"Alana?"
Dion terbangun ketika merasakan tempat disebelahnya kosong. Dimana Alana? Ia buka matanya lebih lebar kali ini untuk benar-benar memastikan bahwa ia tak salah lihat kalau Alana tidak ada disampingnya. Dan itu nyata.
Kamu dimana, Alana?
Padahal Dion sudah berekspektasi kalau bangun paginya hari ini akan dimulai dengan melihat Alana yang masih tertidur lelap disebelahnya. Dimana setelah itu akan ia bawa kembali Alana ke dalam pelukannya dengan satu ciuman panjang sebagai ucapan selamat pagi dan melakukan sesuatu yang menyenangkan seperti tadi malam saat dirinya masuk ke dalam selimut gadis itu. Tapi realita yang terjadi sungguh berbeda. Dion tak mendapati Alana disampingnya. Hanya aroma gadis itu yang tertinggal.
"Alana?!" Nada suara Dion berubah menjadi panik ketika tak ada jawaban dari Alana.
"Alana???!!!" Kali ini Dion setengah berteriak.
Kembali tak mendapat jawaban dari Alana, Dion bergegas bangkit dari tempat tidur dan setengah berlari ke arah kamar mandi untuk mengecek apakah Alana ada disana. Tapi hasilnya nihil. Jantung Dion mulai berpacu dengan cepat. Pikiran buruk mulai merasuki otaknya.
Kamu dimana, Alana?!
Kamu dimana???!!!
Tolong jangan tinggalkan saya lagi!!!"ALANAAA???!!! ALANAAA???!!!"
Tanpa sadar Dion sudah berlari keluar kamar dan masih bertelanjang dada saking paniknya karena Alana yang tiba-tiba menghilang. Bahkan Dion sudah hampir keluar rumah untuk mencari Alana ketika telinganya mendengar suara gaduh dari arah dapur. Langkahnya langsung terhenti. Segera saja Dion balikan badannya dan berlari ke sana.
"Ya Tuhan, Alana..."
Itulah kalimat pertama yang leluar dari mulut Dion. Menghembuskan napas lega seraya memegang dada untuk menormalkan detak jatungnya adalah hal selanjutnya yang Dion lakukan saat mengetahui kalau ternyata Alana sedang berada di dapur.
"Kamu sudah bangun?" Alana menoleh sekilas sambil tersenyum kemudian kembali sibuk dengan masakannya.
Ia tak tahu kalau lelaki yang sekarang sedang berjalan ke arahnya ini hampir gila saking paniknya. Dengan cepat Dion peluk tubuh Alana begitu erat sampai gadis itu terpekik kaget.
"Thank God... you're here..." Lirih Dion sambil mencium kening Alana berulang kali.
"Saya memang di sini dari tadi." Alana mengernyitkan dahi karena bingung dengan ucapan Dion.
"Kamu bikin saya jantungan, Al..." Ucap Dion lagi yang makin mengetatkan pelukannya.
Dahi Alana makin berkerut.
Apakah memasak itu bisa membuat orang jantungan?
Dan kenapa pelukan Dion begitu kencang?"Dion, lepas dulu. Saya nggak bisa napas..." Ujar Alana berusaha mendorong tubuh Dion.
Sebal karena Alana menyuruh melepaskan pelukannya bukan menenangkannya, sambil berdecak kesal Dion akhirnya mengikuti perintah gadis itu. Tapi tak sepenuhnya menuruti rupanya. Karena Dion hanya merenggangkan pelukannya tapi tak melepaskannya. Lelaki itu masih terlalu takut. Sangat.
"Dion, lepas dulu dong... saya lagi masak." Alana mulai kesal karena Dion tak kunjung melepaskan pelukannya.
"Kenapa kamu ninggalin saya? Saya takut setengah mati, Al..." Malah itu yang keluar dari Dion.
Makin tak mengerti dengan perkataan Dion, Alana benar-benar mendorong tubuh lelaki itu hingga terlepas dari tubuhnya.
"Siapa sih yang ninggalin kamu? Apa masak di dapur itu termasuk dalam kategori 'meninggalkan'?" Tanya Alana bingung sambil menekankan kata meninggalkan dengan membentuk tanda kutip menggunakan kedua jarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Kitchen With Love
RomanceDion Alderic Sudjatmiko merupakan seorang head chef yang baru bekerja di The Sheares's Quarters karena chef sebelumnya memutuskan untuk memulai karirnya di luar negeri. Alana Hayln, seorang gadis muda yang sudah lama bekerja di The Sheares's Quarter...