Prolog

459 17 6
                                    

Pagi ini aku duduk tenang di luar kamar kos ku, menikmati secangkir ocha hangat. Uap masih mengepul ngepul. Dina membawakannya untuku, dari bibinya yang baru dari Jepang ia berkata. Tak lupa sebuah cangkir keramik berwarna putih ia berikan.
Aku kembali menyesapnya sambil memainkan smartphoneku. Lagi lagi aku mendapat telfon dari greenpeace untuk ke tujuh kalinya. Padahal untuk ke sekian kalinya aku sudah menjawab hal yang sama, aku tidak mau menjadi donatur tetap. Titik. Menyusahkan memang.
Sebenarnya sekarang sudah tidak bisa dibilang pagi sebab sudah pukul setengah sebelas sekarang.
Aku duduk menekuk lutut di atas kursi plastik di halaman depan rumah kos. Matahari cukup terik hari ini, aku ingin sekali turun lalu terbang mencari minimarket tapi rasanya malas sekali.

Akhir akhir ini aku suka menghabiskan waktu di daerah Lembang, walau terlampau jauh dari kampus buatku tak apa yaa berhubung jadwal kuliahku tidak terlalu padat.
Sudah beberapa hari terakhir Bandung tak kunjung di guyur hujan, jujur saja aku merasa gerah. Bandung tanpa hujan rasanya hampa, mie rebusku jadinya tidak bermakna tanpa hujan. Aku suka sekali hujan. Di dalamnya ada nada nada sendu yang lirih, indah tapi hanya bisa didengar mereka yang sedang merindu.
Oke rasanya terlalu puitis.
Persediaan makanan ringanku menipis astaga... tapi yang benar saja aku malas sekali beranjak. Tiba tiba sesuatu terlintas dibenakku. Aku langsung menelfon ojek kesayangku, Bang Genta.
"Bang, sibuk ga? Ke sini dong, bosen hehe."
Ia adalah teman satu jurusanku kosannya tidak terlalu jauh dari sini. Karena kos kami berdekatan aku memandangnya sebagai suatu kesempatan menjadikannya sebagai sarana transportasi .
Tak lebih dari 10 menit suara motor Bang Genta terdengar dari balik gerbang rumah kos.
"Oyy." Panggilnya.
"Tunggu bentar, gue ganti baju dulu." Aku membawa cangkir putihku masuk ke kamar dan menganti baju. Tak lebih dari lima menit aku sudah mulai mengunci pintu kamar.
"Mau ke mana nih?" Tanyanya sambil memberikanku helm.
"Ke... mana ya, CK Dago yuk. Pengen yang seger seger nih, hehe." Kataku sambil memakai helm pemberianya.
"Siyaap." Ia menyalakan kembali motornya dan membawanya naik  ke Dago.
Anak anak rambutku yang tak ikut terikat beterbangan bebas.
"Tumben ya udah semingguan lebih gak ujan." Celetuk Genta tiba tiba.
"U-huh." Gumamku singkat, tangan kananku memainkan smartphoneku.
"Jadi ceritanya gue mau ditraktir gitu...?"
"Hahaha, bolehlah boleh."
Butuh sekitar 20 menit untuk kami berhasil menembus jalanan kota.

Sesampainya aku langsung mencari mesin minuman beku, froster. Keringat mengucur deras dari keningku ya ampun panas banget. Untungnya di dalam pakai AC hahaha. Sebuah cup ukuran besar kuraih dan kuisi sampai penuh hihihi. Setelah itu aku mencari keripik kentang dan membawanya ke kasir, tak lama Genta datang menyusul ia membawa sebotol kopi dingin dan makanan ringan.
"Di satuin aja mba." Kataku.
"Empatpuluh satu ribu rupiah."
"Oh ya." Aku memberikannya uang pas
"Uangnya pas yaa."
"Eeh mba ga udah di kresekin." Kataku spontan saat si mba berusaha memasukan belanjaanku ke kantong kresek.

Kami beranjak keluar dan duduk di tempat yang disediakan.
"Tumben lo ga beli roko." Celetuku
"Biasanya juga lo ga sukakan."
"Hahaha, iya sih. Kangen juga sama baunya."
"Cih, kangen baunya apa kangen liat guenya?" Katanya menggoda.
"Ciuh."
"Hahaha."
"Hai, Lucu! Lagi apaaa." Sapa sebuah suara.
"Apa sih ,Bay." Kataku menanggapi. Beberapa waktu terakhir aku sering bertemu Bayu, teman SMAku. Sejak pertama bertemu denganku ia tidak pernah memanggilku dengan nama panggilanku. Ia memanggilku Lucu. LucuMu kataku. Bahkan aku gak pernah ngelawak sama sekali.
"Ciee ama cowo." Katanya lagi dan langsung kabur.
"Bayuuu, heh curut."
"Siapa?" Tanya Genta.
"Temen SMA hehe."
"Ooh" katanya singkat sambil meneguk kopinya.
Aku pun mulai meminum frosterku. Dingin... mungkin nanti malam aku kan flu. Hahaha. Tidak aku hanya bercanda.
Sekitar hampir satu jam kami ngobrol ngaler ngidul, mulai dari malah kuliah, Bandung yang tambah macet, uang kos naik, kemarau panjang, isu isu politik, sampai masalah pribadi.
"Mau balik sekarang?" Tanyanya
"Boleh deh, sekalian mau tidur siang hehe."
"Kebo emang ya."
"Hahaha."

What if...?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang