BAB 5 - You Drunk and We Kissed

171K 15K 527
                                    

"Beer, please..."

Dentuman musik up beat membahana di seluruh penjuru Xillemax. Dion sedang meneguk minumannya sambil memperhatikan satu persatu gadis yang lalu lalang didepannya. Ia mau mencari mangsa malam ini. Fokusnya sejenak menghilang ketika seorang lelaki menepuk bahunya dari belakang.

"Masih sore, Kak. Easy..." Kata Adrian menepuk kakak iparnya yang sedang fokus menatap setiap wanita yang lewat didepannya.

"Hi, Bro. Berani juga lo dateng kesini, nggak takut disuruh tidur diluar sama adik gue?" Balas Dion sambil berhigh five ala lelaki dengan Adrian.

Adrian terkekeh.

"Karena lo yang nyuruh gue dateng kesini, makanya gue berani. Tapi Maura udah wanti-wanti gue, jam 9 gue harus udah sampai rumah. Kalau enggak, gue dikuniciin, Kak." Kata Adrian sambil geleng-geleng kepala.

"Makanya, gue cuma mau ngasih kunci ini doang terus langsung cabut. Ada Satpol PP nungguin gue dirumah." Kata Adrian berkelakar sambil menyerahkan kunci apartemennya ke Dion.

"Suami-suami takut istri banget lo."

"Ouch, that hurt." Kata Adrian pura-pura tersinggung dan memegang dadanya.

"Kak, gue langsung cabut ya." Kata Adrian lagi sambil menepuk bahu Dion dan berjalan meninggalkan lelaki itu.

Dion mengangguk.

"Salam cium buat Sofie." Kata Dion setengah berteriak ketika Adrian sudah agak jauh darinya. Lelaki itu hanya mengacungkan jempolnya ke atas tanpa menoleh kebelakang dan meninggalkan Xillemax.

***

Dion menghembuskan napas berat. Ia tak ingin tidur dirumah malam ini. Ia ingin sendiri, butuh ketenangan dan perempuan. Ia sudah izin kepada Mamanya untuk tidur di apartemen Adrian. Semenjak adiknya menikah dengan Adrian, mereka membeli sebuah rumah yang masih satu komplek dengan rumahnya dan tinggal disana. Walaupun sekarang mereka tinggal disebuah perumahan, Adrian tak juga menjual apartemennya. Kata lelaki itu, banyak kenangan bersama Maura yang tertinggal disana. Jadi, kadang ketika Dion sedang penat dan tak ingin tidur dirumah, ia memilih untuk tidur disana. Tempat pelariannya. Dion sebenarnya bisa saja membeli sebuah apartemen dan tinggal disana, tapi ia tak tega melihat kedua orang tuanya hanya berdua dirumah. Yah, walaupun rumah adiknya itu dekat dari rumah mereka, tapi tetap saja, kadang Mamanya masih suka merasa sedih dengan suasana rumah yang sekarang sepi.

Dion kembali meneguk beernya. Dari tadi tak ada satupun perempuan yang menarik perhatian. Saat akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan Xillemax, pandangan matanya tertuju pada seorang gadis yang berjalan masuk sedang celingak-celiguk seperti orang bingung. Pandangan Dion terus mengikutinya sampai gadis itu terlihat menepuk seorang perempuan yang terlihat sudah mabuk di ujung bar sana.

Langkah kaki Dion seperti tersihir untuk mendekati gadis itu.

"Sedang apa kamu disini, Alana?"

"Ya, Tuhan! Chef Dion!" Alana sangat kaget sampai harus mundur beberapa langkah sambil memegangi dadanya.

"Kamu ngapain disini?" Ulang Dion dengan nada dinginnya.

"Oh, saya... itu... ini... saya... saya mau jemput teman saya, Chef." Tunjuk Alana ke temannya yang sudah setengah sadar itu dengan gugup.

From Kitchen With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang