Harapan Emas

664 46 0
                                    

If I could wish for one thing, I want to be the one that you need.

Aku membuka mataku dan sebuah ranjang kosong yang pertama kali kulihat. Aku menegakkan punggungku yang membuat sebuah selimut tipis terjatuh dari bahuku. Aku menatap keseluruh ruangan dan tak kutemukan Karma dimanapun. Kemana anak itu? Apa kekamar mandi? Perasaanku mulai ketakutan saat memikirkan apa yang bisa saja ia lakukan didalam sana.

Sebelum aku meneriakkan namanya didepan kamar mandi untuk memastikan gadis itu baik-baik saja didalam sana, aku mendengar dengan samar suara perempuan yang berteriak. Suara itu terdengar bergetar dan juga tawa perempuan yang terdengar jahat. Aku yang penasaran berjalan pelan kearah pintu keluar dan mengintip apa yang terjadi disana.

Aku mengatupkan rahang dan mengepalkan tanganku dengan erat saat melihat apa yang ada diluar ruangan ini. Karma yang bersembunyi dipunggung kecil Violet, sedangkan Violet mengepalkan tangan dengan kuat dan tubuh yang gemetar terlihat menahan amarah. Dihadapan mereka berdua ada seorang gadis yang menolak pinggang dan membelakangiku. Aku yakin gadis itu si iblis sialan bernama Reika.

"Aku mencarimu kemana-mana ternyata kamu disini? Karma, kamu harus istirahat," ucapku sambil berjalan kerah 3 orang perempuan itu. Secara bersamaan mereka semua menoleh kearahku dan terlihat kaget.

"Serenade!" pekik Reika pelan sambil tersenyum lebar dan melompat riang hingga rambutnya bergoyang pelan. Entah kenapa sifatnya yang terlihat lucu itu membuatku muak.

"Karma, kamu harus istirahat," ucapku mencoba mengabaikan kekesalan melihat gadis iblis itu didekatku. Aku merangkul erat bahu Karma, tubuhnya bergetar hebat dan wajahnya sangat pucat. Setakut inikah Karma dengan Reika? Sikap buruk Reika di masa lalu memenuhi pikiranku dan aku semakin mengeratkan rangkulanku.

Begitu melewati Reika, gadis itu menahan sebelah tanganku yang kosong. Aku melirik sekilas, dan tatapan tidak terima terlihat dimatanya.

"Serenade mau kemana? Kenapa kita tidak mengobrol dan ngopi sebentar?" kurasakan sebuah tangan menjauhkan tanganku dari tangan Reika. Reika melirik sinis sang pemilik tangan itu. Violet mendorong kasar bahu Reika dan mengacungkan telunjuknya tepat didepan hidung gadis itu.

"Setan lo! Ga usah ganggu Sei, bisa? Balik sana keneraka!!!" Reika tersenyum senang dan menangkup kedua pipinya dengan pandangan berbinar, "Jadi nama pendek Serenade itu Sei, ya?" gadis itu memiringkan kepalanya dan menatapku penuh harap, "Boleh gak aku panggil kamu 'Sei' juga?"

Violet menjabak kasar rambut tebal Reika hingga gadis itu mengaduh kesakitan, "apaan sih Violet? Sakit tau..." rintih Reika yang malah membuat Violet semakin menjambak kuat rambutnya.

"Ga usah sok imut bisa gak sih? Jalang tuh ya jalang aja, gausah sok polos!" Violet menghempaskan kepala itu kasar hingga Reika terjatuh.

Reika menatapku dengan tatapan meminta tolong dan merintih seperti sangat kesakitan. Aku semakin merangkul erat bahu Karma dan menoleh kearah Violet, "Sebaiknya jangan membuat keributan dirumah sakit, Vio. Kasian pasien lainnya, dan jangan bawa Karma kemana-mana karna keadaannya belum pulih sepenuhnya," ucapku datar yang dibalas seringai dari Violet.

Sekilas kulirik Reika yang menatapku dengan tatapan syok. Aku membawa serta Karma masuk keruang rawatnya dan sebelum menutup pintu kudengar sumpahan yang diiringi dengan tawa puas dari bibir Violet.

"Mampus lo, setan!"

●●●

Gadis itu kini sendirian dikoridor sembari menatap kosong ruang rawat didepannya. Ia sengaja tak melawan perlakuan yang ia terima hanya sekedar mendapat simpati lelaki yang membuatnya jatuh hati kembali. Gadis itu mengepal tangan erat hingga buku-buku jarinya memutih. Hatinya berkata jika ia harus menyerah, dan kemungkinan besar lelaki itu sudah mengetahui apa yang ia perbuat di masa lalu terhadap gadis didalam rangkulannya tadi. Tapi, pikirannya berkata jika ada cara untuk merebut hati lelaki itu, sekaligus menghancurkan gadis itu... sekali lagi. Lebih sakit lagi.

Glitter DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang