Our life is a book with no happy ending.
KARMA POV~
Aku mengeratkan tali ransel kecil yang kukenakan. Virgo dengan lembut meraih tanganku dan mengajakku masuk keruang rawat Sei. Saat didalam sana, tubuhku terasa berat karna dua orang yang tiba-tiba memelukku dengan erat. Seperti biasa aku menatap semua itu dengan tatapan datar andalanku.
“KARMAAAAA~ AKU KANGEEENNNN~~~” Aku menyipitkan mata dan menutup telingaku saat Violet dengan suara cempreng berteriak tepat ditelingaku.
“Kemana saja kamu, Nak?” tanya Tante Sarah dengan nada lirih. Aku melepaskan diri dari mereka dan menunduk, aku tak ingin melihat wajah Tante Sarah saat ini.
“Maaf tante, aku hanya ingin menemui Reika,” jawabanku sontak membuat Tante Sarah menangkup wajahku dan menatap mataku seperti mencari kebenaran dimataku. “Untuk apa kamu menemuinya, Karma?” nada Tante Sarah sedikit bergetar dan kubalas senyum tipis. Aku melepaskan tangan wanita tersebut dengan pelan dan beranjak keranjang tempat Sei berbaring.
“Bagaimana keadaan Sei?” tanyaku sambil mengelus tangan Sei yang diinfus dan mengabaikan pertanyaan Tante Sarah barusan. Aku menatap datar perban yang menutupi kedua mata Sei.
“Sei mengalami benturan yang cukup keras dan itu sedikit mengganggu beberapa kinerja organnya. Kata dokter, mata Sei mungkin akan mengalami kebutaan sementara setidaknya hingga 2 minggu kedepan dan tulang kakinya patah. Keadaan Sei akan pulih tidak lama lagi,” jelas Violet yang kubalas anggukan pelan. Tanganku menyentuh perban itu dan kurasakan suatu perasaan menyesakkan memenuhi dadaku. Campur aduk sekali.
“Kak Violet, bisa kita bicara sebentar?” aku menoleh dan kulihat Violet membelalakkan matanya dan mulut yang terbuka sedikit lebar. “Kak…” panggilku ragu dan seketika Violet menghampiriku lalu dengan gemetar ia mengguncang bahuku.
“Apa katamu? K-k-kakak?” bibir Violet bergetar dan matanya berkaca-kaca. Aku mengangguk pelan dan tersenyum kecil. “Apa ada yang salah?” ucapku yang dibalas gelengan kuat yang membuat rambut Violet bergerak heboh.
“T-ti-tidak! Aku hanya… kamu pernah bilang jika akan memanggil nama seseorang hanya dengan nama tanpa embel-embel apapun karna mereka bukan siapa-siapamu, kan? Katamu… jika orang itu berharga dihidupmu kamu akan memanggil mereka dengan…” Violet menangis sambil menutup mulutnya. Aku bergerak untuk memeluk perempuan yang lebih tua 7 tahun didepanku ini.
“Terima kasih atas semuanya, ya… Kak Violet,” aku memejamkan mata sebentar dan merasakan perasaan hangat yang sudah lama tak pernah kurasakan kini kembali. Aku membuka mata dan menatap Tante Sarah yang membeku ditempatnya dengan mata berkaca-kaca.
“Mama Sarah, terima kasih juga ya…” ucapku yang membuat wanita tesebut mengangguk sembari tersenyum lebar dan berlari memelukku dan Violet.
Dari sudut mataku, kulihat Virgo yang berada bersender disamping pintu sambil tersenyum tipis. Aku melepaskan pelukan Violet dan Tante sarah. Dengan langkah pelan aku berjalan mendekati Virgo, lelaki itu menatap bingung dan menegakkan tubuhnya kembali.
“Walaupun kita tak banyak bertemu, Kak Virgo adalah lelaki yang baik dan terima kasih atas segalanya,” aku menggigit bibir dan mengalihkan wajahku kesamping.
“Sama-sama,” kurasakan tangan besar Virgo merengkuh tubuhku. Aku sedikit tersentak namun tidak menolak. Tangaku hanya meremas pelan ujung kemeja tunangan Violet itu.
“…Ada apa ini?” aku melepaskan rengkuhan Virgo dan menoleh kesumber suara. Didepan pintu berdiri Raka dengan wajah bingung yang kentara. Aku menghela nafas pelan dan berjalan menghampiri Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Glitter Days
General Fiction[15+] Aku langsung saja ya? Aku tidak akan membagi cerita dengan akhir yang mempermainkan kalian semua. Malahan, aku akan membocorkan akhir cerita itu kepada kalian semua; ini bukanlah cerita dengan akhir yang bahagia. Aku tidak akan memaksa kalian...