"Lo kenapa sama Tasya?"
Tanya Maura yang sedang menonton tv sambil menoleh ke arah dapur dimana Adrian sedang mencuci piring.Adrian mengernyit.
Gue? Sama Tasya? Kok Maura tahu gue kenapa-kenapa sama Tasya?
"Bentar, gue selesain ini dulu."
Tapi itulah kata yang keluar dari mulut Adrian. Ia tidak fokus ketika tangannya sibuk membersihkan piring-piring kotor, tapi juga harus menjelaskannya kepada Maura.Ini konsekuensi yang harus diterimanya jika ia meminta Maura untuk memasak atau membuat sesuatu, pastilah Adrian yang kebagian mencuci piring atau bahkan merapihkan meja makan. Maura sangat cinta kebersihan. Ia sangat tidak suka ada setitik debu, dimana pun. Sekalipun ini bukan apartemennya.
"Gue... putus sama Tasya." Tanpa tendeng alih-alih Adrian langsung masuk ke inti masalah. Maura terlonjak kaget mendapati Adrian sudah duduk disampingnya. Ia kira lelaki itu masih mencuci piring.
"Ngagetin aja!" Maura memukul Adrian dengan remote tv.
"Lo kenapa suka banget mukul orang sih!" Sungut Adrian sambil mengelus-elus lengannya yang jadi sasaran pukul.
"By the way, dari mana lo tau kalau gue ada masalah sama Tasya? Gue kan belum cerita sama lo." Kata Adrian masih mengelus lengannya yang menjadi sasaran pukul.
Maura memutar bola matanya, jengah.
"Gue tahu dari mana lagi kalau bukan dari teriakan lo semalam di mobil gue? Selama perjalanan, yang keluar dari mulut lo itu cuma kata 'Tasya' sama 'Shit' doang." Kata Maura menunjuk mulut Adrian dengan jari telunjuknya. Maura bahkan menekan jari telunjuknya yang runcing karena habis di pedicure itu ke bibir Adrian sehingga meninggalkan bekas kemerahan.
"Maura!!! Sakit!!!" Kata Adrian sambil mengusap-usap bibirnya.
"Jadi, kenapa lo diputusin Tasya?" Tanya Maura yang tak menghiraukan Adrian yang meringis kesakitan.
"Hell no. Gue yang mutusin dia."
"Hah? Kok bisa? Lo kan sayang banget sama dia, Dri."
Maura tak menyangka Adrian akan memutuskan Tasya. Ia tahu Adrian sangat menyayangi Tasya, bahkan Adrian pernah berkata akan melamar gadis itu.
"Gue masih nggak nyangka ternyata Tasya tipikal cewek yang haus dengan harta. Selama ini gue udah salah milih cewek."
"Haus dengan harta gimana? Lo cerita jangan loncat-loncat dong, Dri. Gue bingung jadinya."
"Jadi waktu gue telfon lo supaya datang ke Xillemax, paginya Tasya ke kantor gue. Tasya minta 50 juta untuk beli tas."
"Terus kenapa nggak lo kasih, Dri?"
Maura mengernyitkan dahi. Maura tahu dengan posisi Adrian sebagai wakil direktur sebuah perusahaan properti kenamaan di Indonesia, 50 juta tak berarti apa-apa. Toh sebelumnya Adrian pernah memberikan lebih dari itu kepada Tasya.Dari awal Maura mengenal Tasya sebenarnya sudah terbersit rasa tidak sukanya pada gadis itu. Tasya seakan hanya memanfaatkan kekayaan Adrian. Tapi Maura tak pernah ambil pusing karena Adrian pun suka-suka saja memberikan segalanya kepada gadis itu.
"Karena Tasya minta pada saat gue lagi rapat untuk proyek pembangunan resort and spa di Bali dengan para dewan direksi dan direktur. Proyek itu penting banget buat gue, Ra."
"Wah gila banget cewek lo, Dri. Gimana caranya dia masuk?"
"Sorry. Mantan." Adrian mengoreksinya dengan cepat menjadi kata 'mantan'.
"Gue juga nggak ngerti, gimana caranya Tasya masuk ke ruang rapat. Tapi yang jelas saat itu gue malu banget. Setelah rapat, gue kira Tasya akan minta maaf atas perbuatannya. Tapi gue salah. Tasya tetap merengek minta uang itu. Disitulah gue sadar atau mungkin juga terbawa emosi, akhirnya gue putuskan untuk mengakhiri hubungan gue sama Tasya. Tapi gue rasa keputusan yang gue ambil ini benar. Selama ini perilaku jelek Tasya tertutupi sama kasih sayang gue ke dia. Dan kejadian kemarin mungkin emang udah direncanain Tuhan buat ngebuka mata gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Into You
RomanceAdrian dan Maura sudah menjadi sahabat selama hampir lima belas tahun. Mereka sudah berbagi segalanya. Tawa, riang, tangisan, kesedihan dan kebahagiaan. Bahkan mereka dikecewakan pasangan masing-masing dalam waktu yang berdekatan. Bagi Adrian tak ad...