BAB 9 - Something Sweet and Spicy About Dion

196K 15.3K 1.3K
                                    

"Saya ini suka sama kamu, Alana. Saya jatuh cinta sama kamu."

Alana ditempatnya diam terpaku. Seluruh bulu kuduknya terangkat sempurna.

Ya Tuhan... aku nggak salah dengar kan?
Apa ini nyata?
Dion bilang kalau dia jatuh cinta sama aku??!!
Boleh aku teriak sekarang?????

Ditatapnya lelaki dihadapannya ini yang sedang berusaha menormalkan napasnya karena ciuman mereka tadi dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada rasa senang, bahagia, takut dan bingung.

Alana senang dan bahagia karena ternyata ada seorang lelaki yang menyimpan perasaan untuknya. Ia mengira, dirinya ini hanya gadis bodoh yang sudah dikhianati tunangannya. Tapi diam-diam... ada lelaki lain yang memujanya. Wanita mana didunia ini yang tak bahagia jika berada diposisi Alana?

Tapi Alana juga takut, kalau ini hanya pelarian semata dari akibat rasa sakit hatinya terhadap Athar. Memang, tak ada setetes darah pun perasaan cinta lagi kepada Athar karena lelaki itu hanya meninggalkan sakit dan kenangan buruk.

Dan semua ini meninggalkan perasaan bingung di dalam hatinya.

Alana tak memungkiri ia memiliki ketertarikan terhadap Dion. Alana pun tak mengelak sejak pertama bertemu dengan Dion, jantungnya sudah menandakan sesuatu yang tidak baik karena terus berdegup dengan kencang. Bahkan setelah beberapa kali mereka berciuman Alana mulai menyukainya dan mulai terbiasa dengan bibir Dion. Dan gilanya, Alana mulai hafal rasa bibir Dion!

Walaupun setiap kali bibirnya bertemu dengan bibir Dion, ada berbagai macam rasa yang ia rasakan, tapi ada satu rasa yang selalu hadir. Rasa manis. Bibir Dion sangat manis. Terutama saat lelaki itu mau menyudahi ciuman mereka, pasti Dion terlebih dulu menghisap bibir bawah Alana, lalu mengecupnya sebentar baru setelah itu benar-benar melepaskan bibirnya. Dan itu membuat Alana gila.

Tapi ia takut kalau ini semua hanya kebutuhan fisik semata. Dan Alana juga tak mau terlalu cepat menyimpulkan bahwa ini perasaan cinta.

Akhirnya Alana menggeleng lemah.

"Saya nggak bisa, Dion."

Dion tersenyum sambil mengelus rambut Alana.

"Saya sudah tahu kamu pasti akan jawab itu."

Alana melotot. "Terus kenapa kamu bilang kalau kamu jatuh cinta sama saya?" Tanya gadis itu heran.

"Karena saya memang jatuh cinta sama kamu, Alana." Kata Dion lagi.

Alana menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gila ya kamu, mau kamu tuh apa sih Dion?" Alana sudah mulai marah.

"Kamu tahu dengan jelas apa mau saya. Saya. Mau. Kamu." Kata Dion menekankan setiap katanya.

Batas kesabaran Alana menipis. "Saya bisa ikut sakit jiwa kalau terus bicara sama kamu!" Lalu Alana mendorong bahu Dion dan berjalan meninggalkan lelaki yang ia bilang sakit jiwa ini.

"Ini semua karena Gilang kan?"

Perkataan Dion sontak membuat Alana menoleh ke belakang.

"Kenapa kamu jadi bawa-bawa Gilang disini?!" Kata Alana marah.

Dion menghela napas berat.

"Apa sih yang ada di diri Gilang tapi tidak ada di diri saya, Al?"

Alana mengernyit bingung. "Ya Tuhan, Dion! Apa sih inti pembicaraan kamu ini?!" Ingin rasanya Alana memecahkan sebotol wine dikepala lelaki itu.

"Kamu menolak saya karena Gilang kan?"

Alana menganga tak percaya.

Pemikiran bodoh macam apa itu?

From Kitchen With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang