BAB 22 - Sebuah Pelabuhan Terakhir

210K 10.7K 400
                                    

*Di tonton yuk videonya, sengaja bikin pendek karena bakal ada satu video lagi nanti. Di tonton ya, siapa tahu baper, kalau engga, ya maaf :D*


Cinta datang tanpa di minta
Menghangatkan hati yang lama hampa
Bagai rangkaian bunga di taman surga
Dalam seribu rahasia berisi fatamorga
Dengan satu janji pasti yang berakhir bahagia

The Sheares's Quarters tampak berbeda. Restoran itu sengaja mengubah penampilannya khusus untuk hari ini. Pintu masuk kayu yang biasanya polos, pagi ini tampak berwarna karena tertutup penuh oleh bunga mawar putih yang bercampur dengan bunga mawar berwarna ungu pucat. Saat masuk ke dalam, pemandangan yang disajikan tak kalah cantik. Seluruh permukaan atas sampai dinding tertutupi oleh bunga lavender yang menjuntai dengan cantik. Lantai pun di ubah dengan disebarkannya ribuan mawar putih hingga seluruh lantainya tertutup. Di bagian outdoor, pemandangan yang ada pun tak kalah menakjubkan. Terpasang ribuan lampu-lampu kecil digantung dengan mawar putih dan mawar ungu pucat yang bergandengan selaras sehingga menambah kesan romantis. Terakhir, ada sebuah arch yang dikelilingi dedauan yang merambat lengkap dengan kursi-kursi cantik berwarna putih dengan aksen pita berwarna ungu. The Sheares's Quarters benar-benar terlihat seperti taman bunga yang cantik hari ini.

***

"Nggak usah tegang, Al. Santai aja. Rileks. Tarik napas... buang napas..." Maura terus menenangkan Alana yang sedari tadi menggosok-gosokan tangannya karena gugup.

Alana tersenyum sekilas. Maura yang melihat itu langsung berhenti mengerjakan bagian kecil yang belum sempurna di gaun Alana dan menggenggam tangannya.

"Aku tahu setiap orang pasti deg-degan dan tegang di hari bahagia mereka, tapi kamu terlalu berlebihan sampai senyum aja kepaksa. Tenang, Sayang." Kemudian ia peluk Alana sebelum melanjutkan untuk membenarkan kekurangan kecil di gaun Alana. Her last minute work.

Alana bisa sedikit bernapas lega mendengar ucapan Maura. Ia peluk gadis yang beberapa saat lagi akan menjadi adik iparnya itu.

"Thank you, Maura. Aku nggak tahu harus bilang apa lagi sama kamu. Kamu udah baik banget sama aku. Cariin MUA profesional, mau repot-repot minta tolong sama temen kamu buat ngedesain sepatu yang cocok untuk gaun pengantin super cantik buatan kamu ini. Dan kamu ngelakuin semua ini secara cuma-cuma. Aku yakin kalau gaun ini di hargai, pasti uangnya bisa untuk beli motor." Alana berusaha bercanda diantara ketegangannya.

Maura tersenyum. "Al, itulah gunanya keluarga. Aku ikhlas, Al. Aku seneng malahan. Lagipula, cuma Kayon yang aku punya selain Mama sama Papa. Aku sayang banget sama dia dan akan ngelakuin apapun buat kakak terngeselin itu. Apalagi di hari bahagianya. I'll do anything for him."

Kemudian ia peluk lagi Alana yang dibalas tak kalah kuat oleh Alana. Tapi Maura langsung berdiri tegak.

"No, no, no. Kita nggak boleh terlalu kencang pelukannya. Itu akan ngerusak make up dan gaun rancangan super bagus aku ini."

***

Bertemakan international wedding tapi tetap menganut budaya timur, Alana dan Dion memang sengaja memilih The Sheares's Quarters sebagai tempat untuk mengucapkan janji suci. Selain sebagai tempat bersejarah karena untuk pertama kalinya mereka bertemu di sini, Alana dan Dion juga memilih The Sheares's Quarters karena tempatnya yang luas dan terdiri dari dua ruangan yaitu indoor dan outdoor. Walaupun tak sebesar ballroom hotel, tapi cukup untuk bisa berjalan dan menghampiri para tetamu undangan. Alana dan Dion memang tak mau pernikahan yang terlalu besar. Mereka ingin sebuah pernikahan yang sederhana, warm dan hikmat. Mereka mau setiap orang yang datang dapat mereka kenal dengan baik, lalu bisa berbincang atau bahkan bisa menghampirinya. Itulah makna sebuah penikahan bagi mereka.

From Kitchen With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang