Part 18: Hati Seorang Perempuan

10.1K 541 89
                                    

***

nah loh senangkan udah update secepat ini????

yang senang silahkan kasih vote buat author kece,,,hahaha pede nya...

buat kali ini, author ingatin buat sebanyak-banyaknya Istighfar,

maklum kita lagi ngintipin kehidupan pengantin baru, ya toh...

selamat mengintip, eh membaca...

***

Aku terbangun karena nafasku terasa sesak, aku ingin menggeliat tapi tak bisa, ku buka paksa mataku, aku terperanjat mendenagr dengkuran pelan dibelakang telingaku. Nafasku bertambah sesak sesuatu membelit pinggangku dengan erat.

Kuputar wajahku, walau badanku tak bisa ikut berputar, hanya separuh yang kulihat, ya separuh wajahnya. Mimpikah, aku menutup mulutku melihatnya, matanya terpejam membentuk bukit kecil yang indah dihiasi bulu matanya yang lentik bak ilalang dipadang bukit, nafasnya teratur dan bibirnya tersenyum.

Aku terperanjat, namun kemudian aku tersadar dia adalah pria yang menikahiku malam tadi. Jantungku berdebar kencang, dia memelukku dalam tidurnya, ah sadarkah dia?

Atau dia hanya mengira aku guling yang biasa menemaninya tertidur. Aku mengusap tangan kekar itu. Menikmati rambut-rambut lebat yang tumbuh di lengannya. mengingat bagaimana tangan itu membelaiku, memanjakanku.

Dia menggeliat, merenggangkan pelukannya, hanya sesaat lalu pelukan itu bertambah erat.

"masih malam sayang, kenapa ?" suaranya parau, aku bergidik merasai nafasnya menyentuh kulit telingaku.

"em,,anu..." jujur aku malu bila ketahuan sedang menikmati dekapannya. Mataku berputar-putar mencari alasan.

"emh, jam tiga subuh sayang... Tahajud bersama yuk" aku melihat jam dinding dan menemukan alasan disana.

Fatih membalik tubuhku, mengabsen tiap senti wajahku. aku gemetara, pesonanya jauh diatas logikaku.

"satu jam lagi ya sayang" dia menggodaku, membelaiku seperti semalam. Dan aku kalah, mengakui keahliannya mempesonaku.

Aku takjub pada tiap anugrah yang tuhan berikan kepadanya, ah tidak Allah menitipkan anugrah itu padanya, untuk kudapatkan kemudian hari. Dan hari itu adalah malam ini. Dia milikku, dia anugrah terindah dalam hidupku.

***

Usai subuh aku merayap kedapur, persendianku terasa nyilu. Tapi semangatku tak pudar, ini pagi pertama kami, aku akan menyiapkan sarapan pertama untuk imamku. Tiap kali mengingat itu aku tersenyum, semangatku kembali terbakar.

Fatih sempat mengejek cara berjalanku pagi ini, tapi aku tak peduli karena dialah orang iseng yang menyebabkan semua ini. Ah aku suka digodanya, mulai sekarang aku akan mencari alasan agar terus digodanya.

Belum ada siapa-siapa didapur, aku lolos dari ejekan. Dengan sedikit memaksakan diri aku segera menyiapkan bahan-bahan untuk membuat nasi goreng special khusus untuk suamiku tercinta. Menyiapkan susu coklat hangat kesukaannya, ah, sebenarnya aku kurang begitu tau apa yang disukai Fatih untuk sarapan tapi aku sering melihat dia memesan nasi goreng pedas dan susu coklat dikantin kampus.

"uhuk...uhuk..."itu bukan suara batuk Fatih, dia masih mengaji dengan merdu dikamar kami.

"Bibi Atia" aku tersipu malu melihat senyuman menggoda yang disunggingkan Bibi Atia padaku.

"kenapa? Bibi hanya batuk" elaknya.

"mau Bibi bantu?" tanyanya lagi.

"jangan Bik, kalian tunggu saja dimeja makan, akan Mira siapkan semua" ujarku seraya berjalan menuju kompor.

Bersemayam dalam Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang