Terperangkap
Zayn
Gadis itu cantik, wajahnya khas Asia. Tubuh mungil terbalut pasmina rapat. Seperti kebanyakan wanita-wanita Muslim taat. Aku agak heran dia sendirian. Liam yang tahu dari tadi aku mencuri pandang ke arahnya sekarang malah mengomporiku untuk mengenalnya. Kuakui aku pernah keceplosan bilang pada teman-teman kalau aku suka gadis yang berhijab. Bagaimanapun mereka terlihat cute. Tahukah kalian bahwa wanita yang menutup dirinya itu terlihat luar biasa bukan?...akhirnya setelah didesak aku akhirnya berani juga melangkah mendekati kursinya. Jujur aku agak takut. Takut di tolak. Bagaimanapun wanita-wanita berhijab rapat begitu biasanya dari kalangan Muslim Konservatif yang anti dengan artis dan dunia gemerlap. Tapi coba dulu lah. Dan benar saja meskipun aku bisa mendapatkan namanya aku tidak bisa mendapatkan no kontaknya. Tapi dia mau berbagi alamat twitter. Tapi aku sangsi orang-orang seperti mereka mau berbagi cerita di social media. Its wasting time kan? (apa iya)... untungnya di pesawat kami duduk sederet dengannya. Aku malah tebar pesona membantunya mengangkat tasnya di bagasi. Meskipun aku sempat dipelottotin gara-gara memuji tubuh mungilnya. Hahaha. Aku merayu Nial agar bisa duduk bersebelahan dengannya. Dan aku kaget juga ternyata dia takut dengan ketinggian. Aku menghiburnya dengan bercerita tentang awan-awan. Sebenarnya itu sengaja untuk mengalihkan perhatiannya agar tidak terlalu takut ketika pesawat take off. Dan syukurlah akhirnya setelah usaha ku tadi dia agak melunak. Aku sempat mengobrol dengannya meskipun jawabannya pendek-pendek. Seperti: yes, nope, hum, right, no, yes lagi, surely, medicine (oh dia kuliah dikedokteran), 2 (semester dua ^_^), lima ( lima bersaudara), sendirian (satu-satunya anak perempuan, sepertinya kami berjodoh akukan satu-satunya anak lelaki di keluargaku), Bradford.
“ what, Bradford? Aku bertanya lagi memastikan. Dia memandangku
“ yes, kakekku tinggal di bradford” dia menatapku sekilas kemudian menunduk lagi.
“ siapa namanya siapa tahu aku kenal ?” aku mencoba mengorek
“ Ahmad william Wheeler” jawabnya percaya diri...aku terhenyak mister Wheeler. Seharusnya aku tadi sudah bisa menebaknya nama belakangnya kan pakai Wheeler.
“ imam Masjid Bradford” jawabnya lagi.
“ ya, aku kenal. Aku bertemu dengan beliau jika bulan Ramadhan atau hari raya Ied” aku menjawabnya. Tak kuduga aku bertemu dengan cucu dari seorang imam masjid yang terkenal vokal dan konservatif.
“ kau kenal kakekku? “ tanyanya dengan mata membulat.
“ keluargaku juga mengenal beliau, semua orang terutama keluarga Muslim mengenal Tuan Ahmad” kataku menjelaskan. Aku agak sarkatis. Jika ia cucu Ahmad Wheeler maka usahaku untuk mendekati cucu cantiknya akan kandas dan sia-sia.
“ ohya, koq kita tidak pernah bertemu?, padahal aku sering pulang ke Bradford. Tetapi jika lebaran aku pulang ke Dubai” jawabnya panjang. Aku mendengarkan dengan seksama. Iya juga ya kenapa aku tidak pernah melihatnya. Atau paling tidak saudara perempuanku tahu tapi sepertinya mereka tidak pernah menyebut tentang cucunya Mister wheeler ini.
“ wah jika kau pulang ke Bradford kabari aku ya, kita bisa berbarengan” aku tersenyum manis menawarkan ide ku.
“ Sorry Zayn, aku tidak terbiasa berduaan dengan seorang laki-laki yang bukan mahram”. Jawabnya sambil menunduk. Sudah kuduga. Dia cucu seorang imam masjid mana mungkin dia berduaan dengan lelaki yang bukan mahramnya.
“ bahkan jika kakekku tahu aku bisa di ceramahinya panjang lebar, meskipun sebenarnya itu benar” jawabnya sambil tersenyum manis. Sepertinya dia sangat bangga dan sayang dengan kakeknya. “okay, tidak apa-apa.”
“ hey kalian berdua liat sini” suara Niall memutus obrolan kami. Dan reflek kami berdua menoleh dan ternyata Nial mengambil foto kami berdua. Kulihat sekilas wajah Salma memerah. Tapi tak lama dia menundukkan kepalanya lagi. Benar-benar menggemaskan.
Kami sempat mengobrol sebentar sampai kulihat dia lelah akhirnya kami memilih istirahat. Aku malah sempat mengambil fotonya ketika dia tertidur. Hm....dia manis sekali. Entah mengapa hatiku bergetar.
Sebelum sampai di langit London aku bertanya pada Salma dengan apa dia pulang ke flatnya. Dia bilang dia akan di jemput oleh kawannya. Oh begitu. Ya sudah. Padahal tadi kupikir aku bisa mnawarkan tumpangan.
Kami berpisah di bandara. Dia sudah menghilang ketika para Directioner mengejar kami. Syukurlah dia tidak terlihat. Kasihan dia kalau sampai terlihat para fans bisa di bully. Meskipun aku tidak tahu di mana apartemenya tapi paling tidak aku tahu rumah kakeknya. Bahkan sudah mendapat alamat twitternya.
Malamnya aku menyempatkan diri memposting foto kami berdua yang diambil Niall ke twitter. Bahkan aku mensen ke dia @salma03 i miss u...hahaha..biar geger jagad perkicauan. Hahaha. Tapi aku tidak yakin dia akan melihat mention dariku. Tapi biarlah yang penting aku lega. Yang ada malah aku di cecari pertanyaan oleh teman-teman d 1D dan para Directioner.
YOU ARE READING
My Queen
RomanceKemana takdir akan membawa kisah mereka. Cerita seorang Zayn Malik yang mencintai gadis jilbaber muslimah taat cucu seorang Imam Masjid Bradford di Inggris. Adakalanya kita harus berdamai dengan takdir. Seperti Kabut aku akan menyayangimu seperti...