*Awas, jangan ketawa, jangan senyum-senyum sendiri pas liat gif di atas. Awas!*
Alana terbangun saat merasakan sinar matahari mulai menusuk-nusuk matanya. Pelan-pelan matanya terbuka. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah langit-langit kamar dengan aksen kayu yang dipelistur. Hhmm, ini terasa asing baginya. Seperti bukan dikamarnya sendiri. Lalu matanya melihat sekeliling kamar. Tak ada yang aneh. Gadis itu tidur seperti orang kebanyakan. Memeluk guling. Tapi... kenapa ia juga merasakan dirinya di jadikan bantal guling ya?
Lalu satu dengkuran halus yang menggelitik tepat di curuk lehernya membuat gadis itu tersadar sekarang.
Bagaimana aku bisa ada disini?
Tadi malam kan aku tidur di...Seperti kaset yang di rewind dengan cepat, satu persatu memori tentang kejadian semalam memenuhi otaknya.
Saat Dion mengajak aku tidur...
Lalu dengan kurang ajarnya dia menuduhku yang tidak-tidak...
Dan aku yang marah seperti orang kesetanan...
Sampai aku lelah dan pasrah saat Dion menggendong aku...
Dan...
Ya Tuhan!
Jadi jangan bilang Dion yang membawaku kesini!Buru-buru Alana menunduk ke bawah.
Terima kasih ya Tuhan aku masih berpakaian lengkap...
Menengok ke belakang dimana Dion masih tertidur nyenyak sambil memeluknya, perlahan Alana menggeser kakinya yang berada di antara kaki Dion dan mengangkat tangan lelaki itu yang melingkar posesif diperutnya. Setelah berhasil, Alana buru-buru turun dari kasur dan berjalan berjinjit ke arah pintu. Ia tarik kenop pintu dengan hati-hati agar tidak berbunyi. Tapi kemudian gadis itu memaki dalam hati.
Shit! Dikunci!
Tak mau terjebak lagi seperti kejadian di gudang, Alana berusaha mencari kunci di sekitar tempatnya berdiri. Barangkali saja ia menemukan benda sialan yang bernama kunci itu.
"Nggak akan ketemu. Saya udah umpetin di tempat yang nggak bakal kamu tahu." Dion mengulet dari tempat tidur. Lelaki itu sebenarnya sudah bangun dari tadi. Hanya pura-pura tidur saja untuk bisa berlama-lama memeluk gadis itu.
Mendengar suara lelaki itu, Alana mendesah dan menjedotkan kepalanya ke pintu. Dengan kesal ia putar balikan badannya.
"Buka! Saya mau pulang!" Katanya jutek.
"No. No." Kata Dion kembali memejamkan mata memeluk guling yang dipakai Alana.
Sambil terus mengomel, Alana berjalan ke arah tempat tidur dan duduk di ujungnya. Ia ambil bantal yang tergeletak tak jauh darinya dan ia lemparkan ke wajah lelaki itu.
"Buka nggak!" Katanya makin jutek.
Bukannya marah karena wajah tampannya dilempar bantal, lelaki itu malah menyeringai lebar dan merangkak mendekat ke arah Alana. Ia ambil pergelangan tangan gadis itu dan diciumnya.
"Masih marah sama saya?"
Alana diam.
"Maafin saya dong..." Kata Dion bangkit dari tidurnya dan duduk disamping Alana.
Alana masih diam.
Kenapa sih Dion nggak pakai baju?! Apa dia benar-benar nggak bisa tidur kalau pakai baju?!
"Pokoknya kita nggak akan keluar dari sini sebelum kamu maafin saya." Kata Dion berkata lagi dan memeluk Alana. Tapi sayang sekali, pelukannya di tepis Alana kali ini.
Shit! She's really mad!
"Al, udahan dong marahnya. Saya bener-bener minta maaf..." Ucap Dion sembari mengambil tangan gadis itu dan memainkannya. Untungnya Alana tak menolak kali ini. Tapi gadis itu masih saja diam. Menatap Dion saja tak mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Kitchen With Love
Storie d'amoreDion Alderic Sudjatmiko merupakan seorang head chef yang baru bekerja di The Sheares's Quarters karena chef sebelumnya memutuskan untuk memulai karirnya di luar negeri. Alana Hayln, seorang gadis muda yang sudah lama bekerja di The Sheares's Quarter...