Akhir yang Berkerlap-Kerlip

844 54 0
                                    

The moral of this story is that no matter how much we try, no matter how much we want it... some stories just don't have a happy ending.

*** 2 Tahun Kemudian***

Banyak sekali yang telah terjadi selama hampir 2 tahun silam. Tentu saja, keadaan itu jauh dari kata bahagia dan tak ada yang mengelak jika itu adalah saat-saat terburuk dalam hidup mereka.

Tak ada yang mengira jika Violet tengah mengandung 4 minggu saat tragedi Karma terjadi. Disuatu hari, Violet mengalami pendarahan dan ia tak tahu jika disaat terburuknya, didalam rahimnya ada sebuah nyawa hasil buah cintanya dengan Virgo. Sangat disayangkan janin itu keguguran dan rahim Violet harus diangkat. Keadaan itu semakin membuat Violet merasa hancur dan berakhir depresi ditingkat yang mengkhawatirkan.

Virgo harus membatalkan pernikahannya dengan Violet. Lelaki itu tak kalah hancur saat mengetahui calon bayinya keguguran, ditambah Violet tidak akan bisa lagi mempunyai anak. Hampir 3 bulan penuh Virgo menghabiskan waktu mabuk-mabukkan dan menyesap berbatang-batang rokok tanpa lelah. Hingga, ia tersadar jika Violet membutuhkan dukungannya dan membuat lelaki itu berhenti melakukan hal bodoh tersebut. Namun Virgo tetap tidak bisa melepaskan rokok dari kebiasaannya. Bagaimanapun perasaan sedih itu selalu ada dibenaknya.

Keadaan Violet tentu membuat Raka sangat terluka. Ditambah ia tak bisa melakukan apa-apa untuk perempuan yang diam-diam masih ia cintai. Seperti pengecut, Raka terbang jauh ke Amsterdam dan menyetujui perjodohan dengan anak klien kerja sama perusahaan orang tuanya. Raka membuang impiannya tentang kehidupan cinta masa depannya yang sangat ia harapkan terjadi. Tapi, seperti yang kita tahu, hal itu hanya sebuah mimpi indah saja dalam realita yang dijalani Raka.

Tante Sarah memiliki kerutan lebih banyak dan wajahnya terlihat sangat lelah belakangan ini. Beliau sangat sakit melihat seorang pasien yang ia tangani, pasien itu dulu adalah seseorang yang hebat dalam menyembuhkan jiwa manusia yang terluka, namun ironis sekali karna saat ini orang itulah yang jiwanya harus disembuhkan. Tak lain dan tak bukan orang yang beliau tangani adalah Violet. Tante Sarah pernah ngedrop saat mengetahui kabar Violet keguguran dan tak bisa memiliki anak lagi akibat pengangkatan rahimnya.

Yumi kembali ke Jepang dan tak lama mengalami gangguan jiwa yang mengharuskannya dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Penolakkan yang diakibatkan kesalahannya, ditambah insiden yang menimpa adik satu-satunya tak sanggup ia terima. Perempuan itu bahkan berhenti dari pekerjaannya dan berakhir menyedihkan ditanah kelahirannya. Tak ada yang mengira jika perempuan itu mencoba hampir 15 kali percobaan bunuh diri yang selalu digagalkan. Lalu berakhirlah ia di Rumah Sakit Jiwa.

Tuan Fujimoto mengalami penurunan kondisi yang diharuskan untuk dirawat sementara. Kehilangan putri bungsunya dengan cara mengerikan dan keadaan putri sulungnya yang begitu menyedihkan membuatnya begitu frustasi. Akhirnya, Tuan Fujimoto mengalami stroke dan perusahaan besar miliknya dialihkan oleh adiknya yang merangkap tangan kanan perusahaan.

Lalu, disini Sei yang menghabiskan 2 tahunnya dalam ketakutan dan penyesalan. Selama itu juga, Sei tak pernah mengunjungi makam Karma. Sei berkeliling mencari-cari pengalaman dan perjuangannya membuahkan hasil menjadi psikiater handal. Walau begitu Sei tak pernah lepas dari rasa yang mengikutinya 2 tahun belakangan ini, benar-benar tidak bisa sekalipun ia tebus dengan menyembuhkan jiwa puluhan manusia yang tersakiti.

●●●

Sei mengendarai mobilnya dan berkeliling menikmati pemandangan yang sedikit gelap karna waktu masih menunjukkan pukul 4 pagi. Jalanan masih begitu sunyi, namun hal itu tak membuat Sei takut. Ia menghentikan mobilnya saat berada disebuah pertigaan dan wajahnya terlihat ragu untuk mengambil jalan.

"Oh ayolah, aku sudah meyakinkan diri untuk melakukan ini..." gumam Sei dengan nada kesal. Lelaki yang telah menginjak usia 26 tahun itu menutup matanya sejenak lalu menghembuskan nafas dengan berat. Ia membuka matanya dan irisnya berbinar sangat yakin. Sei menjalankan kembali mobilnya dan mengambil sebuah jalan.

●●●

Sei terdiam disebuah gundukkan tanah dengan batu nisan bertuliskan nama seorang gadis yang menghantui pikirannya selama 2 tahun semenjak kepergiaannya dari dunia. Sei tersenyum getir dan menunduk untuk menyentuh nisan itu.

KARMA ARIFANI ROSYID

Dengan tatapan yang sedikit kosong namun memancarkan kelembutan, Sei membuka ransel hitam yang ia bawa dan mengeluarkan sebuket mawar berwarna pelangi, lalu menaruh buket itu diatas makam Karma.

"Aku menyiapkan diri beberapa tahun hanya untuk hari ini, seperti katamu yang tak ingin aku menangis dan tetap tersenyum saat mengunjungi pemakamanmu. Aku benar-benar tak menyangka hari ini akan tiba," angin berhembus lembut dan memainkan surai Sei yang tertata berantakan menjadi semakin berantakan.

"Bagaimana dengan bunganya? Apa kamu suka, Karma?" tanya Sei yang hanya dibalas keheningan dan hembusan angin.

"Hari-hari yang kulalui sangat menyedihkan. Tak ada yang menyenangkan belakangan ini. Calon keponakanku sudah pergi sebelum ia melihat dunia, ah atau mungkin sebelum ia terbentuk sempurna. Violet dan Virgo tidak jadi melaksanakan pernikahan akibat keadaan Violet yang tak memungkinkan. Raka melarikan diri ke Amsterdam untuk membuang mimpi besarnya dalam berkeluarga bahagia dengan wanita yang paling ia cintai. Sedangkan keluarga Fujimoto, kudengar mereka hancur," Sei terdiam dan termenung sebentar. Ia baru sadar, semenjak hari itu tak ada kebahagiaan yang hadir. Seakan dewi Fortuna sudah mengutuk dan memalingkan wajah dari mereka.

"Lihatlah, tidak ada yang berakhir bahagia disini..." Sei menengadahkan wajah tinggi untuk menahan sesuatu yang mendesak keluar dari matanya. Cukup lama Sei disitu hingga langit mulai dihiasi cahaya matahari yang malu-malu untuk terbit mengawali hari ini. Sei menatap pemadangan indah didepannya dengan tatapan nanar.

"Aku ingat kamu pernah menulis dibukumu, waktu itu kamu bilang ingin duduk diatas atap saat pukul 4 pagi sambil membicarakan keindahan dunia, sekalipun hanya kebohongan, kan?" tawa yang terdengar menyayat hati keluar dari bibir Sei. Tanpa bisa ia tahan, air mata meluncur melalui pipi tirusnya. "Aku tidak bisa membicarakan keindahan dunia ini jika hal indah itu sendiri menghilang. Bahkan untuk berbohong membicarakan keindahan dunia rasanya sangat berat. Maafkan aku..." isakan yang terdengar memilukan keluar dan dengan sekuat tenaga Sei menggigit bibirnya untuk menahan isakan yang baginya sangat memalukan.

"Hari yang dipenuhi kerlap-kerlip terindah pun tak akan lengkap tanpamu disini, Karma... aku merindukanmu. Sangat..." gumam Sei memandang matahari terbit yang menakjubkan itu dengan tatapan hampa. Sei memejamkan mata untuk menenangkan diri. "...menyedihkan sekali, ya? Kurasa aku akan selalu merindukanmu. Seperti bintang yang merindukan matahari dilangit pagi," Sei tertawa hambar dan membuka matanya kembali. Ini adalah hari baru yang lain dan mau tak mau ia harus menyambutnya.

●●●

Tak ada yang sadar, sesosok tembus pandang tengah menyenderkan kepala dengan nyamannya dibahu Sei. Sedari tadi, sosok itu berada disana menemani Sei yang tengah menangisi sosok itu sendiri.

Sosok tak kasar mata itu adalah Karma. Tak ada yang menyadari, dari sekian lama ia menunggu, saat ini akhirnya tiba. Hati Karma meluap-luap karna bahagia dan tak ada lagi beban yang menahannya dikedamaian.

Mentari pagi semakin meninggi dan sosok Karma perlahan menghilang ditelan cahaya matahari yang mengawali hari indah lainnya didunia ini.

Senyum lembut menghiasi bibir itu sebelum sosoknya benar-benar menghilang, dalam diam ia berdoa akan hari-hari menyenangkan selalu menghujani Sei dan orang-orang terdekatnya.

Saatnya ia pergi dan berakhirlah kerlap-kerlip eksistansinya didunia ini dengan penuh damai tanpa dan tanpa beban lagi.

●●●

See you LAST chapter!

Glitter DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang