BAB 4 - Ada Apa Dengan Hati Dion?

150K 14.3K 314
                                    

"Al, mau pulang bareng kita nggak? Muel sama Bimo lagi nggak bawa kendaraan hari ini, jadi nebeng mobil gue." Kata Gilang menghampiri Alana diruang ganti baju. Dibelakangnya ada Samuel dan Bimo.

"Enggak, guys. Gue masih ada urusan." Kata Alana lesu.

"Lo hutang cerita sama kita." Kata Samuel.

"Minggu ini kita harus karaoke. Gue mau denger cerita lo sampai tuntas. Dari a sampai z." Kali ini Bimo bersuara.

"Gampang kalau soal itu..." Kata Alana tak bersemangat.

"Yaudah, kita balik dulu ya, Al." Kata Gilang menepuk bahu Alana.

"Semangat, sister Al!" Kata Samuel mengangkat tangannya di udara membentuk kepalan, setelahnya membentuk lambang hati dengan kedua tangannya.

Alana tertawa renyah. Setidaknya ada tiga orang disini yang tak langsung memghakiminya.

Setelah kejadian tadi siang, Dion melepaskan tangan Alana ketika meraka berada di dalam lift. Lelaki itu tak bicara banyak, ia hanya berkata jangan pulang setelah jam kerja selesai karena Dion ingin berbicara sesuatu padanya. Atau lebih tepatnya masih mau memarahi Alana.

Saat mereka berdua kembali ke The Sheares's Quarters tadi siang, memang keadaan terlihat normal, bekas pecahan piring pun sudah dibersihkan. Tapi pandangan mata temannya dan seluruh pegawai menyiratkan satu kata. Penasaran.

"Duduk." Perintah Dion yang sudah menunggu Alana di luar.

Alana menghembuskan napas berat. Tidak bisakah Dion memberinya sedikit waktu untuk persiapan batin?

Alana sempat melihat sekitar. Yap, persis dugaannya. Semua orang sudah meninggalkan tempat ini. Hanya ia dan Dion disini.

Mari kita mulai sidangnya, Chef...

"Saya mau kamu minta maaf didepan semua orang besok pagi." Katanya sambil melipat kedua tangan didada.

Saat sedang melakukan gerakan itu, mata Alana menangkap tangan Dion yang sudah dibalut perban.

Alana mencibir dalam hati.

Sakit ya Chef nonjok tembok? Tembok di tonjok...

Alana mengangguk sambil menunduk.

"Saya juga nggak terima permintaan pemecatan diri kamu. Terlalu mudah untuk keluar dari masalah."

Alana mendongak menatap Dion. Mata abu-abu pucat lelaki ini memang tak semarah tadi, tapi entah kenapa jauh lebih menakutkan. Seperti ada sesuatu yang harus membuatnya paling tidak berada di radius 3 meter dari lelaki di didepannya ini jika ia mau aman.

"Terus buat apa saya disini? Chef yang bilang sendiri kalau saya nggak bisa apa-apa, hanya jadi pengacau disini."

Buat saya siksa.

"Saya cuma mau kamu belajar, melarikan diri itu bukan jalan keluar dari suatu masalah."

Lalu lelaki itu berdiri, mengeluarkan kunci dari sakunya dan melemparkannya ke Alana yang di tangkap gadis itu dengan kaget.

"05.15 kamu harus sudah ada disini. Dimulai dari membersihkan semua ruangan yang disini, lalu bantu Pak Arifin ambil ikan segar ditempat langganan seperti biasa dan mulai besok, kamu menggantikan tugas Bimo menangkut bahan makanan. Oh ya, satu hal lagi. Jangan coba-coba pakai troli. Angkut semua itu dengan tangan kamu. Dan jangan coba-coba membohongi saya. Seluruh lantai dipasangi kamera cctv, Alana." Jelas Dion dengan sebuah senyum licik untuk mengakhiri kalimatnya.

From Kitchen With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang