"Jadi gimana? Lo bisa kan?" Kata Romi pada Dion sore itu di The Sheares's Quarters.
"Ya gue pertimbangin dulu lah, pindah kerja kan nggak segampang ganti baju." Kata Dion sambil menyeruput mojitonya.
"Asal jangan lama-lama aja pertimbanginnya, keburu bangkrut The Sheares's Quarters kalo kelamaan nggak ada chefnya." Kata Romi agak memaksa.
"Lagipula kan lo yang bilang sendiri, kerja di Cloxint nggak enak. Lo dibatasi untuk memasak sesuai keinginan ownernya. Bukan keinginan lo. Buat apa lo jauh-jauh sekolah masak di luar negeri kalo masakan lo sendiri aja nggak bisa dicicipi pelanggan, Yonooooo..." Tambah Romi kali ini dengan mulut membulat sempurna.
"Sialan lo." Kata Dion sambil melempari Romi dengan sedotan. Romi sangat tahu kalau Dion benci ketika orang memanggilnya dengan penggalan kata kedua dari namanya. Orang pasti akan menambahkan kata 'y' menjadi 'yon' bukan 'on'. Dan kata 'yon' terdengar seperti nama 'Yono' di telinga Dion.
"Sob..." Kata Romi sambil menepuk bahu Dion, "...pertimbangin dulu lah penawaran gue. Yang jelas banyak keuntungan yang bakal lo dapet, kalo lo jadi chef disini. Selain lo bisa mengasah kemampuan masak lo, lo sangat gue bebaskan untuk menentukan menu apa yang akan dihidangkan setiap harinya tanpa terkecuali. Lagipula, tampang lo lumayan bisa ningkatin pelanggan datang ke sini."
"Sialan, lo ngejual gue dong namanya."
"Bagus kali lo jadi terkenal."
Dion hanya mencibir.
"Oke deh, gue pertimbangin matang-matang dulu." Kata Dion bangkit dari duduknya.
"Gue balik dulu deh, udah mau malem nih."
"Yon." Panggil Romi sambil tersenyum jahil.
"Salam ya buat adik lo." Katanya sambil terkekeh.
"Bisa ditembak sama suaminya lo, kalau Maura disalamin sama lo!" Kata Dion sambil mengacungkan jari tengahnya dan Romi hanya tetawa di tempatnya.
***
"Aduh, Alana! Dari pada lo ngerecokin masakan gue, mending lo ke gudang deh! Ambil kentang yang kemarin baru datang, terus lo cuci. Kalau udah, lo potong. Habis itu bawa kesini. Tapi inget, potongnya harus sesuai sama apa yang udah gue ajarin kemarin. Jangan lebih dari 3 cm."
"Oke, Muel..." Kata Alana menunduk lesu saat dirinya dimarahi Samuel, sous chef di The Sheares's Quarters.
Alana berjalan gontai ke arah gudang lalu memulai mengambil kentang yang disuruh Samuel.
"Kenapa sih aku nggak pernah bisa masak! Selalu aja di suruh cuci bahan, potong-memotong bahan makanan dan terus kayak gini! Kapan aku jadi chefnya?! Agrh!!!" Dumel Alana sambil menendang kardus kentang yang ternyata malah membuat kakinya sakit karena kardus itu tak bergoyang sama sekali ketika ditendang.
Langsung saja Alana mengusap kakinya yang sekarang terasa nyut-nyutan. Tanpa sadar air matanya menetes. Ia kesal kepada dirinya. Sudah hampir satu tahun setengah bekerja disini tak pernah ia naik jabatan. Masih saja menjadi roundsman yang kadang tak ada tugasnya. Bahkan, Alana kadang menyambi jadi pelayan jika pengunjung tengah ramai. Semua orang pasti berkata 'Alana lo harus belajar lagi', 'Memfillet ikan aja belum bisa, mana bisa jadi chef?' dan bla...bla...bla... yang makin membuat Alana kesal. Tapi ia berjanji pada dirinya untuk berusaha keras agar bisa menjadi chef suatu saat nanti.
***
Romi nampak terkejut ketika Dion datang ke The Sheares's Quarters dua hari kemudian. Namun sejurus kemudian Romi langsung tersenyum senang dan memeluk Dion.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Kitchen With Love
RomansDion Alderic Sudjatmiko merupakan seorang head chef yang baru bekerja di The Sheares's Quarters karena chef sebelumnya memutuskan untuk memulai karirnya di luar negeri. Alana Hayln, seorang gadis muda yang sudah lama bekerja di The Sheares's Quarter...