Bury the hatchet

2.2K 55 18
                                    

London Penghujung Winter

Zayn

Entahlah aku juga tak tahu mengapa hari ini terasa suram. Padahal sebentar lagi masuk musim semi. Pucuk-pucuk daun muda menyembul satu-satu. Aku menyukai  warna daun yang masih hijau keputihan. Terlihat bersih dan muda.  Penuh pengharapan dan semangat. Aku berharap begitupun kehidupanku sekarang. Hari ini aku dan anggota 1D yang lain sedang istirahat siang. Dari pagi kami mencoba segala macam wardrobe untuk show terakhir kami sebelum 1D resmi berpisah. Mengatur seluruh jadwal sampai akhir musim panas. Kami benar-benar sibuk. Melihat Harry dan Nial yang tak hentinya bergerak membuat kepalaku pusing. Mereka benar-benar ahlinya kalau di suruh membuat gerakan aneh. Sedangkan diriku. “ I not Dancer”....hehehe ( ini gue kutip dari kata-katanya si Zayn waktu doi lagi ngedance yang aneh itu loh...sumpe doi so hot ^_^).

Aku sedang meneguk air mineral dan ketika tiba-tiba ada angin berhembus ditengkukku. Aku reflek berjengit.

“ Kau kenapa?” Liam bertanya ke arahku. Dia memandangku heran.

“ Entahlah” aku juga heran dengan kejadian tadi.

Tiba-tiba perasaanku menjadi tidak nyaman. Ada rasa kehilangan yang mendalam. Hampir tiga tahun aku tak pernah bertemu dengan Queeni. Kami sudah mulai bisa berdamai dengan takdir. Tiba-tiba aku merindukannya. Aku dengar dari Waliyha dia menjadi dokter relawan kemanusiaan di sebuah RS di Palestina sekarang. Mungkin ia masih disana. Mengobati banyak orang korban perang. Aku bisa membayangkan tubuh mungilnya berada diantara para pasiennya. Dia pasti disukai banyak orang. Aku tersenyum sendiri membayangkannya. Sudahlah Zayn dia bukan takdirmu bathinku perih.

Aku baru sampai apartemenku menjelang malam. Sambil melepas sepatu aku menghidupkan mailvoice.

“ Zayn, kenapa handphonemu tidak bisa dihubungi. Cepat telpon aku. Penting” suara Walhiya melengking di telepon.

Ada dua telpon dari Walhiya untukku dan semuanya diakhiri dengan kata penting. Aku berniat menelponnya nanti setelah mandi.

Mandi air dingin membuatku benar-benar segar. Setelah salat isya aku menelpon ke rumah dan diangkat langsung oleh Waliyha.

“ Zayn, apa kau mendapat kabar terbaru hari ini?” suara Waliyha terdengar khawatir.

“ Kabar apa?” perasaanku menjadi tidak enak

“ Tentang Salma”

“Kenapa dengannya, apa Dia akan menikah?” aku bertanya dan hatiku menjadi perih. Kemungkinan berita tentang pernikahannya sangat mungkin terjadi.

“ Zayn aku turut berduka untukmu” sudah kuduga

“ Seperti yang Salma pernah katakan padaku dulu. Bahwa dia ada atau tidak kau harus menjalankan hidupmu dengan baik” suara Waliyha bergetar ketika mengucapkan itu.

“ Salma sudah berpulang. Rumah Sakit tempatnya menjadi relawan di bom tadi pagi oleh tentara Israel. Dan Mommy tadi sudah mendapat kepastian dari neneknya“

Kabar dari Waliyha seperti roket Israel yang diterjangkan untukku langsung dari Tel Aviv. Bukan hanya dari Tel Aviv tapi juga langsung dari Pentagon. Berita dia menikah lebih baik dari pada ini. Ini bohong. Ini tidak benar. Ini konspirasi. Ini tidak nyata. Ini dusta. Ini...ini aku kehabisan alasan untuk menolak berita ini. Aku terduduk lemas.

“ Zayn, kau masih disitu?”

“ Zayn are You Okey? Dengarkan aku, Salma selalu berpesan bahwa kau harus tetap hidup baik-baik sebagai seorang muslim. Zayn? Zayn? Zayn?” .

My QueenWhere stories live. Discover now