Go On

2.5K 97 13
                                    

“Seseorang yang mencintaimu karena fisik, maka suatu hari ia juga akan pergi karena alasan fisik tersebut. Seseorang yang menyukaimu karena materi, maka suatu hari ia juga akan pergi karena materi. Tetapi seseorang yang mencintaimu karena hati, maka ia tidak akan pernah pergi! Karena hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatif lebih baik atau lebih buruk.”

— Tere Liye, buku “Berjuta Rasanya"

Salma masih terduduk dilantai. Airmatanya masih mengalir. Ia membiarkan barang belanjaannya berserakan. Hari sudah mulai gelap. Tiba-tiba bel berdentang. Salma mengintip dari lubang dan langsung membeku. Ia menghapus airmatanya dengan cepat. Membenahi jilbabnya. Menyingkirkan barang belanjaannya ke atas meja dan mencoba tersenyum. Tapi airmatanya mengalir lagi. Menghapusnya kembali dan mencoba tersenyum. Dan rasanya aneh. Ia memegang hendel pintu sambil mengucap Bismillah

“ Assalamualaykum?” Ayahnya berdiri didepan pintu. Tegak menjulang dengan sebagian jaket yang basah

“ Wa’alaykumsalam, Daddy?” Salma mencoba tersenyum tetapi tetap terasa aneh.

Ayahnya segera merengkuhnya dan Salma menyerah. Ia menangis di dada ayahnya. Ia terisak. Mister Wheeler tahu saat ini putrinya hanya butuh tempat menangis. Menjadi little girlsnya kembali. Dan Salma menyadari dari semakin erat dekapan ayahnya sekarang itu cukup menjadi bukti bahwa ayahnya tadi melihat  Zayn mengantarnya pulang.

Tuan Jason mencuci piring makan malam mereka berdua dalam diam. Ia tidak bertanya tentang Zayn. Ia hanya ingin menunggu Salma yang akan bercerita. Dan benar.

“ Dadz, yang Dadz lihat tadi tidak seperti yang Daddy pikirkan” Salma bertutur sambil memandang punggung ayahnya. Ia menarik nafas gugup. Ia tidak akan berbohong dan itu bukan karakternya.

“ Kami tidak sengaja bertemu di Reejal (nama supermarket). Dadz tidak marahkan?” Salma tetap memandang punggung ayahnya.

Tuan Jason berbalik dan tersenyum

“ Kenapa harus marah. Seharusnya berterimakasih malah karena mau mengantarkan gadis ayah pulang dengan selamat” ada senyum tulus disana. Dan Salma percaya ayahnya tidak marah.

“ Dadz, terimakasih sudah mau mengerti” Salma menyahut lirih. Ayahnya tersenyum.

“ Honey, kau adalah tanggung jawab Dadz sejak kau berumur 6 tahun. Dan dadz hanya ingin menyerahkan tanggung jawab dadz pada pria Shalih yang bisa membuat ayah tenang ketika menjawab pertanyaan Allah di hari kiamat kelak. Paling tidak ayah bisa menjawab dengan lantang “Ya Allah Aku sudah menyerahkannya pada seorang lelaki Shalih”....Jusuf Jason Wheeler menatap bola mata hitam putrinya.

Salma menahan nafas. Ia tercekat. Sungguh ia sangat mencintai ayahnya. Berterimakasih memiliki ayah seperti ini.

“ Pernikahan tidak hanya butuh cinta honey, ada yang lebih krusial daripada itu yaitu keimanan kepada Allah. Paling tidak jika kau memiliki suami yang shalih ia akan menjaga dirimu dan agamamu” Tuan Jason berucap lembut

“ Ayah bangga padamu sudah bisa menjaga kehormatan diri dan agama. Disitulah kehormatan seorang perempuan Nak”

Salma mengangguk cepat.

“ Dadz, thanks....sudah memberi kepercayaan yang begitu besar padaku”...ia mendekati ayahnya dan memeluk ayahnya erat. Jason Wheeler merengkuh putrinya dengan hangat.

“ Now, tidak ada lagi airmata. Kau lebih dari sekedar cantik tapi juga shalihah. Islam membutuhkan gadis sepertimu” Ayahnya mengusap kepala putrinya bangga.

“ Percayalah pada daddy, jika ia  taqdirmu. Kemanapun engkau melarikan diri, Ia akan dapat  menemukanmu, meskipun kau bersembunyi in to the inner core sekalipun. Dan jika dia bukan taqdirmu, kemanapun kau mengejarnya tak akan pernah kau mendapatkannya. Bahkan sekiranya dia menjadi bayanganmu seumur hidup tak akan pernah kalian bersama” Jason Wheeler berucap dan memandang putrinya lembut. Ia benar-benar berkata dari hatinya yang paling dalam. (harap maklum, Mister Wheeler kan Bos minyak jadi inner core di bawa2 ^_^,..dasar Geologist !!!!).

My QueenWhere stories live. Discover now