BAB 19 - Seribu Rasa Dibalik Cinta

180K 12.2K 351
                                    

"Dion..."

Alana mendesah lega saat menyebutkan nama lelaki itu walau hatinya masih sangat bingung sekarang ini. Tapi setidaknya, ia tahu bahwa Dion masih mencintainya dan sudah memaafkannya. Bisa sedikit bernapas lega karena mengetahui hal itu, Alana akhirnya bisa melakukan sesuatu yang sangat ingin dilakukannya sedari tadi saat pertama kali melihat Dion. Yaitu mencium dan memeluknya. Dengan perasaan yang masih setengah takut, Alana melingkarkan lengannya di leher Dion lalu memeluknya. Gadis itu menarik napas dalam-dalam dan menghirup aroma Dion. Seorang lelaki yang sangat dirindukannya dua tahun belakangan ini. Tanpa sadar mata Alana terpejam. Rasanya begitu luar biasa nyaman. It feels home.

Sambil membalas pelukan gadis itu, Dion berulang kali mencium rambut Alana dan mengusap punggungnya, sayang. Dari pelukannya itu, Dion seakan berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja mulai sekarang.

Puas melepas rindu, Alana merenggangkan pelukannya kemudian mulai memperhatikan wajah Dion secara lebih dekat dimana ia baru bisa melakukannya sekarang, karena sedari tadi mereka duduk berjauhan.

Dua tahun tidak bertemu dengannya, Dion terlihat jauh lebih tampan sekarang dibandingkan saat terakhir kali mereka bertemu di bandara dua tahun lalu. Itu terbukti dari rupanya yang semakin matang. Bentuk wajahnya yang semakin rupawan dengan bulu-bulu halus di sekitar rahangnya ditambah tubuhnya yang semakin mempesona dengan otot-otot yang tercetak jelas dibalik kaus abu-abu yang dipakainya. Alana yakin itu semua pasti akibat dari seringnya lelaki itu berolahraga di gym seperti apa yang ia lihat di video yang ditontonnya beberapa bulan lalu.

"Admiring your view?" Tanya Dion tersenyum menggoda penuh rasa bangga karena tatapan Alana yang begitu memuja dirinya.

Alana mendongak lalu mengangguk malu-malu menatap Dion. Diusapnya perlahan pipi Dion dengan punggung tangannya.

"Can I kiss you?" Tanya Alana pelan.

Dion tersenyum lebar mendengar permintaan Alana. Ia masih saja malu-malu seperti dulu. Gemas dengan sikap Alana ini, ditariknya pinggul gadis itu mendekat.

"If I say yes, apa rasanya masih akan sama seperti dulu saat saya mengajari kamu bagaimana caranya mencium saya?" Tanya Dion.

Alana mengangguk tapi senyumannya langsung berubah menjadi sedih saat Dion mengatakan itu. Bayangan dua tahun lalu saat dirinya dibuat kesal oleh Dion ketika mereka berdua tengah berada di dalam mobil lelaki itu dimana Dion hanya akan mau membalas ciuman Alana jika gadis itu melakukannya sesuai dengan apa yang instruksikan Dion, membuat Alana kembali menitikan air mata. Ia rindu saat-saat itu.

Seakan tahu bahwa ucapannya membuat Alana kembali merasa bersalah, Dion mengecup air mata yang turun di pipi gadis itu kemudian berbisik tepat di bibirnya.

"Then do it."

Terisak bahagia seperti orang gila karena jawaban Dion, Alana memejamkan matanya lalu menciumnya secara perlahan. Merasakan bibir Dion, menyecap rasanya. Lama mereka hanya berciuman seperti itu. Saling menempelkan bibir satu sama lain tanpa ada gairah, lumatan, pagutan mau pun gigitan seperti apa yang Dion lakukan sebelumnya. Bahkan sekarang, lelaki itu ikut memejamkan matanya. Hanyut terbawa suasana.

Setelah puas hanya dengan menempelkan bibir saja, Alana mulai membuka mulutnya kemudian mendesak secara halus agar Dion mau membuka mulutnya juga. Menerima ajakan itu dengan senang hati, Dion pun menuruti permintaan Alana. Selanjutnya bibir Dion terbuka dan mereka mulai saling memagut dan melumat. Tapi kali ini ia biarkan Alana yang mendominasi.

"Terima kasih karena kamu sudah mau memaafkan saya." Ujar Alana menempelkan keningnya di kening Dion saat bibirnya sudah benar-benar terlepas dari bibir lelaki itu.

From Kitchen With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang