Hahai....i'm back
Kecepetan yah,,,
Ah sudahlah, mumpung gak ada yang ngerecokin ini
Happy reading dear....
***
Udara memanas terbakar matahari yang menyala menyirami bumi dengan segenap cahaya dan panasnya. Jantungku masih saja berpacu keras seolah aku habis marathon dengan tenaga penuh. Fatih keluar mobil lebih dulu, sementara aku masih duduk dengan berusaha mendamaikan suasana hatiku.
Klek...
Fatih membuka pintu mobil untukku, wajahnya kini tak tegang seperti tadi. Aku bahkan dapat melihat kilatan senyumnya yang mampu mendamaikan lagi detak jantungku.
"ayo..." bisiknya. Bagai terhipnotis aku mengikuti langkah kakinya yang mendahuluiku masuk ke gedung rumah sakit, melonyor ke ICU.
Seperti beberapa waktu lalu, keluarga besar Mas Fandy berkumpul diruang tunggu didepan ICU. Seperti saat itu, ibunya masih menatapku dengan tatapan aneh, seperti saat itu aku gugup menghadapi situasi ini, seperti saat itu Nailah berlari mengejarku. Namun kali ini ada yang berbeda, aku memiliki laki-laki yang mensejajarkan langkahnya denganku, siap untuk kukenalkan sebagai calon suamiku.
Mas Fandy tersenyum menyambut kedatangan kami, begitupun Askar dan istrinya. Askar dengan ramah lebih dulu menghampiri kami.
"Assalamu'alaikum" sapanya
"Walaikumsalam" jawab Fatih, sementara aku hanya diam tanganku sibuk mengusap-usap kepala Nailah yang menggelayut dikakiku.
"kar, kenalkan dia Fatih rekan kerja Almira..." Mas Fandy berjalan kearah kami. Dia begitu percaya diri mengenalkan Fatih pada Askar seolah dia memiliki kewajiban akan itu. Oh, ya mereka pernah bertemu sebelumya, direstoran saat penyambutan Fatih kembali ke Indonesia.
Askar mengulurkan tangannya dan disambut hangat oleh Fatih.
"Askar"
"Fatih, calon suami Almira"
Jantungku berhenti berdetak sesaat, aku merasa ada kecemburuan dan penegasan dari cara Fatih memperkenalkan diri. Rahang Mas Fandy mengeras, aku melirik tangannya yang mengepal kuat. Matanya berkilat kemerahan, satu sama lain, antara dia dan Fatih seperti siap saling menyerang. Aku terpaksa menelan ludahku yang mengering.
"calon suami" Suara Mas Fandy terdengar bergetar.
"oh...selamat yah, wah kapan diresmikan ini" Askar berusaha mencairkan suasana dengan menepuk-nepuk bahu Fatih sambil tertawa sekenanya.
"kalau kamu ingin menolakku, jangan pakai cara konyol seperti ini, Al. heh... kamu pikir aku akan percaya, cari orang lain yang aku tidak kenal sehingga aku dapat percaya." Mas fandy menatapku mengancam, aku gugup dan ketakutan. Tubuhku bergetar tak terkendali, aku bahkan kesulitan mencari pasokan oksigen diudara.
"kami tidak perlu membuatmu percaya, kami juga tidak perlu membuktikan apa-apa."Fatih mewakiliku untuk menjawab. Namun suasana justru memanas.
"diam kau" bentak Mas Fandy. Nailah ketakutan dan berlari menuju Diah.
Fatih terpancing emosinya, maju satu langkah kedepan.
"sudahlah Fatih kita pulang saja" bujukku.
"satu hal yang menjadi alasanku membawa Almira kesini, agar kamu tau bahwa dia calon istriku. Dan berhenti mengganggunya" Suara Fatih lantang menggema. Mas Fandy maju selangkah, namun dengan sigap Askar menariknya mundur.
"baiklah kami tau, maafkan sikap kakakku. Aku sendiri yang akan memastikan dia tak akan mengganggu Almira" Askar menahan tubuh Mas Fandy dengan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersemayam dalam Do'a
Spiritualusia yang matang, dengan tingkat pendidikan yang tinggi justru kadang membuat seorang perempuan sulit mencari jodoh. usiaku yang nyaris kepala tiga, karirku yang sedang menanjak, dan orang tuaku yang terus menanyakan tentang pernikahanku. sementara...