Part 5 : Mendambamu hanya sebatas Do'a

7.1K 368 18
                                    

Almira POV

Udara pagi ini benar-benar dingin, hujan tak berhenti turun sejak petang kemarin. Sebenarnya hari libur begini dengan cuaca seperti ini. Paduan pas untuk mengurung diri dalam selimut, tapi mama subuh tadi sudah menelpon agar aku pulang. Aku meluncur dari apartemenku yang berada didekat kampus menuju rumah mama yang jaraknya cukup jauh. Beruntung, walau sebagian jalan tergenang tapi tidak macet karena jarang sekali kendaraan yang lewat. Siapa juga yang mau keluar rumah kalau tak terpaksa.

Setibanya dirumah mama aku lihat mobil Bang Ridho suami kak Dira sudah terparkir digarasi. Kata mama mereka memamg menginap dirumah mama malam tadi. Aku berlari keteras karena hujan yang kian deras, pintu rumah langsung terbuka.

"aunti......." Sikembar menghambur kepelukanku. Aku membalas pelukan itu, sikembar ini menggemaskian dan membuatku rindu.

Mama, papa dan bang Ridho duduk manis didepan meja makan, secangkir teh mengepul dihadapan ketiganya. Aku melirik seluruh makanan masih utuh dipiring masing-masing kecuali dua piring milik sikembar. Pastilah mereka sengaja menungguku untuk sarapan bersama. Aku merasa bersalah, semenjak aku memutuskan menjadi dosen, aku memilih menyewa apartemen dilingkungan kampus. Sementara kak Dira dan keluarga kecilnya memilih tinggal dirumah yang dibeli bang Ridho saat masih bujangan. Aku sedih membayangkan mama dan papa justru menikmati masa tua berdua, kesepian.

Setelah mencuci piring dan membereskan meja makan, kami memilih mengobrol sambil menonton tv. Aku merebahkan kepalaku dipangkuan mama, entah mengapa hari ini aku merindukannya. Mama dengan lembut membelai kepalaku yang masih terbungkus jilbab.

"jadi kapan kamu ngasih mama cucu?"

Oh tuhan, aku cinta mama, aku tak ingin jauh darinya tapi pertanyaan inilah yang selalu berhasil membuatku tak betah dirumah ini.

"ya,,,mama ngacok deh, suami aja belum ada gimana mau ngasih cucu" kali ini Dira ikut-ikutan. Suaminya terkekeh tapi matanya tetap berpura fokus pada acara tv.

"ya udah kapan Mira punya suami"

Yah...ini adalah pertanyaan intimidasi yang beruntun, aku bosan. Kuangkat tubuhku agar duduk dengan benar.

"nanti mah, Allah sedang mempersiapkan yang pas" selorohku.

"masak iya Mir, kalu masih disiapin Tuhan yah belum lahir dong" uhh siapa yang mengajarkan kak Dira jadi rese gini sih. Yah sudah pasti pria yang kini bahunya bergetar menahan tawa.

"ridho, kamu punya teman gak, promoin dong adik ipar kamu ini" mama meraihku dan mengusap-usap kasar bahuku.

"mira tu sangar ma, yah cowok pada takut. Kalem dikit dong mir" aku mendelik kearah kakak iparku, dia yang terpandai dalam memperolok dirumah ini.

"anak teman papa baru pulang S3 dari Mesir tu Mir, kapan-kapan kita undang yah biar kalian bisa kenalan."

"papahhhhh" kali ini aku tak ada pembela, biasanya papa hanya jadi pendengar dan penonton kali ini juga ikut mengolokku. Lihat kan semua jadi menertawakanku.

Aku berdiri meraih tasku.

"mira ada praktikum hari ini ma, mira pulang dulu yah"

"yah...Mir, jangan ngambek ah" mama menahan tanganku saat aku hendak mencium punggung tangannya.

"enggak kok mah, emang ada praktikum"

Tak menunggu penahanan aku langsung meninggalkan mama yang masih berusaha menahanku, bahkan beliau meminta maaf merasa ucapannyalah yang membuatku pergi. Aku bersikukuh bahwa bukan itu soalnya, aku benar-benar ada praktikum. Semoga tuhan mengampuniku, aku memang malas mendengar keluargaku membahas pernikahanku, tapi aku memang ada praktikum walaupun aku masih punya waktu sekitar tiga jam.

Bersemayam dalam Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang