Part 7 : PERNYATAAN, JAWABAN

6.3K 331 12
                                    

Apa kabar pembaca setia...
Terima kasih untuk apresiasi pada part-part sebelumnya.
Komentar kalian adalah masukan yang berarti untuk pembelajaran saya. Semoga kedepannya kita jadi lebih baik yah....
Selamat menikmati

Part 7

Tuk...tuk...tuk

Hanya suara ujung penaku yang beradu dengan muka meja yang kini terdengar. Pandangan mataku mengitari deretan mahasiswaku yang kini tampak serius dengan kertas ujian. Kuamati mereka satu persatu, tak ada gerakan yang mencurigakan. Hanya beberapa mahasiswa deretan belakang yang kasak-kusuk saling toleh.

Abaikan

Suasana tenang pikiranku pun melayang melintasi waktu kembali ke beberapa hari yang lalu.

"mas benaran panik Mir sampai lupa sama handphone" aku diam saja, mas Fandy mendial satu nomor.

"ah ya dek, dirumah sakit,,,, ya,,,ya,,, tolong kemari ya, kasian Nailah dan Nizam...iya,,,disini, cepat ya dek"

Dia kembali memasukan ponselnya kesaku celana. Lalu tersenyum kepadaku. Aku membuang muka.

"bagaimana mungkin Mas meninggalkan Nizam seorang diri dirumah" sergahku saat Nizam berlari mengejar seorang suster yang tampak akrab dengannya. Mungkin karena ibunya sering dirawat disini sehingga karyawan rumah sakit ini sudah akrab dengan mereka.

"kalau saja Mir,,,kalau saja kamu menjadi Mama mereka"

"MAS..." suaraku meninggi.

Lalu aku menoleh kekiri kanan merasa bersalah meninggikan suaraku dirumah sakit selaut ini.

"permisi pak" seorang suster mendekati kami.

Pasti ingin memperingatkan kami karena suaraku tadi. Aku menggigit bibir bawahku.

"YA...." Mas Fandy tersenyum ramah.

"kalau boleh saya akan membawa Nizam tidur diruang istirahat karyawan bersama Nailah" Nizam tampak nyaman digendongan suster itu.

"oh ya,,, sebentar lagi Diah dan Askar menjemput mereka." Suster itu menunduk lalu berlalu.

"siapa dia mas" tanyaku penasaran

"kenapa? Kamu cemburu"

"oh.." aku membuka mulutku tapi tak tau harus berkata apa.

Sudah larut mas, aku pulang" ya, aku akhirnya tau harus berkata apa.

Aku berdiri bersiap untuk pulang. Ku lirik lagi Mas Fandi yang sedang menatapku. Mengapa, mengapa kita seperti ini lagi.

"terima kasih ya Al"

"ya Mas, Assalamu'alaikum" desahku, seperti ada luka yang yang bernanah kembali.

Bagai video klip dari kaset yang rusak, gambar hitam putih kenangan antara aku dan Mas Fandy berputar-putar. Bagaiman dia dulu memujaku dan aku memujanya, lalu dia mencampakkanku untuk wanita yang selama ini kuhujat walau aku tak mengenalnya. Belajar melupakan dan mengikhlaskan segalanya. Disaat aku mulai menata kembali kehidupanku yang hancur, dia datang lagi dengan segala jawaban dan alibi.

Membuat aku seolah-olah gadis busuk yang sampai hati menyumpah dan sumpah itu terjadi. Aku merasa menyesal, seandainya aku lebih bersabar dan sadar bahwa apapun yang terjadi itu sudan ketetapan Illahi Rabbi.

Ku buka laptopku, dan segera menjelajah di Wikipedia, google, mencari tahu lebih dalam tentang Thelesemia. hanya sedikit yang aku tau tentang penyakit turunan yang membunuh tersebut, bahwa penderitanya sangat bergantung dengan transfuse darah, namun demikian bagai buah simalakama, penderita juga sangat rentan terhadap kelebihan Fe.

Bersemayam dalam Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang