Hai hai hai
Author pemula comingMAAF BANGET SUPER TELAT UPDATENYA,, banyak rapat dikantor,,,
Makasih yah buat yang udah komen ngasih support
Dapet komen kalian itu buat aku jadi cengar-cengir gak jelas deh ahh...hehe
Berasa abg lagi jatoh cinta geto deh,,
Kalo suka ama tulisanku boleh kok di vote,, yah kalo gak suka kasih bintang aja deh,,hihihiSemoga ada yang baca tulisanku yang jauh dari kata bagus apa lagi menginspirasi ini...Aamiin
Selamat menikmati....
****
Teettt...teet...
Bel apartementku berbunyi, segera kuletakkan lagi koper besar yang tadi kuseret susah payah. Aku sudah dapat menebak siapa yang datang, tiga orang yang kusewa untuk membantuku mengosongkan apartementku. Selain sewanya yang habis bulan depan, juga kehadiran Mas Fandi yang kini makin lancang datang keapartemenku membuat aku memutuskan untuk pulang kerumah Mama. Kehadirannya membuatku takut, takut dia melukaiku dan takut sesuatu yang lama kubuang akan kembali lagi. Sesuatu yang datang tanpa permisi, dan sulit untuk ketendang pergi.
"Assalamu'alaikum" ketiganya serentak memberi salam saat pintu apartementku bergeser.
"walaikum'salam" ketiganya menghambur kedalam sebelum aku usai menjawab salam mereka. Si perempuan yang berbibir tipis segera nyelonong kedapur, sedang dua laki-laki bertubuh tinggi segera mengemasi perkakas yang tampak sangat berserakan.
"Astaga Mira...mentang-mentang mau pindahan segala sirup udah habis" kudengar ocehan dari arah dapur. Segera dibantingnya pintu lemari pendingin saat melihatku mendekatinya, matanya mendelik keji padaku.
"aduh, kita bakalan capek ni, minum apa dong" celotehnya kesal.
"ya ampun sar, kamu kan hamil muda, jangan kebanyakan minum es ah"
Aku membalasnya. Kini pipinya yang memang bertipe tembam tambah menggembung.
"kita delivery aja yah" bujukku. Matanya yang sedikit sipit melirikku sesaat, senyum mengembang disana, aku tau bujukanku mengena, kini pipi bulat itu mengangguk-angguk penuh semangat.
Kuamati tiga sahabatku dengan penuh semangat menyiapkan kepindahanku. Jujur saja barang-barangku memang tak banyak, tapi mereka bertiga ini memaksaku menyewa jasa mereka untuk menyiapkan kepindahan ini. Bayarannya tidak mahal, hanya makan siang seadanya yang akan mereka lahap apapun yang nanti kusiapkan. Seharusnya yang membantuku ada empat orang tapi yang bisa datang hanya tiga.
"si Hanna gak pamit kamu juga Sar?" aku membuka obrolan saat ketiganya serius dengan sepatu-sepatuku.
"enggak, ahhh tu anak yah kalau ada masalah kayak gak punya teman aja, demen banget nyimpan masalah sendiri" gerutu Sarah panjang lebar.
"apa jangan-jangan Buya sakit?" aku menutup mulutku sendiri, Fatih pasti tidak suka aku bicara sembarangan seperti itu.
"cek,,,cek,,cek" Sarah menutus tepi dahinya dengan telunjuk, tandanya dia sedang memikirkan sebuah ide.
"Fatih, coba kamu tanya keluarga kamu disana, mana tau dugaan Mira benar" lanjutnya
"hus apaan sih" Bilal mendelik kearah sarah. Fatih diam saja, seolah tak peduli dengan keadaan sekitarnya.
"loh kan emang benar" kali ini suara Sarah makin serak.
Kami semua jadi diam, Sarah makin sensitive sejak mengandung anak pertamanya. Aku melirik Fatih, sikapnya acuh saja namun sejak kami membicarakan Hanna mimik wajahnya sedikit berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersemayam dalam Do'a
Spiritualusia yang matang, dengan tingkat pendidikan yang tinggi justru kadang membuat seorang perempuan sulit mencari jodoh. usiaku yang nyaris kepala tiga, karirku yang sedang menanjak, dan orang tuaku yang terus menanyakan tentang pernikahanku. sementara...