Sejak beberapa menit yang lalu Adrian menatap Maura yang tertidur didalam mobilnya. Adrian bisa melihat wajah lelah Maura yang tercetak jelas disana. Ia tak sampai hati membangunkan gadis itu bahwa mereka sudah sampai didepan rumahnya. Adrian akhirnya memutuskan untuk menggendong gadis itu. Dibukanya pintu mobil, lalu perlahan mengangkat tubuh gadis itu ke dalam pelukannya dan berjalan ke dalam rumah. Di depan pintu, Dion sudah menunggu dengan senyum penuh arti. Tadi Adrian terlebih dahulu menelfon kakak Maura itu untuk membukakan pintu dan pagar.
"Gila, lo kok kuat ngangkat adik gue sambil naik tangga gitu? Badannya si Maura kan berat banget." Kata Dion mengekor dari belakang Adrian sambil tertawa.
"Jangankan tangga biasa, Kak. Tangga pelaminan gue juga kuat kali."
Dion terdiam sebentar mendengar perkataaan Adrian. Memang nadanya bercanda tapi ada keseriusan disana. Tapi buru-buru ditepisnya digantikan dengan tatapan jijik ke Adrian.
"Shit, I wanna throw up, now." Kata Dion sambil mempratekaan gerakan orang mual.
Adrian hanya terkekeh.
"Yaudah, Dri. Gue tidur dulu ya. Awas, jangan apa-apain adik gue dikamar. Oh iya, satu lagi. Jangan lupa pintu sama pagarnya lo tutup lagi."
Adrian hanya mengacungkan jari tengahnya kepada Dion yang sangat cerewet seperti ibu kos itu. Dion bukannya marah, malah memberikan ciuman jarak jauh yang membuat Adrian jijik. Dasar laki-laki gila!
Adrian merebahkan Maura di kasur. Diselimutinya gadis itu dengan sayang lalu ditatapnya, lama. Disampirkannya sejumput anak rambut yang menutupi wajahnya kebelakang telinga. Diusapnya kepala gadis itu, perlahan. Membuat tidur Maura semakin nyenyak sambil memeluk guling. Adrian perlahan mendekatkan bibirnya ke kening gadis itu. Menciumnya dengan lembut.
"I love you, Maura."
***
Maura terbangun ketika hari menjelang siang. Ia sudah merasa lebih enakan daripada kemarin. Samar-samar ia merasakan parfum Adrian dibajunya.
Gimana ceritanya aku sampai sini? Jangan bilang kalau Adrian gendong aku lagi sampai kekamar!
Tak ada yang aneh dimeja makan ketika mendapati Dion dan sang Mama berada disana sampai langkah Maura terhenti melihat Adrian duduk di samping Dion.
"Kamu sudah bangun, Maura?" Kata Mama sambil menyuruhnya duduk disampingnya.
Maura hanya mengangguk.
"Kamu ngapain disini?" Kata Maura kepada Adrian. Nada bicara Maura sebenarnya biasa saja, tapi entah mengapa Reni mendengarnya seakan berbeda.
"Ra, kok gitu sih ngomongnya ke Adrian?"
"Tau lo, bukanya terima kasih digendong sampai kamar. Mana badan lo kan berat." Kata Dion ikut-ikutan membela Adrian.
Maura hanya mendelik marah kepada Dion.
Tuh kan benar! Adrian yang gendong aku sampai kamar!
"Kamu udah mendingan?" Kata Adrian sedikit khawatir.
Dihadapannya, Maura begitu menggemaskan mengenakan baju tidur bergambar betty boop beserta rambutnya yang masih acak-acakan itu. Ah, Adrian rindu mendapati keadaan Maura yang seperti itu dipelukannya ketika ia bagun pagi, saat mereka dulu melakukannya.
Maura hanya mengangguk.
Setelahnya mereka makan. Adrian tampak bicara banyak dengan Dion dan Reni. Berbeda dengan Maura yang lebih banyak diam.
"By the way, makasih buat tadi malam." Kata Maura yang merasa tak enak kepada Adrian.
"Anytime." Kata Adrian tersenyum tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Into You
RomansaAdrian dan Maura sudah menjadi sahabat selama hampir lima belas tahun. Mereka sudah berbagi segalanya. Tawa, riang, tangisan, kesedihan dan kebahagiaan. Bahkan mereka dikecewakan pasangan masing-masing dalam waktu yang berdekatan. Bagi Adrian tak ad...