BAB 2 - The Fault in Our Alana

162K 15.9K 448
                                    

"Oke, menu spesial hari ini baked salmon with asparagus. Alana, tolong kamu tulis di papan depan ya." Kata Dion memulai briefing paginya sebelum The Sheare's Quarters dibuka.

"Baik, Chef." Jawab Alana beranjak keluar, sedangkan Samuel, Bimo dan Gilang sibuk menyiapkan bahan-bahan.

Memang sudah menjadi tradisi di The Sheare's Quarters bahwa setiap harinya, restoran ini menyiapkan menu spesial yang tak ada dibuku menu. Menu spesial itu biasanya ditampilkan diluar dengan menggunakan papan yang hanya bisa ditulis oleh kapur. Dan Alana yang sering kebagian tugas untuk menulisnya. Selain karena tulisan tangan Alana yang bagus, ia juga sering menghias papan itu dengan kapur warna-warni sehingga menarik perhatian pengunjung.

Alana mulai menulis sambil matanya menerawang jauh pada kejadian kemarin siang. Ia malu sekali kemarin. Ia tak sempat meminta maaf pada lelaki itu karena rupanya setelah mengenalkan diri, Dion pamit pulang. Lagipula ia tak mungkin meminta maaf didepan banyak orang kan? Mau taruh dimana mukanya...

Dan pagi ini saat briefing, Dion tak menunjukan reaksi apa-apa terhadap Alana.

Memperlihatkan muka jutek? Tidak.

Muka kesal? Itu juga tidak.

Muka marah? Apalagi itu, tidak sama sekali.

Itulah yang membuat Alana ketar-ketir sendiri dan juga membuatnya penasaran.

Tapi sebagai anak yang baik, Alana berinisiatif untuk meminta maaf hari ini setelah jam kerjanya selesai.

Tadi pagi, sekilas Alana memperhatikan gerak gerik Dion. Walaupun hari ini hari pertama Dion bekerja disini, Alana bisa melihat bahwa lelaki itu seakan sudah lama mengenal dapur ini. Ia seakan sudah tahu dimana semua bahan ditaruh mulai dari a sampai z. Bahkan Dion tahu masalah tulis menulis menu dipapan ini.

"Alanaaaaa, pagi-pagi jangan bengong! Di dapur masih banyak kerjaan." Kata Bimo yang berjalan didepannya sambil membawa troli berisi tiga plastik besar transparan berisi paprika merah, paprika kuning dan cabai Brazil.

"Ayo bantuin gue taruh ini digudang." Kata Bimo galak.

"Oke, Bim..." Kata Alana lesu.

Pagi-pagi udah kena marah aja!

***

"5 baked salmon with asparagus, 3 creamy canjun chicken pasta, 2 summer zucchini casserole. Faster guys, we have a lot of customer today." Kata Dion sambil menempelkan kertas pesanan di kaca.

"Baik, chef!" Kata Samuel, Bimo, Gilang dan Alana serempak.

Entah kenapa hari ini pelanggan lumayan banyak, padahal belum jam makan siang. Dan benar, hampir semuanya wanita. Itu terlihat dari beberapa wanita yang terang-terangan memberikan tatapan genit ke arah Dion. Bahkan sampai ada yang memfoto. Memang, dapur di The Sheare's Quarters dibuat transparan agar para juru masak dapat berinteraksi dengan pengunjung.

Dion yang tengah sibuk membuat casserole, dari tadi memperhatikan Gilang yang kerepotan antara membuat saus dan memotong salmon. Ia sendiri pun tak bisa membantu karena casserole yang sedang ia buat tak bisa ditinggal. Dion menoleh ke arah Samuel dan Bimo yang tak kalah sibuknya, kecuali... Alana. Gadis itu tak terlihat melakukan pekerjaan apapun kecuali menatap panci besar didepannya dengan bosan yang berisi pasta yang sedang direbus.

"Alana, bantu Gilang potong salmon!" Kata Dion setengah berteriak. Alana terkejut dan buru-buru menghampiri Gilang. Ia mengambil pisau dari tangan Gilang dan mulai memotong. Baru saja dua slice yang ia belah, Dion sudah berteriak dikupingnya.

"Ya Tuhan Alanaaaa, apa yang kamu lakukan? Potong salmonya kenapa kotak-kotak begini? Potong salmon itu harus miring mengikuti garis dagingnya, bukan kayak dadu seperti ini."

From Kitchen With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang