I have no idea how broken she is.
"Kursi sebelahmu kosong?" aku melirik kearah suara dan tak jauh dari kursi taman yang kududuki. Seorang gadis berwajah imut yang tersenyum dan memiringkan sedikit kepalanya. Aku mengangguk sekali dan melanjutkan membaca bukuku. Setelah kejadian diruangan Karma, aku memutuskan bersantai di taman tempat ini untuk sekedar membaca buku.
"Buku apa yang kamu baca?" gadis asing itu membuka pembicaraan. Aku menutup bukuku dan menunjukkan sampul buku tersebut kepadanya. Terlihat gadis itu meringis dan mengangguk pelan.
"Kamu bekerja disini?" tanya gadis itu lagi. Ternyata orang ini kepo sekali.
"Dibilang bekerja sebenarnya bukan, cuma... yah..." aku merenggangkan otot leherku yang terasa pegal.
"Magang?" aku menggeleng dan gadis itu sedikit mendekatkan duduknya.
"Kurasa itu bukan urusan anda," sekilas kulihat kilatan kecewa dimata gadis itu. Perlahan gadis itu menjauhkan duduknya kembali dariku.
"Maaf, aku hanya ingin mengobrol sedikit. Tempat ini sangat membosankan," gadis itu meniup poni didahinya dan sedikit mengembungkan pipinya.
"Menjenguk seseorang?" pertanyaanku membuatnya menoleh dan berhenti memainkan poninya. Gadis itu menggeleng kuat dan tersenyum lebar.
"Kurasa itu bukan urusan anda," dengan nada riang dan senyum lebar gadis itu mengikuti jawabanku beberapa saat lalu. Aku mengangguk pelan dan berdiri, sedikit merapikan pakaianku yang sedikit berantakan.
"Sudah mau pergi?" aku melirik lewat ekor mataku dan raut kekecewaan menghiasi wajahnya.
"Aku ada kerjaan dan tidak bisa terus bersantai," gadis itu ikut berdiri dan merapikan pakaiannya sedikit.
"Namaku Fujimoto Reika," aku memperhatikan gadis disebelahku melalui ekor mata. Jika dilihat-lihat gadis ini memang memiliki wajah yang mengaju kenegeri matahari terbit atau setidaknya orang-orang mungkin akan berpikir gadis ini keturunan Korea. Wajah Asia imut yang khas sekali dengan dua negara tersebut.
"Serenade," setelah mengatakannya aku meninggalkan gadis itu sendirian.
Tanpa kuketahui, gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya untuk menutupi rona merah yang menghiasi wajahnya, dan menutupi senyum tersipunya.
●●●
Aku menghebuskan nafas pelan saat tiba didepan ruangan Karma. Ketika ingin mengetuk pintu, gerakanku terhenti diudara saat samar kudengar percakapan didalam sana. Penasaran, aku mendekatkan telinga didaun pintu didepanku.
"Karma, ayo dimakan makanannya. Biar dikit gapapa asal perutmu terisi,"
"..."
"Sesuap saja, ya?"
"..."
"Karma..."
"..."
"Makanannya kutaruh dimeja ya,"
"..."
Hening. Aku membuka pintu dan pemandangan Violet duduk ditepi kasur sambil memegang sebuah piring makanan dengan wajah putus asa. Dihadapannya Karma duduk dengan kepala menunduk.
Aku berdehem pelan dan keberadaanku akhirnya disadari dua orang tersebut. Violet tersenyum lega dan pandangannya sangat terharu saat melihatku. Sedangkan Karma hanya melirikku sekilas masih dengan kepala menunduk. Sebelum aku berjalan kearah mereka, Violet telah berlari kearahku dan menyerahkan piring makanan kepadaku dengan tatapan memohon. Aku mengangguk sekali dan meraih piring itu, tersenyum lebar Violet menepuk bahuku dua kali dan pergi dari ruangan ini. Bagaimana pun juga ini termasuk tugasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glitter Days
Genel Kurgu[15+] Aku langsung saja ya? Aku tidak akan membagi cerita dengan akhir yang mempermainkan kalian semua. Malahan, aku akan membocorkan akhir cerita itu kepada kalian semua; ini bukanlah cerita dengan akhir yang bahagia. Aku tidak akan memaksa kalian...