apa demi, udah mendingan."

"Kronologinya gimana, Dra? Kok bisa lo sampai begini?"

"Jalannya licin jadi aku jatuh, sempat pingsan sih makanya aku dicari-cari sama panitia dan guru," balas Sopan.

"Tapi muka lo babak belur begini."

"Ini baret, sempet nyusruk di tanah," kata Sopan menunjuk wajahnya sendiri.

Setelah berbincang sejenak, Sopan meminta untuk yang lain balik ke kursinya masing-masing. Juga Sopan yang berjalan ke kursinya.

Sopan baru saja duduk di kursi dan ia langsung dihampiri oleh gadis yang diketahui penanggung jawab mata pelajaran.

"Hai Samudera, tugas Sastra Inggris udah dikerjain belum?"

"Oh, Hai Juwi. Sebentar ya, ambil buku dulu," balas Sopan dengan ramah. Ia mengambil buku bersampul cokelat itu dan memberikannya pada Juwi.

"Eh! Itu Sastra Inggris bukan?"

Sopan melirik pada seorang remaja laki-laki yang tampak terengah-engah. "Iya ini Sasing, kenapa emangnya, Renan?"

Darenan menghela napas panjang. Ia mengeluarkan buku miliknya dan menaruhnya di tumpukan buku pada tangan Juwi.

"Untung gak ketinggalan," ucap Darenan.

Sopan dna Juwi lantas menatap datar Darenan. Sementara itu Darenan hanya menggaruk-garuk kepalanya canggung.

"Perasaan kamu gak izin, kok baru kumpulin?" tanya Sopan.

"Heh, anak ini kemarin gak ngerjain. Sibuk nge-game mulu," balas Juwi.

Darenan mendengus kesal. "Yaudah sih, gini-gini butuh hiburan."

"Masalahnya elu wakil ketua OSIS, apa kata guru nanti?" Juwi berkacak pinggang.

Sopan geleng-geleng kepala melihat tingkah Darenan ini.

"Juwisi! Ayo kantin, nanti habis sandwich-nya!"

Juwi tampak panik mendengar namanya dipanggil. "Dra nitip ini ya, Jolyn sama Hugo belum, nanti kalau udah dateng tolong tagih. Gue gak mau kehabisan sandwich!"

Darenan berdecak dan geleng-geleng melihat Juwi langsung kabur menyusul temannya di depan kelas. Kemudian ia menaruh ransel di kursi yang paling pojok, terbilang jauh dari bangku Sopan.

ASMARALOKA [OG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang