Why does it hurt so much? Cause it was real.
Pagi ini sangat tenang diruang rawat Karma. Aku mengepak barang dan pakaian kotor dengan rapi dan memastikan tidak ada yang ketinggalan. Sedangkan Violet menkucir rambut Karma dengan gaya ekor kuda yang tinggi ditepi kasur. Aku melirik kesal kearah dua lelaki yang berteriak tertahan karna bermain game di sofa. Benar-benar tidak berguna.
Ketenangan itu tidak berlangsung lama, karna tiba-tiba pintu ruangan didorong dengan keras oleh seseorang. Kami berlima serentak menengok, dan Violet sontak memekik sambil berlari dan memeluk seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu didepan pintu tersebut.
“Mama?” wanita yang tertawa didalam pelukan Violet itu menengok kearahku saat kupanggil dengan sebutan ‘mama’. Ya, wanita itu adalah mamaku.
“Aaaaaaahhhhhh Vio kangeeennn sama tanteeeee!!!” Violet berteriak tertahan dan kembali memeluk mama dengan lebih erat. Mama tertawa hingga mata yang sedikit memiliki kerutan itu menyipit. Violet merangkul erat bahu Mama dan berjalan menuju tepi ranjang yang diduduki Karma.
“Karma, bagaimana keadaanmu, Nak?” tanya mama dengan sangat lembut sambil mengelus pelan pipi Karma dengan punggung tangannya. Jelas sekali tatapan khawatir dan ketakutan dimata Mama.
Tidak menjawab, Karma hanya meraih tangan Mama lalu memeluk tubuh wanita itu. Mama membalas pelukan Karma dan mengelus rambut Karma sesekali mencium surai hitam yang dikucir rapi itu. Mata wanita itu berkaca-kaca dan terlihat menahan keras isakan dan air mata meluncur dari matanya. Violet ikut andil merengkuh dua orang itu dan tersenyum lemah.
Virgo dan Raka berdiri lalu menepuk bahuku dua kali sebelum meninggalkan ruangan. Saat aku ingin ikut keluar, Raka mengangkat tangannya menyuruhku berhenti dan tetap disana. Aku menatap Virgo dan ia mengangguk menyetujui apa yang Raka suruh kepadaku secara tersirat itu. Dengan perasaan berat aku tetap ditempat itu dan merasa seperti pengganggu reuni kaum hawa yang sedang berpelukan seperti teletubbies dihadapanku.
●●●
“Mama kok bisa ada disini?” tanyaku saat keadaan kembali normal. Namun anehnya kedua lelaki itu tidak kembali. Kuharap mereka tidak sedang membuat keributan disudut rumah sakit ini.
“Ga boleh Mama jengukin Karma? Sekalian Mama mau main-main ditempat ini,” ucap wanita itu diiringi senyum lembut. Aku hanya mengangguk pelan dengan sedikit perasaan mengganjal. Keadaan ini agak aneh menurutku…
Violet yang sedari tadi membaca novel online di tabnya menghela nafas dengan keras, “Aku lapaaarrrrrrr~~~ Tante beli makanan yoookkkk?” rengeknya dengan manja. Mama tertawa pelan lalu mengangguk, Violet menghampiri Mama dengan sedikit melompat seperti anak kecil. Kedua orang itu keluar dari ruangan dan keadaan menjadi sepi karna hanya ada aku dan Karma disini.
Aku berdehem pelan lalu melirik sekilas kearah Karma yang duduk ditepi kasur. Tersadar, gadis itu menoleh kearahku dan menatapku datar. “kenapa?” aku tersenyum mendengar pertanyaan itu. Jujur, aku sedikit merindukan nada datar yang keluar dari mulutnya.
“Gapapa… boleh aku bertanya?” Karma hanya diam tapi memberi gesture kalau ia mendengarkan apa yang kukatakan. “Reika itu sebenarnya siapa? Dan kenapa kalian terlihat membencinya?” tanyaku pura-pura tidak tahu. Aku ingin mendengar siapa itu Reika dari mulut Karma sendiri.
Bukannya menjawab, Karma menatapku dengan tajam seperti mencari sesuatu didalam mataku. “Kukira kamu sudah tahu beberapa hal… tapi aku akan menceritakan sedikit apa yang terjadi diantara aku dan Reika.” Ucap Karma dengan datar. Gadis itu memalingkan wajahnya kearah jendela dan menerawang jauh.
“Dulu, aku dan Reika adalah sahabat semasa SMA. Reika adalah murid pindahan yang cerdas dan baik, aku sangat beruntung berteman dengan gadis manis sepertinya. Semua tidak berlangsung lama saat Reika bercerita jika ia menyukai cowo kuliahan bernama Raka. Aku turut senang tentu saja, Reika mengenalkan Raka kepadaku. Reika tak pernah sebahagia itu sebelumnya, aku yakin sekali ia benar-benar menyukai Raka.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Glitter Days
General Fiction[15+] Aku langsung saja ya? Aku tidak akan membagi cerita dengan akhir yang mempermainkan kalian semua. Malahan, aku akan membocorkan akhir cerita itu kepada kalian semua; ini bukanlah cerita dengan akhir yang bahagia. Aku tidak akan memaksa kalian...