"Kak... please... bikinin aglio olio. Aku lagi kepengen banget." Kata Maura menarik-narik tangan Dion yang sudah berasiap berangkat kerja.
"Ra, kan lo bisa buat sendiri... waktu itu kan udah gue ajarin cara bikinnya. Lagian masih pagi malah makan spaghetti."
"Mamaaaaa, Kak Ion ngomong 'gue-elo' sama aku, Ma. Nggak sopan banget, Maa..." Kata Maura berteriak melapor kepada sang Mama.
"Dioooon, berulang kali Mama bilang, sama adik sendiri nggak boleh ngomong 'gue-elo'. Kamu tuh ya..." Kata Reni yang menghampiri Maura dan Dion.
Dion memutar bola matanya. Lagi-lagi peraturan konyol yang dibuat sang Mama.
"Aku kan udah telat, Ma. Di restoran lagi banyak orderan. Lagian bikin aglio olio aja masa suruh aku. Kan dia bisa sendiri..." Kata Dion yang kali ini melakukan pembelaan.
"Tapi aku maunya buatan Kak Ion, Ma. Lagipula, jadi chef tapi nggak pernah banget masakin adiknya." Kata Maura merajuk.
"Ra, kakakmu sudah telat itu... Mama aja deh yang bikin, buatan Mama juga nggak kalah enak kok." Kata Reni membujuk Maura sambil mengusap rambut gadis itu.
Bukannya mengangguk, Maura malah memeluk Dion dari belakang.
"Pokoknya aku nggak bakal biarin kakak jalan sebelum bikinin aku aglio olio."
Dion kesal. Ia berusaha melepaskan cengkraman Maura tapi gadis itu begitu kuat mencengkramnya. Kalau sudah begini tak ada yang bisa mencegah Maura.
"Ok, fine!" Kata Dion dengan sebal pada akhirnya.
Maura bersorak senang mencium pipi kakaknya itu.
"Makasih kakak sayang! Buat yang enak ya, aku tunggu di sofa."
Dion dengan kesal berjalan ke arah kulkas dan mulai mengambil bahan-bahan sedangkan Reni hanya menggelengkan kepalanya melihat gadis itu berjalan riang ke arah ruang keluarga.
"Ma, si Maura hari ini aneh, nggak kayak biasanya."
***
"Ra, kamu masih belum kenyang? Ini masih pagi lho, Maura. Kamu sudah habis satu piring besar spaghetti, sekarang sudah habis setengah loyang puding. Nggak begah perut kamu, Nak?"
"Enggak. Malah aku masih lapar, Ma." Kata Maura sambil mengunyah puding coklatnya.
"Oh iya, Ma. Aku lagi ngebayangin deh kalau makan soto langganan Mama di Cikini yang ada dari jaman Mama kuliah dulu kayaknya enak deh. Aduh, jadi mau kesana deh..." Kata Maura sambil mengunyah dengan matanya yang menerawang.
Reni tertawa. "Ra, Ra... kamu ini kayak orang ngidam aja."
Maura hanya ikut tertawa sambil tetap memakan puding coklatnya yang sekarang sudah hampir habis.
Tapi kemudian Reni mengernyit. Sikap aneh Maura tadi pagi ditambah banyaknya gadis itu makan lalu sekarang membayangkan makan soto di Cikini?
Jantung Reni berdegup kencang seketika.
Perlahan Reni berjalan menjauh dari Maura, lalu mengeluarkan hanphonenya dan menelfon seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Into You
Roman d'amourAdrian dan Maura sudah menjadi sahabat selama hampir lima belas tahun. Mereka sudah berbagi segalanya. Tawa, riang, tangisan, kesedihan dan kebahagiaan. Bahkan mereka dikecewakan pasangan masing-masing dalam waktu yang berdekatan. Bagi Adrian tak ad...